Sepekan Erupsi Sinabung, 6.824 Ha Lahan Pertanian Terdampak Abu Vulkanik, Kerugian Rp 170 Miliar
Gunung Sinabung yang berada di Kabupaten Karo terus mengalami peningkatan aktivitas yang cukup signifikan.
Penulis: Muhammad Nasrul | Editor: Juang Naibaho
Laporan Wartawan Tribun Medan/Muhammad Nasrul
TRIBUN-MEDAN.com, KABANJAHE - Gunung Sinabung yang berada di Kabupaten Karo masih mengalami peningkatan aktivitas yang cukup signifikan.
Sepekan terakhir Gunung Sinabung sudah beberapa kali mengalami erupsi dengan ketinggian kolom abu berkisar ribuan meter dari atas puncak.
Dengan tingginya intensitas aktivitas vulkanik Gunung Sinabung ini, membuat luas wilayah yang terdampak abu vulkanik semakin besar.
Hingga saat ini sudah ada tujuh kecamatan di Kabupaten Karo yang terpapar abu vulkanik.
Informasi yang didapat dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Karo, dari tujuh kecamatan tersebut kurang lebih seluas 6.824,5 hektare lahan pertanian yang ikut terdampak abu vulkanik.
Kepala Dinas (Kadis) Pertanian dan Peternakan Karo Ir Matehsa K Purba, menjelaskan untuk total luas lahan yang terdampak ini, terdata mulai dari erupsi sejak Sabtu (8/8/2020) lalu, hingga Jumat (14/8/2020) kemarin.
"Untuk lahan pertanian yang sekarang sudah terdampak erupsi, sampai saat ini sudah meluas ke tujuh kecamatan. Sampai Jumat kemarin, kita data luasnya itu ada kurang lebih seluas 6.824,5 hektare," ujar Matehsa, Kamis (20/8/2020).
Matehsa menjelaskan, dari tujuh kecamatan yang lahan pertaniannya terdampak berada di Kecamatan Namanteran, Simpangempat, Merdeka, Dolatrayat, Kabanjahe, Barusjahe, dan Berastagi.
Kondisi ini berdampak kepada kerugian materi bagi petani.
Perhitungan sementara, sambung Matehsa, dari tujuh kecamatan yang terdampak ini diperkirakan kerugian mencapai Rp 170,4 miliar.
Untuk diketahui, sebelumnya terhitung hingga Senin (10/8/2020) lalu luas lahan pertanian yang mengalami kerusakan mencapai 1.483 hektare.
Dari total luas lahan yang itu, mencapai kerugian sebanyak kurang lebih 4,1 miliar rupiah.
"Sampai Senin kemarin, yang kita data lahan pertanian yang terdampak itu seluas 1.483 hektare, dengan kerugian mencapai 4,1 miliar rupiah. Kalau untuk sampai saat ini wilayah yang terkena dampaknya sudah semakin meluas, kita perhitungkan untuk kerugian materi mencapai 170,4 miliar rupiah," ungkapnya.
Matehsa menjelaskan, dari total luas lahan yang terdampak abu vulkanik ini tercatat yang paling parah terpapar ialah jenis hortikultura.
Dari ketujuh kecamatan ini, sedikitnya 29 jenis tanaman hortikultura yang terdampak abu vulkanik.
"Ada 29 jenis yang terdampak, dan yang paling parah itu jenis hortikultura yang terdampak. Kalau yang paling banyak, semuanya kecamatan rata, cuma yang paling parah sampai saat ini di Kecamatan Namanteran," ungkapnya.
Saat dinyata mengenai langkah yang telah dilakukan untuk meminimalisir dampak abu vulkanik, Matehsa menjelaskan pihaknya telah memberikan alat penyemprot atau blower kepada kelompok tani.
Dirinya menyebutkan, dari blower yang ada sampai saat ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk lebih cepat membersihkan dampak abu vulkanik.
"Ya sekarang masih blower, dan juga kita minta kepada masyarakat untuk tetap melakukan penyemprotan menggunakan air agar abunya lebih cepat hilang. Dan setelah itu, langsung disemprot dengan cairan fungisida," katanya.
Saat ini pihaknya juga telah meminta bantuan kepada Kementerian Pertanian untuk pengadaan blower dan cairan fungisida tambahan.
(cr4/tribun-medan.com)