Pilkada Serentak 2020, Koalisi PDI-P dan Gerindra, Pertanda Duet Prabowo - Puan di Pilpres 2024?

Apakah Sandiaga berani melawan Pasangan Prabowo Subianto & Puan Mararani putri Megawati?

Editor: AbdiTumanggor
Kompas.com
Prabowo Subianto saat bertemu Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Rabu (24/7/2019) lalu. 

Jelang Pilkada Serentak 2020 Ini, PDI-Perjuangan dan Gerindra tampak semakin menguatkan dalam koalisi di berbagai daerah. Pertanda Duet Prabowo - Puan Maharani di Pilpres 2024?

TRIBUN-MEDAN.Com - Duet capres 2024 Prabowo - Puan Maharani tampaknya belum tergeser.

Mantan cawapres Prabowo Sandiaga Uno kini dipertanyakan, masihkan mau maju hadapi seniornya?

Tampaknya belum ada kepastian karena 2024 masih jauh.

Sandiaga Uno pun terus bergerak.

Pekan lalu, Sandiaga Uno menghadiri sejumlah kegiatan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Gagal di Pilpres 2019 sebagai Calon wapres Prabowo Subianto, tak berarti Sandiaga Uno vakum. Ragam aktivitas sosial politik agenda rutinnya.

Akhirnya Gerindra Dukung Menantu Presiden Jokowi, Bobby Nasution di Pilkada Medan, Ini Pasangannya

Bagaimana peluang Sandiaga Uno di Pilpres 2024?

tribunnews
Pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno memberikan penjelasan saat debat pilpres pertama di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (17/1/2019). Tema debat pilpres pertama yaitu mengangkat isu Hukum, HAM, Korupsi, dan Terorisme. (KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)

Apakah Sandiaga berani melawan Pasangan Prabowo Subianto & Puan Mararani putri Megawati?

Betulkan duet Prabowo Subianto - Puan Maharani paket kuat?

Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 diprediksi akan menarik karena Presiden saat ini, Joko Widodo (Jokowi) dipastikan tidak boleh mencalonkan kembali sesuai ketentuan undang-undang. 

Salah satu orang yang disebut-sebut bakal maju dalam Pilpres 2024 adalah Sandiaga Uno. 

Dalam Pilpres 2019 lalu, Sandi yang berpasangan dengan Prabowo Subianto gagal memenangi Pilpres setelah kalah dari Jokowi-KH Maruf Amin. 

Nama Sandiaga Uno dalam konteks Pilpres 2024 juga sempat disinggung Jokowi pada awal tahun 2020 lalu. 

"Yang saya hormati senior-senior Hipmi, mantan ketua umum yang tidak bisa saya sebut satu per satu. Yang hafal saya hanya satu. Bapak Sandiaga Uno. Hati-hati 2024," kata Jokowi yang saat itu membuka pelantikan BPP Himpi dimana Sandiaga hadir di dalamnya. 

Golkar Sumut Sebut Tak Cemburu Bobby Nasution Gandeng Pasangan dari Kader Partai lain

Terkait peluangnya maju di Pilpres 2024, Sandiaga Uno memberi tanggapan. 

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra juga berbicara soal kemungkinan berhadapan dengan Prabowo jika mencalonkan lagi serta peta pemilih di Pilpres 2024 yang disebut Sandi bakal berubah jauh. 

Prabowo Subianto bertemu Megawati Soekarnoputri, Rabu (24/7/2019) lalu.
Prabowo Subianto bertemu Megawati Soekarnoputri, Rabu (24/7/2019). (Kompas.com)

Berikut wawancara Refly Harun dengan Sandiaga Uno yang dirangkum Tribunnews.com, Senin (19/5/2020) dari kanal Youtube Refly Harun: 

1. Peluang Sandiaga Uno untuk Menjadi Ketua Umum Gerindra

Di awal wawancaranya, Refly menanyakan kemungkinan Sandiaga Uno untuk menjadi Ketua Umum Partai Gerindra dalam Kongres Gerindra tahun ini.

Refly mengatakan dengan posisi Prabowo yang kini sibuk menjabat Menteri Pertahanan, tidak menutup kemungkinan bagi Sandi untuk maju sebagai Ketum Gerindra.

Sandi kemudian menjawab bahwa Prabowo dipastikan bakal maju kembali sebagai Calon Ketua Umum Partai Gerindra di kongres tahun ini.

Sandi bahkan telah memberikan dukungan secara langsung kepada Prabowo.

"Sekitar Januari akhir atau Februari awal, beliau (Prabowo) ngajak ngomong berdua dan beliau mengatakan akan maju kembali menjadi Ketua Umum di kongres yang akan datang. Kongres rencanamnya sebelum lebaran tapi karena covid-19 ya ditunda."

"Saya katakan, itu hak prerogratif (Prabowo) dan saya mendukung (Prabowo maju kembali sebagai Calon Ketua Umum Gerindra," terang Sandi.

2. Soal Rumor Sandiaga Ditinggalkan Prabowo saat Negosiasi dengan Jokowi

Lebih lanjut, Sandi ditanya Refly soal opini yang muncul bahwa Sandi ditinggalkan saat Prabowo melakukan negosiasi hendak masuk ke pemerintahan menjelang Oktober 2019 silam. 

Menjawab hal itu, Sandi mengatakan ada pembicaraan di awal soal negosiasi itu.

Di sisi lain, dirinya saat itu belum resmi kembali ke Partai Gerindra.

Proses negosiasi dilakukan oleh Prabowo sebagai Ketua Umum Gerindra bukan dalam kapasitasnya sebagai mantan Calon Presiden.

"Jadi pembicaraanya bukan antar paslon tetapi antara Gerindra dan koalisi Indonesia Maju,"ungkapnya.

3. Kata Sandi soal Posisi Partai Gerindra dan Kader yang Kritik Pemerintah

Soal posisi Gerindra saat ini, Sandi menegaskan Gerindra adalah partai pendukung pemerintah dengan dua menteri di kabinet.

Namun, Sandi mengakui terdapat kader Gerindra yang diberi kebebasan yakni Fadli Zon yang diketahui masih terus melancarkan kritik ke pemerintah.

Hal itu juga berlaku untuk dirinya.

"Pak Fadli itu bicara bukan mewakili Gerindra , Fadli Zon sebagai wakil rakyat. Saya juga bukan jubir Gerindra dan saya buka jubir siapa-siapa, tetapi saya ingin terus berada di tengah-tengah masyarakat," ujar dia.

4. Kemungkinan Sandi Melawan Duet Prabowo-Puan Maharani dan Pasangan Anies-Sandi

Refly Harun kemudian menanyakan soal peluang Sandi maju di Pilpres 2024.

Menurut Refly, sudah muncul gagasan untuk memasangkan Anies Baswedan dengan Sandi atau AHY dengan Sandi.

Menjawab hal itu, Sandi mengatakan politik adalah sesuatu yang mengalir dan tidak bisa diatur-atur.

"Saya lihat politik itu nggak bisa kita atur-atur, politik itu mengalir saja. Saya akan lakukan terus dengan ada di tengah masyarakat. Saya akan fokus memberi solusi lapangan pekerjaan dan membantu masyarakat yang saat ini mengeluh soal kenaikan harga-harga, di bawah Relawan Indonesia Bersatu," ujar dia.

Masih belum puas dengan jawaban Harun, Refly kemudian bertanya jika nantinya di 2024 harus melawan Prabowo yang bisa saja berkolisi dengan Puan Maharani sebagai Calon Wakil Presiden.

"Bicara politik ini kan kemungkinan-kemunginan. Prabowo bisa saja maju lagi dan pasangannya Puan Maharani. Kemudian kelompok non state ini pengen figur lain. Anies-Sandi misalnya. Anda membayangkan nggak bung bakal berhadapan dengan Prabowo? head to head," cerca Refly.

Sandi kemudian mengaku tak ingin menjawab hal itu karena kemungkinan itu bagian dari hal yang tidak bisa ia kontrol.

"Ada hal yang bisa kita kontrol, ada hal yang tidak bisa kita kontrol. Hal-hal yang nggak bisa kita kontrol percuma kita ngebayangin, percuma mikirin karena kita nggak bisa kontrol. Hal-hal yang bisa kita kontrol saja yang kita pikirin," ujar Sandi.

Menurut Sandi, berkaca dari pengalamanya dalam kontestasi Pilkada 2017 dan Pilpres 2019, dalam politik tidak ada yang pasti dan sangat cair.

Di Pilgub DKI, awalnya ia maju sebagai Cagub dan di detik akhir ia justru menjadi Cawagub mendampingi Anies.

Padahal Anies sebelumnya tidak muncul sebagai Cagub.

Begitu juga dengan Pilpres 2019, dirinya diminta menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo di detik-detik akhir.

"Belajar dari dua pengalaman itu menurut saya (politik) sulit ditebak," ujar dia.

5. Sandi Prediksi Ada Perubahan Peta Pemilih di 2024

Sandi berpendapat Pilres 2014 akan berbeda dibanding Pilpres sebelumnya.

Hal ini karena ada perubahan demografi pemilih.

"Di 2024, demografinya akan berubah, populasi milenial akan menembus 50 persen, mereka yang berusia dibawahj 35 tahun. Menurut saya ini akan ada perubahan dari sisi elektoral. Ini yang saya belum dapat data terakhir karena saya nggak menjalankan politik praktis. Saya membayangkan profil pemilih kita akan berubah secara drastis dibanding tahun 2019," ungkapnya.

Terakhir Refly kemudian menanyakan biaya yang dilontarkan Sandi di Pilgub DKI dan Pilpres 2019.

Sandi menjawab ia mengeluarkan dana lebih dari Rp 300 miliar di Pligub DKI Jakarta dan Rp 600 miliar di Pilpres 2019.

"Jadi total 1 Triliun," sahut Refly.

Sandi membenarkan dan ia mengaku tidak menyesal.

"Buat saya tidak ada penyesalan, itu bagian pengorbanan dan perjuangan," kata dia.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Sandiaga Uno Blak-blakan Peluang di Pilpres 2024, Duet Prabowo-Puan hingga Perubahan Peta Pemilih,

*

Bobby Nasution - Aulia Rahman diusung  Partai Gerindra untuk maju di Pilkada Medan 2020.

Keputusan mengusung Bobby-Aulia disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, melalui video pendek.

"Saya Sufmi Dasco Ahmad, Wakil Ketua DPR RI, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra. Untuk Pilkada Medan Bobby Nasution - Aulia Rahman, menang," katanya.

Sekretaris DPD Partai Gerindra Sumut, Robert L Tobing, mengatakan, keputusan mengusung Bobby Nasution - Aulia Rahman tinggal menunggu surat resmi dari DPP.

Sedari awal, ujar dia, Partai Gerindra mendorong kadernya sebagai pendamping Bobby Nasution. Apalagi, Partai Gerindra memiliki 10 kursi di DPRD Medan.

"Kita mendorong untuk kita punya kader sebagai wakil itu. Kalau kita kita dorong Aulia Rahman, cuma masih partai lain kan dinamis diskusinya, kita berharap dipilih dari Gerindra, Aulia Rahman," katanya, Selasa (4/8/2020).

Dukungan Partai Gerindra ini membuat peta politik Pilkada Medan mulai menemui titik terang.

Bobby Nasution mendapat dukungan dari sejumlah parpol. Bisa jadi, akan terbentuk koalisi raksasa pendukung Bobby Nasution di Pilkada nanti.

Untuk diketahui, rincian kursi DPRD Medan periode 2019-2024 adalah:

  • PDIP dan Gerindra masing-masing 10 kursi
  • PKS 7 kursi
  • PAN 6 kursi
  • NasDem, Golkar, dan Demokrat masing-masing 4 kursi
  • Hanura dan PSI mendapat 2 kursi
  • PPP 1 kursi.

Bobby-Aulia disebut-sebut akan diusung partai politik pendukung pemerintah seperti PDIP, Gerindra, Nasdem, Golkar, Hanura, PPP, dan PSI. Termasuk juga PAN, yang kini mulai merapat ke pemerintah.

Sebelumnya, Sekretaris Partai Golkar Sumut, Amas Muda Siregar mengatakan, pihaknya masih menunggu bakal calon Wali Kota Medan Bobby Nasution menetapkan wakilnya.

"Kami menunggu Bobby Nasution menetapkan nama calon, begitu diumumkan langsung kami dukung," kata dia, melalui sambungan telepon genggam, Jumat (17/7/2020).

Amas mengatakan, karena Bobby Nasution belum menetapkan wakilnya, maka Golkar Sumut belum mengumumkan pengusungannya. "Begitu langsung ditetapkan, langsung kami usung," jelasnya.

Sementara, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh blak-blakan menyampaikan dukungan penuh kepada Bobby Nasution untuk maju sebagai Bakal Calon Wali Kota Medan.

"Sudah jelas, NasDem memberikan dukungan sepenuhnya ke Bobby," kata Surya Paloh saat konferensi pers, beberapa waktu lalu.

Awak media lantas mempertanyakan alasan Surya Paloh mendukung Bobby Nasution.

Menurut Surya Paloh, Bobby Nasution berada di urutan paling atas di survey internal Partai NasDem. "Kami telah lakukan survey dan surveynya baik sekali, terlalu baik saya kira," sambungnya.

Dikatakannya hal itu juga dipengaruhi para kompetitor atau pesaing Bobby Nasution yang belum terlalu menonjol di survey.

Akhyar Nasution-Salman Alfarisi

Bobby-Aulia hampir dipastikan menjadi lawan tanding Akhyar Nasution-Salman Alfarisi di Pilkada Medan 2020.

Sedangkan Akhyar Nasution dikabarkan akan berpasangan dengan Salman, politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk maju di Pilkada Medan 2020.

Akhyar-Salman kabarnya akan diusung Partai Demokrat dan PKS.

Ketua DPC Partai Demokrat Medan, Burhanuddin Sitepu, menegaskan, Akhyar Nasution sudah resmi menjadi kader Partai Demokrat dan akan diusung pada Pilkada Medan 2020.

"Iya, Akhyar sudah resmi menjadi kader Partai Demokrat sejak 14 Juni 2020," ujarnya pada Senin (27/7/2020).

Menurut dia, awalnya Akhyar menyampaikan harapannya diberi kesempatan untuk diusung kembali oleh PDIP. Namun, sinyal itu tak terlihat di partai banteng moncong putih.

"Ada keresahan yang disampaikan beliau. Dia masih punya harapan bisa berbuat lebih di Kota Medan. Nah kesempatan itu yang dinilai Akhyar tidak terlihat," ujarnya.

Burhanuddin lantas membawa Akhyar menghadap ke DPP Partai Demokrat, yang dipimpin Ketua Bapilu Demokrat, Andi Arief.

Dalam pertemuan tersebut, Akhyar Nasution memberi komitmen untuk membangun Kota Medan hingga bergabung menjadi kader Partai Demokrat.

"Jadi, di sana (Jakarta) saya sampaikan keresahan dan niat Akhyar untuk kembali membangun Medan, namun tidak mendapat kesempatan di partainya," bebernya.

Dia menuturkan bahwa saat pertemuan berlangsung, Sekjen Demokrat Hinca Panjaitan juga datang ke ruang rapat.

Kata Burhanuddin, saat itu Hinca Panjaitan mengatakan kepada peserta rapat bahwa Demokrat adalah partai terbuka, dan selalu memberi peluang bagi yang memiliki gagasan membangun Medan.

Burhanuddin menguraikan bahwa partai mereka juga sudah berkomitmen akan mengusung Akhyar dalam kontestasi Pilkada Medan mendatang.

Sejauh ini, Demokrat digadang-gadang akan berkoalisi dengan PKS untuk mengusung Akhyar Nasution sebagai calon wali kota di Pilkada Medan 2020.

Burhanuddin pun optimistis langkah Akhyar membangun Kota Medan akan diperjuangkan bersama oleh poros baru itu.

"Semula poros baru ini ada 3 partai, tapi seiring berjalannya waktu, ternyata satu partai itu sudah berbeda alam, kita maklumlah. Sedangkan dengan PKS, ini sudah menjadi komitmen bersama untuk mengusung Akhyar," pungkasnya.

(yui/tribun-medan.com)

Sumber: Warta kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved