Update Covid19 Sumut 15 Agustus 2020

Puluhan Nakes Positif Covid di RSU Haji, Tiga Dirawat Inap di Rumah Sakit, Sisanya Isolasi Mandiri

Kadis Kesehatan Sumut menyebutkan, saat ini keluhan yang disampaikan para perawat belum ada diterima oleh pihak Dinas Kesehatan Sumut.

TRIBUN MEDAN/VICTORY
KONDISI Rumah Sakit Umum (RSU) Haji Medan terpantau cukup ramai aktivitas, Kamis (13/8/2020). 

TRI BUN-MEDAN.com, MEDAN - Dari 28 tenaga medis yang dinyatakan positif terkonfirmasi Covid-19 di RSU Haji Medan, hanya tiga orang yang dirawat inap di rumah sakit.

Total ada 30 tenaga medis yang terkonfirmasi dan yang meninggal diantaranya dr Aldreyn, spesialis anastesi dan perawat Rasyidah Ulfa.

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Pemprov Sumut, Whiko menyebutkan bahwa dari yang dinyatakan positif tersebut hanya 3 yang dirawat.

"Tercatat 32 orang terpapar Covid-19, dua dinyatakan negatif sejak tanggal 12 Juli hingga 4 Agustus. Dari yang hasil positif hanya tiga orang dirawat," ungkap Whiko.

Ia menyebutkan bahwa tenaga medis yang positif hanya diisolasi mandiri.

"Sisanya isolasi mandiri tanpa gejala, dari 32 yang diswab, dua diantaranya meninggal," bebernya.

BREAKING NEWS: Tanggapan Dinas Kesehatan, 30 Tenaga Medis RSU Haji Positif Corona dan Keluhan APD

Dinas Kesehatan Sumut menanggapi laporan keluhan tenaga medis yang menggunakan baju azmat dan masker secara berulang.

Kadis Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, dr Alwi Mujahit Hasibuan menyebutkan bahwa pihaknya sudah memberikan APD kepada pihak rumah sakit sesuai kebutuhan.

"Manajamennya yang ditanyakan, kalau kita berapapun permintaannya kita kasih itu APD yang dimintanya ke kita," tuturnya saat dikonfirmasi Tri bun, Sabtu (15/8/2020).

Ia menyebutkan,  saat ini keluhan yang disampaikan para perawat belum ada diterima oleh pihak Dinas Kesehatan Sumut.

"Belum ada laporan itu ke kita, suruh buat laporan ke kitalah biar kita tampung. Sampaikan saja ke kita biar kita tampung. Ya dibuat saja laporannya," tuturnya.

Lebih lanjut, Alwi menegaskan laporan tersebut bisa menyembunyikan identitasnya.

Ia menegaskan bahwa laporan tersebut amat penting untuk nantinya bisa dilakukan langkah dari pihak Dinas Kesehatan terhadap rumah sakit yang bersangkutan.

"Identitasnya disembunyikan tidak apa, tapi dibuat aja laporannya, misalnya saya perawat di ruang anak, saya di ruang poli gigi, seperti itu. Karena manajamennya tidak laporkan, kalau mereka tidak ada lapor, kita dapat laporan dari mana," tuturnya.

Kisah Miris Perawat di RSU Haji Medan, APD Pakai Berulang hingga tak Dapat Insentif,30 Nakes Positif

Alwi menegaskan bahwa seharusnya rumah sakit menyediakan APD kepada para petugas medisnya sesuai SOP ketentuan Penanganan Covid19.

"Harusnya disediakan lah karena orang itu bisa menganggarkan sendiri dan membeli sendiri. Dan ada bantuan kita juga, lengkap permintaannya dan tanda terimanya ada. Adalah, banyak-banyak itu," tegasnya.

Alwi menyebutkan, hingga saat ini belum ada laporan balik dari RSU Haji terkait masukan yang telah diberikan terkait pemutusan rantai Covid19 di tenaga medis. "Belum ada laporan, hari Sabtu pula ini, itukan ada isolasi," tuturnya.

Sebelumnya, perawat di Rumah Sakit Umum Haji Medan membeberkan dugaan perlakuan tak sesuai prosedur dalam penanganan pasien Covid-19.

Seorang perawat RSU Haji yang tak ingin disebutkan identitasnya membeberkan fakta penyebab tingginya angka tenaga medis yang terpapar.

Dikatakannya, para perawat dalam menangani pasien Covid-19 diberikan APD yang dijatah dan tidak diganti setiap harinya sejak bulan Mei 2020.

Bahkan yang lebih miris, baju azmat dan masker yang dipakai para tenaga medis harus disterilkan kembali. Dan bahkan ada yang harus membeli masker sendiri.

RSU Haji Medan Klaster Covid-19 Terbesar di Sumut, 30 Tenaga Medis Positif Corona, 2 Orang Meninggal

"Kami ada 240 perawat di sini, kami tidak di fasilitasi kerja, APD sama masker dijatah. Jadi baju azmat kami itu didaur ulang. Sudah dipakai lalu disterilkan, baru dipakai kembali. Maskerpun dijatah, kami pakai masker lebih dari tiga hari itupun masker medis biasa. Bahkan kami disuruh beli sendiri," ungkapnya kepada Tri bun, Jumat (14/8/2020).

Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa tidak adanya perlengkapan APD tersebut yang membuat banyaknya tenaga medis yang berjatuhan terpapar Covid-19.

"Jadi pasien itu dibuat masuk ke ruangan rawat inap biasa. Jadi di situ kami kenak tertularnya, karena kami dengan tanpa perlengkapan tidak mengetahui pasien tersebut ternyata terpapar," tegasnya.

Bahkan ia menerangkan saat ini banyak perawat yang menangani khusus pasien Covid19 tidak pernah dilakukan swab. Yang lebih miris bahwa para pasien yang positif tidak dirawat oleh rumah sakit.

"Kami juga perawat belum semua diswab. Malah yang diswab yang tidak menanganin pasien. Dan teman-teman kami perawat yang positif disuruh manajemen rawat diri sendiri di rumah, bukan dirawat di RS Haji," tuturnya.

Ia menyebutkan bahwa para perawat yang menangani pasien Covid19 juga tidak diberikan ruang karantina setelah menangani pasien dan langsung disuruh pulang ke rumah masing-masing.

Hal ini dijelaskannya yang menjadi penyebab tertularnya suami dari almarhum perawat Rasyidah yang meninggal dunia.

"Kami yg merawat Covid-19 tidak difasilitasi seperti biasa. Kami disuruh pulang sehabis merawat, makanya kawan kami yang meninggal Rasydah Ulfa itu suaminya ikut positif. Seharusnya selesai dari ruangan Covid-19 kami diisolasi dulu 14 hari baru diperbolehkan pulang apabila hasil rapid atau swab kami negatif. Ini salah satu penyebab penularan dan menularkan ke keluarga," tuturnya.

"Dan teman kami yang meninggal itu belum dapat santunan hingga hari ini," tambahnya.

2 Tenaga Medis Meninggal Dunia, Total Ada 30 Orang Positif Covid-19 di RS Haji Medan

Ia bahkan menyebutkan hingga saat ini pihaknya tidak diberikan insentif menangani pasien Covid-19 dan tidak ada diberikan Surat Keterangan tenaga medis yang menangani Covid19.

"Kami merawat tidak diberikan SK Covid-19. Jadi kami duga ada permainan antara manajemen rumah sakit. Mereka melaporkan ke dinas ada Covid di RS Haji. Tapi kami karyawannya tidak diberikan apa apa. Kami yang merawat pasien Covid-19 juga tidak di berikan insentif sejak bulan Mei hingga sekarang. Tapi laporan kami masuk ke dinas bahwasannya kami merawat Covid-19.

Terakhir, ia meminta agar selanjutnya ada tindakan dari pihak rumah sakit dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid19 di Sumut untuk bisa mendengarkan keluh kesah mereka dengan memberikan APD yang lengkap di setiap harinya.

"Kami minta kami itu diberi kelengkepan APD yang sesuai standart setiap harinya tanpa harus disterilkan. Kamipun rela bekerja bertaruh nyawa untuk merawat pasien Covid-19 apabila kami diperlengkapi dengan APD dengan benar. Kami juga minta diberikan insentf selayaknya dengan puding dan jam istirahat yang cukup," sebutnya.

Seorang Perawat di Rumah Sakit Haji Medan Meninggal Dunia, Suspek Covid-19

Direktur Rumah Sakit Umum Haji Medan, dr Khainir Akbar Yusuf menyebutkan, dirinya meminta agar dikonfirmasi ke Dinas Kesehatan.

"Nah udah itu-itu aja, tanya sama Dinas Kesehatan lah itu. Udah ada beritanya itu," ungkapnya kepada Tri bun, Kamis (13/8/2020).

Khainir mengungkapkan bahwa dirinya tak ingin dikonfirmasi terkait kabar tersebut.

"Enggak perlu lagi konfirmasi, udah ada itu, ya dek enggak perlu konfirmasi, lanjutlah-lanjut," katanya langsung mematikan komunikasi telepon.(vic/tri bun-medan.com) 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved