Update Covid19 Sumut 30 Juni 2020
Jadi Relawan Covid-19 di Rumah Sakit Martha Friska, Jeremy Sebut Sudah Jadi Panggilan Jiwa
Jeremy Ian Hans Depari ini mengaku bergabung menjadi relawan karena merasa terpanggil sebagai seorang dokter.
TRI BUN-MEDAN.com, MEDAN - Menjadi relawan Covid-19 hampir lebih dari dua bulan menjadi pengalaman tersendiri bagi Jeremy.
Lelaki dengan nama lengkap Jeremy Ian Hans Depari ini mengaku bergabung menjadi relawan karena merasa terpanggil sebagai seorang dokter.
Bertugas di rumah sakit yang menangani pasien sedang dan berat di Rumah Sakit Martha Friska Medan memberikan Jeremy banyak pelajaran berkesan.
Ia juga mengaku senang bisa bertemu banyak rekan sejawat lainnya yang mengemban tugas dan tanggung jawab yang sama.
"Meskipun awalnya tentu menjadi tantangan tersendiri melawan musuh yang tak terlihat yaitu virus Corona. Tapi saya senang bisa bertemu rekan-rekan relawan lainnya dari berbagai daerah, banyak pelajaran yang bisa didapat," ujar Jeremy saat diwawancarai Tri bun Medan, Selasa (30/6/2020).
Tak dipungkirinya, keluarga dan teman-teman terdekat Jeremy sempat tidak bisa menerima dirinya untuk ikut bergabung menjadi relawan Covid-19.
• Seorang Pejabat RSUD Tengku Mansyur Tanjungbalai Positif Covid-19, Tenaga Medis Jalani Rapid Test
Namun hal tersebut tidak menyurutkan niatnya untuk bisa mengabdi seusai dengan profesinya.
"Awalnya ya keluarga sempat melarang. Mereka bilang kan masih ada tempat tugas yang lain. Tapi saya coba yakinkan mereka, saya bilang ini sudah menjadi panggilan jiwa saya sebagai seorang dokter," katanya.
Dikatakannya, menghadapi pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 menjadi kesan tersendiri baginya. Di mana orang-orang di luar sana menghindari untuk berkontak fisik dengan pasien.
Dirinya dan rekan-rekan tenaga medis yang lain justru menangani secara langsung.
"Di sini kan menangani pasien positif Covid-19 dengan gejala sedang sampai berat. Yang berkesannya itu di situ. Yang selama ini sangat ditakuti orang saya bisa menanganinya secara langsung. Itu menjadi pengalaman tersendiri," tuturnya.
Karena menganggap tugasnya sebagai bagian dari pengabdiannya kepada negara, Jeremy bisa melewati segala dinamika yang terjadi selama bertugas. Seperti harus menggunakan APD yang sangat tebal dan menghambat pergerakan.
Baginya semua sudah menjadi resiko yang harus dihadapi sebagai tenaga medis.
• Dukung Kesehatan Gizi Tenaga Medis, JAPFA Salurkan Donasi 100 Kg Ikan Nila ke RS USU
"Menghadapi pasien Covid-19 inikan berbeda dengan pasien dengan penyakit lainnya. Ada perlakuan khusus seperti misalnya menggunakan APD dan lain sebagainya," ujarnya.
Jeremy juga mengaku sudah dua bulan lebih tidak pulang.
Meskipun berdasarkan kesepakatan para tenaga medis diperbolehkan untuk pulang setelah waktu dinas dan hasil tes swab sudah keluar, ia tetap tidak berani untuk pulang.
Alasannya adalah karena ia takut keluarganya terpapar virus yang bisa saja dibawanya. Terlebih, katanya orang tua Jeremy sudah berusia lanjut.
"Jadi saya enggak pulang, teman-teman yang lain juga banyak yang enggak pulang walaupun diberi kesempatan pulang. Apalagi karena orang tua saya sudah cukup tua, dan rentan," ungkapnya.
Stigma Negatif Masyarakat
Bagi dokter umum lulusan Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen ini, pandangan negatif masyarakat masih sering mengganggunya. Juga beberapa rekan-rekan medis lainnya yang bertugas bersama.
Banyak dari komentar masyarakat yang mengatakan bahwa mereka yang bertugas sebagai relawan mendapatkan fasilitas yang berlebihan. Seperti gaji ataupun fasilitas yang lain.
"Banyak dari masyarakat yang pandangan nya masih berpikir kami ini gajinya besar, tempat tinggalnya mewah, dan sebagainya. Padahal tidak, itu tidak benar," katanya.
Jeremy mengaku insentif yang didapat para tenaga medis tidaklah sebanding dengan resiko besar yang harus ditanggung.
• 7 Tenaga Medis di RSUP Adam Malik Terkonfirmasi Positif Covid-19, Sudah Dirawat 6 Hari
"Kami di sini kan bertaruh nyawa. Tidak ada gaji, yang ada namanya insentif. Namanya juga relawan. Ya intinya kami bertugas dengan sukarela. Saya kecewa masih banyak masyarakat yang berpandangan begitu," katanya.
Dikatakan Jeremy, dirinya bersyukur masih diberikan tempat tinggal dan makanan yang mencukupi. Hal itu cukup untuk mendukung para tenaga medis dalam menjalankan tugas.
"Saya sudah bersyukur di sini diberikan masih diberikan tempat tinggal dan makanan sudah ditanggung. Itu semua cukup untuk bisa terus bertugas," katanya.
Ia berpesan kepada masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan walaupun sudah memasuki fase new normal. Hal sederhana itu akan bisa sedikit meringankan beban para tenaga medis.
"Kita sekarang sudah enggak bisa lagi mengatakan harus di rumah atau yang sejenisnya. Karena sekarang sudah masuk fase new normal. Harapannya masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan. Ya setidaknya itu bisa sedikit mengurangi beban kami di sini," tutupnya.(cr14/tri bun-medan.com)