News Video
VIDEO Ratu Talisha Seorang Emak-emak di Medan, Marah Karena Pusing Ajari Anak Selama Covid-19
Viral video seorang emak-emak di Kota Medan ngamuk karena pusing dampingi anaknya sekolah online dari rumah.
Penulis: M.Andimaz Kahfi | Editor: M.Andimaz Kahfi
VIDEO Ratu Talisha Seorang Emak-emak di Medan, Marah Karena Pusing Ajari Anak Selama Covid-19
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Viral video seorang emak-emak di Kota Medan ngamuk karena pusing dampingi anaknya sekolah online dari rumah.
Lewat akun facebooknya Ratu Talisha tampak marah-marah dalam video durasi 4 menit 40 detik tersebut.
"Mana ini untuk di videokan di daring. Buku-bukunya mana semua. Yang semalam dikerjakan pokoknya kan hari Senin mau dikumpul itu," kata Ratu dalam video.
"Ini sekarang ada pelajaran baru masuk lagi. Sudah dilihat grup masuk lagi.
Kan ada WA grup itu harus dibuka.
Di WA grup itu buka, pusinglah pokoknya daring-daring yang ada darting mamaknya," sambungnya.
Dalam keluhannya, Ratu menyebut entah apa saja Indonesia ini aneh-aneh saja.
Padahal Mal sudah di buka, pemandian sudah di buka.
Semua sudah di buka dan baju sudah di buka, telanjang semua orang di jalan raya.
Ramai hiruk pikuk masa sekolah tidak boleh.
"Mal boleh di buka ramai-ramai pakai masker. Ya sudah sekolah juga gitu aja. Suruh pakai masker juga enggak masalah anak-anak ya kan," katanya kesal.
"Pusing daring-daring ini entah apa, mamaknya pun yang belajar stres. Uang sekolah harus full, buku harus di bayar semua.
Anak tak masuk-masuk sekolah. Masuk cuma 30 menit habis itu pulang, hanya numpang kencing saja di sekolah, hhhmm pusing," tambahnya.
Lebih lanjut, Ratu mengaku tak mengerti sistem politik atau memang sistem menteri pendidikan yang kurang paham.
"Tak adanya corona corona. Mal di buka mandi-mandi awak semalam itu meriah disana. Tumpuk-tumpukan lagi orang dari mana-mana. Enggak adanya awak mati, enggak ada corona," ujarnya.
"Anak sekolah orangnya itu-itu aja tapi enggak boleh masuk. Kalau misalnya apa pakai masker kan sehat-sehat ajanya ya kan. Daring yang ada darting, mamaknya belajar. Anak makin bodoh. Ini namanya pembodohan secara nyata, penjajahan secara enggak langsung," sambungnya.
Ratu menyebut kalau orang tuanya cuma hanya masak, nyambel di rumah enggak apa-apa.
Setelahnya tinggal buka handphone untuk mengajari anak.
Tapi, lanjut Ratu itupun kalau ada handphone mamaknya. Kalau tidak ada handphone mau bagaimana anaknya belajar.
"Numpang handphone tetangga, tertengoklah bokep tetangga terakhir. Bukan belajar anak-anaknya ya kan. Sementara awak kerja dari online 24 jam pegang handphone," katanya.
"Enggak buka grup aja WA kadang-kadang hijau semua enggak terbuka. Komplain semua bilang kak tolonglah buka WA awak. Apalagi ini ditambah daring anak. Belajar di online entah apapun. Enggak sempat awak ngapa-ngapain terakhir," curhatnya.
Lanjut, Ratu menyebut tidak apa-apa siapa sih namanya Indonesia Raya uang sekolah jadi mahal asal anak belajar di sekolah.
"Mau 2 kali lipat uang sekolah enggak apa-apa naikkan ajalah. Enggak masalah yang penting anak masuk sekolah lagi, enggak bodoh kayak gini. Mamaknya yang belajar pusing. Kalau enggak mamaknya, neneknya yang belajar di rumah terakhir dan yang moto-motoin segala macam," sebutnya.
"Sudahlah, tapi susah juga ya aku bilang naik 2 kali lipat okelah rezeki awak. Bagi orang yang susah bagaimana.
Satu uang sekolah kali tiga anak harus di bayar kalau enggak rapot enggak keluar. Sementara anak enggak belajar-belajar," sambungnya.
Ratu menerangkan akibat daring pekerjaan orang tua menjadi bertambah.
Karena kalau seorang mamak mengajari anak maka menjadi naik darah.
Anak jadinya habis babak belur entar pas belajar malah jadi tinggal tulang belulang.
"Sudahlah guru aja yang ngajar. Karena guru terakhir jadi caci makian sama wali murid. Gaji harus full, uang sekolah harus full, tapi anak enggak belajar-belajar.
Kalau sudah daring-daring gini kayak pelajaran halu halu Bandung. Anak sampai main handphone berjam-jam.
Kalau mamaknya sanggup beli kuota. Ini uang sekolah dibayar, kuota, handphone dibeli," urainya.
"Kalau handphone enggak dibeli. Ini kalau mamaknya tukang parkir, tukang cuci, buruh tani segala macam yang makannya cuma pas-pasan.
Tukang parkir cuma dapat Rp 40 ribu satu hari, mau beli handphone, beli kuota, makan aja sudah syukur ya kan.
Aneh-aneh sudahlah enggak ngertilah aku ya. Tak ada itu corona-corona. Semalam kami dari mal," sambungnya.
Tak lama berselang Ratu mengakhiri curahan hatinya, yang disebut sudah agak menyimpang.
"Tak suka aku entah apa daring-daring ini. Intinya ini pembodohan secara nyata, penjajahan kayak zaman Jepang dulu kita.
Entah jadi apa negara ini. Daring-daring tak ada, lebih efisien guru yang mengajari murid nyata memang belajar," curhatnya lagi.
"Ini mamaknya yang belajar anaknya enggak ada. Karena anak kalau enggak dibangunin enggak bangun-bangun.
Besok sudah di kumpul ujiannya. Apapun anak-anak enggak ngerti. Karena kalau belajar dari handphone harus di bimbing.
Kalau enggak dia enggak ngerti tujuannya apa. Pusing entah apalah ya daring-daring ini enggak suka," pungkasnya.
(mak/tribun-medan.com)