Idap Penyakit Aneh, Nano Pedagang Kerupuk Keliling Hanya Bisa Pasrah, Tak Punya KIS/BPJS Kesehatan

Sekujur tubuhnya, dari kepala hingga kaki muncul luka-luka berupa bercak merah dengan kulit terkelupas,

Penulis: Dedy Kurniawan | Editor: Salomo Tarigan
T R I B U N MEDAN/Dedi Kurniawan
Nano duduk di kursi plastik menahan penyakit aneh luka-luka di sekujur tubuhnya di gubuk bambu 

T R I B U N-MEDAN.com, BINJAI -

Nano (27) hanya bisa pasrah bertahan hidup tanpa fasilitas kesehatan yang cukup. Keseharian sebagai pedagang kerupuk keliling sementara tidak bisa dilakoninya karena terserang penyakit yang sangat aneh.

Selama ini Nano menjadi tulang punggung keluarga, punya tanggungan seorang istri dan dua anak. Nano dan keluarga tinggal di rumah gubuk tepas bambu di Dusun II, Desa Pangkalanbatu, Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat, Kamis (16/7/2020).

Nano menderita penyakit aneh sejak tiga bulan belakangan.

Secara tiba-tiba, sekujur tubuhnya, dari kepala hingga kaki muncul luka-luka berupa bercak merah dengan kulit terkelupas, dan rasa pedih yang luar biasa.

Tak terbayang seperti apa rasa sakitnya, Nano sering merasakan menggigil luar biasa setiap menjelang pergantian siang ke malam.

Nano bahkan tidak bisa tidur rebahan atau bersandar karena luka-lukanya sepanjang hari.

Keterbatasan biaya membuat Nano hanya bisa duduk di rumah gubuk kecilnya.

Upaya berobat hanya mampu seadanya, apalagi mereka tidak terdaftar sebagai penerima Kartu Indonesia Sehat (KIS) atau peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

"Kami hanya bisa pasrah bertahan hidup, ini kehendak Allah. Kami hanya bisa berusaha sebisa mungkin untuk bertahan hidup dan berobat seadanya," ungkap Nano didampingi istrinya, Siti Juraidah.

Istri Nano selama ini yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga berjuang mencari sesuap nasi dengan kerja serabutan, apa saja ia lakoni demi menyambung nyawa keluarganya.

Dengan penuh kesabaran Siti berjuang agar ayah dari anak-anaknya bisa sembuh dengan pengobatan seadanya di bidan dan alternatif.

"Doa kami sekeluarga tidak banyak. Hanya berharap suami bisa cepat sembuh dan bisa kerja lagi seperti biasanya. Sebelum ini pun makan kami susah. Kami juga tidak terdaftar di KIS atau BPJS," ungkap Siti.

Menyikapi kondisi warga yang sangat butuh perhatian pemerintah, Camat Brandan Barat, Muhammad Harmain mengatakan sudah berkomunikasi ke keluarga Nano.

Dia serta rombongan Solidaritas Anak Binjai dan Langkat (Sabila) sudah mendengar keluh kesah kesusahan yang dirasakan Nano dan keluarga.

Halaman
12
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved