News Video
Juliandi Sudah 20 Tahun Dipasung, Kelainan Jiwa Berawal Dari Buku yang Dibaca saat Sekolah
Juliadi (46) terpaksa dipasung oleh keluarganya, lantaran kerap bertindak beringas ketika bertemu orang banyak di Kabupaten Asahan
TRIBUN-MEDAN.COM - Juliadi (46) terpaksa dipasung oleh keluarganya, lantaran kerap bertindak beringas ketika bertemu orang banyak.
Juliadi ditempatkan di sebuah ruangan khusus berukuran 3x1 meter, di rumah sederhana milik mereka yang berada di kawasan Jalan Merak, Kisaran, Kabupaten Asahan.
Ayah Juliadi, Supiandi menyebutkan, tindakan pemasungan itu demi kebaikan keluarga dan warga sekitar.
Keterbatasan biaya, membuat Juliadi sejak 20 tahun terakhir tak lagi dirawat di Rumah Sakit Jiwa di Medan.
"Lebih kurang 20 tahun. Kalau tidak dipasung, bagaimana keadaan kami, terancam, warga pun terancam. Dulu sempat dirawat di rumah sakit. Cuma sekarang saya sudah pensiun, nenek-kakeknya sudah nggak ada. Sekarang cemana lah daya upaya kami," ungkap Supiandi, Selasa (4/8/2020).
Tonton video:
Ia pun menceritakan awal gelagat mengalami gangguan jiwa ketika Juliadi duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah (MTs), ada mempelajari sebuah buku.
"Waktu SMP dia kan ikut sama mertua (nenek Juliadi) untuk sekolah, dia ada baca buku Hizbul Asror, sama empat orang temannya sekolah," sebut Supiandi.
Menurut Supiandi, selang dua pekan mempelajari buku tersebut, Juliadi sering menunjukkan tingkah aneh.
Hal itu membuat keluarga khawatir.
"Setengah bulan setelah buku dipelajari, dia seperti tak terkendali, kebingungan gitu, di kamar salat sendiri. Ditanyai cuma diam di kamar. Nggak mau buka pintu, terus tutup pintu," ungkapnya.
Beberapa hari kemudian, Juliadi pun seperti orang hilang ingatan, berjalan mondar-mandir tanpa tujuan.
"Setiap harinya masih tetap berangkat ke sekolah, tapi setelah 3 kilometer, dia duduk di atas rel, termenung dia. Kawannya ngajak nggak mau. Kawannya pulang, dia ikut pulang," kata pria berusia 71 tahun itu.
Ia pun berharap pemerintah ataupun dinas terkait mau memberikan perhatian, agar Juliadi bisa mendapat perawatan, tanpa pasungan seperti saat ini.
"Ya macam mana baiknya. Supaya dia itu bisa dianggap sebagai anak sosial. Kami saat ini hanya bisa pasrah saja," pungkasnya.
(ind/tribun-medan.com)