Pura-pura Diculik Siswa SMA Minta Tebusan Rp 100 Juta pada Ibunya, ternyata untuk Beli Hape

Siswa SMA ini tahu dari YouTube bahwa tidak ada yang bisa melacak lokasi seseorang jika melakukan panggilan dari WhatsApp.

Editor: Tariden Turnip
facebook
Pura-pura Diculik Siswa SMA Minta Tebusan Rp 100 Juta pada Ibunya, ternyata untuk Beli Hape .Ilustrasi bermain game di hape 

Pura-pura Diculik Siswa SMA Minta Tebusan Rp 100 Juta pada Ibunya, ternyata untuk Beli Hape 

Seorang siswa SMA kelas 10 di Bihar, India, mencoba memeras sang ibunya, yang sudah janda, dengan licik untuk mendapatkan uang membeli smartphone bagus agar bisa bermain game  Player Unknown’s Battlegrounds (PUBG).

Siswa SMA 16 tahun ini merekayasa penculikan dirinya untuk mendapatkan uang tebusan dari ibunya.

Kisah itu terungkap setelah ibunya menerima panggilan teleponnya pada hari Rabu (12/8/2020) di mana  penelepon mengaku telah menculik putranya dan menuntut uang tebusan sebesar 500.000 rupee setara 99.6 juta.

Janda yang tinggal di wilayah Kankarbagh, Patna, Bihar bersama anaknya, segera melaporkan dugaan penculikan anaknya ke polisi setempat.

Polisi segera bergerak dan menemukan siswa SMA ini berada di sebuah asrama siswa di Purnia, sekitar 350 km dari Patna.

Saat diperiksa polisi, siswa SMA ini mengaku menyukai game PUBG dan menginginkan ponsel bagus untuk memainkannya.

Ia mengatakan semua temannya memiliki ponsel mahal.

Bahkan dia telah memesan ponsel seharga 31.000 rupee sekitar Rp 6.1 juta secara online tetapi tidak punya uang.

“Saya mendapat informasi bahwa ibu saya mengajukan pinjaman bank sebesar 350.000 rupee dan uang tersebut telah ditransfer ke rekeningnya.

Jadi, saya memalsukan penculikan saya sendiri dan meminta tebusan sebesar Rs500.000 dengan mengubah suara saya.

Saya pikir saya akan tawar-menawar soal besaran uang tebusan selama percakapan tetapi rencana saya gagal, ” katanya pada polisi.

Peringatan keras

"Dia (bocah tertuduh) mengungkapkan semua temannya memiliki ponsel mahal, laptop dan sepeda pembalap, dan dia juga ingin membeli barang semacam itu untuk memenuhi keinginannya," kata polisi setempat Patrakar Nagar Pramod Kumar pada hari Jumat (14/8/2020).

Namun, polisi membiarkan remaja ini pulang ke rumah ibunya dan hanya diberi peringatan keras.

Ia memberitahu polisi bahwa dirinya tahu dari YouTube bahwa tidak ada yang bisa melacak lokasi seseorang jika melakukan panggilan dari WhatsApp.

“Jadi, saya menelepon ibu saya hanya lewat WhatsApp tapi ketahuan,” ujarnya.

Dia mengungkapkan secara teratur membaca surat kabar lokal untuk terus mengetahui berita terbaru terkait rekayasa penculikannya.

Akhirnya dia mengaku kecanduan game PUBG dan inilah yang mendorongnya untuk melakukan kejahatan ini.

Kuras Rekening Ayah Rp 300 Juta

Sebelumnya, seorang remaja asal Kharar di Punjab, India, membobol rekening ayahnya Rp 300 juta gara-gara kecanduan game PUBG.

Mengutip Gadget NDTV, Minggu 5 Juli 2020, kejadian ini bermula saat remaja itu berdalih bahwa ia membutuhkan ponsel yang layak untuk bisa digunakan mengikuti kelas online.

Sang ibu menurutinya dengan meminjamkan ponselnya.

Namun, bukannya memanfaatkan pemberian ibunya untuk belajar, remaja itu malah menggunakan ponsel tersebut untuk bermain game PUBG Mobile.

Bahkan  menguras tabungan orang tuanya sekitar Rp300 juta lebih untuk membeli banyak fitur dalam game seperti amunisi virtual, Royal card, dan lainnya.

Dalam laporan tersebut, sang remaja itu mengacak jumlah saldo di antara tiga bank orang tuanya agar tidak terlihat berkurang di setiap akun.

Dia juga terus menghapus pesan yang dikirim ke ponsel ibunya tentang rincian transaksi.

Ayah dari remaja itu yang merupakan pegawai pemerintah mengatakan bahwa dana tersebut rencananya akan ditabung untuk biaya pengobatan dan masa depan sang putra.

Mengetahui itu, sang ayah lalu menyuruh putranya untuk bekerja di bengkel mekanik. Hal ini ditujukan agar membuatnya menyadari bahwa bagaimana sulitnya mencari uang.

Dalam beberapa bulan terakhir saja, setidaknya tiga anak laki-laki telah kehilangan nyawa karena kecanduan game PUBG ini.

Bulan lalu, seorang pemuda jatuh dari atap gedungnya dan terbunuh di distrik Lakhisarai karena begitu asyik bermain game tersebut.

Insiden lain dilaporkan pada Maret tahun ini dari Gopalgnaj di mana seorang bocah lelaki berusia 14 tahun bunuh diri setelah dimarahi oleh orang tuanya karena bermain PUBG.

Seorang remaja lain mengakhiri hidupnya di distrik Bhagalpur setelah ditegur oleh ibunya karena membuang-buang waktunya untuk bermain game daripada memfokuskan perhatiannya pada belajar. (gulf news)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved