Jelang Idul Adha, Pegiat Minim Sampah Cerita Momen Membagi Daging Kurban dengan Kantong Besek

HARI Raya Idul Adha tak jauh dari ritual penyembelihan daging kurban dan membagikannya kepada umat muslim di masing-masing daerah.

Editor: Juang Naibaho
HO/Dokumentasi Surya Dewi
Pembagian daging kurban dengan besek atau tempat dari bambu yang bisa dipakai berulang. 

HARI Raya Idul Adha tak jauh dari ritual penyembelihan daging kurban dan membagikannya kepada umat muslim di masing-masing daerah.

Penggunaan plastik sekali pakai tak terelakkan dalam hari besar umat Islam setiap tahunnya.

Memperhatikan hal ini, pegiat hidup minim sampah tak berhenti berusaha untuk mengurangi penggunaan sampah plastik sekali pakai dalam pembagian daging kurban.

Seperti yang diceritakan oleh Surya Dewi melalui Whatsapp Grup Belajar Zero Waste dengan judul Guyub Rukun Gumregah Idul Adha.

Perempuan asal Yogyakarta ini berbagi pengalaman dengan warga di tempat tinggalnya dalam membagikan daging kurban tanpa plastik sekali pakai.

"Guyub Rukun Gumregah ini memberi makna yang sangat besar bagi saya dan warga sekitar. Di saat kami bersama-sama memulai mendobrak kembali pintu waktu yang tertutup oleh modernisasi atas dasar kepraktisan tapi ternyata membuat bumi ini semakin terbebani," ujar Surya Dewi dalam paparannya pada Kuliah Whatsapp yang dilakukan Minggu (26/7/2020) tersebut.

Dewi menceritakan bahwa di tempat tinggalnya sendiri, harga besek (pengganti plastik sekali pakai) jelang Idul Adha sangat meningkat.

Sehingga untuk menyiasatinya adalah dengan menggunakan besek milik tetangga sekitar.

"Saat itu perjuangan beralih pakai besek tanpa mengajukan usul ke panitia. Tepatnya lebaran tahun lalu panitia yang datang ke rumah H-5 meminta saran kemasan ramah lingkungan. Padahal tau ya tahun lalu pengrajin anyaman bambu ketiban rezeki nomplok, harga besek naik dari harga normal dan permintaan membludak terus," katanya.

"Syukurnya di tempat kami kalau ada undangan beserta makanan nya juga masih pakai besek. Jadi selain panen undangan juga panen besek di rumah masing-masing," tambah Surya.

Ia kemudian melakukan sosialisasi kepada warga untuk mengumpulkan besek dari rumah masing-masing.

Rumahnya, terang Surya jadi pusat pengumpulan, cuci dan jemur sampai terkumpul 350 besek.

"Waktu itu hampir semua panitia pesimis. Jadi saya cuma minta ditemani tetangga untuk sosialisasi dari tetangga terdekat, sampai setengah hari muter satu RT. Alhamdulillah gayung bersambut. Malah senang mereka karena besek-besek yang numpuk di rumah bisa tersalurkan untuk dimanfaatkan kembali," katanya.

Diterangkan Surya, satu KK dalam lingkungannya punya 3-5 tangkup, jadi 10 besek.

Hari itu juga pengumuman disebarkan via whatsapp grup masing-masing RT.

Halaman
12
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved