Pasien RSJ Meningkat di Medan, Psikolog Ungkap Tren Cemas dan Depresi Saat Pandemi
Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mahoni, Kota Medan, mengalami peningkatan jumlah pasien di tengah pandemi Covid-19.
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mahoni, Kota Medan, mengalami peningkatan jumlah pasien di tengah pandemi Covid-19. Kebanyakan pasien datang dengan keluhan takut dan cemas yang berlebihan.
Psikolog, Irna Minauli mengungkapkan bahwa selama pandemi covid-19 berlangsung, sektor perekonomian menjadi anjlok. Tidak sedikit pelaku usaha gulung tikar dan karyawan terkena PHK.
Ddampak yang diakibatkan dari dua permasalahan tersebut menimbulkan efek kecemasan.
Hal ini yang sering dia temukan dalam kasus yang ditanganinya.
"Kasus-kasus yang banyak muncul di biro psikologi yang saya tangani juga mengarah pada peningkatan gangguan kecemasan dan depresi ini," ungkap Irna, Senin (31/8/2020).
Irna menuturkan bahwa depresi dan stres di tengah pandemi tidak serta merta langsung muncul.
Dalam tingkat seperti ini, Irna mengatakan sudah ada faktor sebelumnya yang mendukung permasalahan penderita hingga menimbulkan cemas dan stres berlebihan.
"Dampak psikologis yang paling umum dari pandemi ini adalah adanya gangguan kecemasan dan depresi. Tapi umumnya hal itu diderita mereka yang memang sudah memiliki kecenderungan tersebut sebelumnya. Sudah ada faktor predisposisinya," ujarnya.
Menurut Irna, akan semakin cepat terjadi kerusakan saat penderita mendapat tekanan beban saat pandemi, contohnya karyawan yang terkena PHK.
"Kondisi ini diperparah ketika adanya masalah ekonomi yang mengakibatkan seseorang mengalami tingkat stress life event yang tinggi pada kasus kebangkrutan atau PHK," kata Irna.
Selain karyawan dan pelaku bisnis, tidak jarang ia menemukan remaja yang mengalami cemas dan depresi akibat pembelajaran online yang diterapkan secara mendadak.
"Kondisi kecemasan ini juga bisa dialami oleh mereka yang sedang belajar online. Terlebih pada mereka yang mengalami kesulitan untuk memahami pelajaran yang diberikan oleh guru secara online. Sementara mereka merasa tidak ada orang yang dapat membantu mengatasi kesulitannya," kata Irna.
Tambahnya, di masa pandemi ini, Irna mengutarakan bahwa kasus finansial menjadi masalah yang signifikan dialami seseorang yang menyebabkan depresi.
"Kurangnya sumber daya dari lingkungan sosial yang dapat memberikan social support khususnya secara finansial menjadi masalah signifikan sebagai penyumbang gangguan depresi.
Perasaan tidak berdaya karena tidak adanya harapan (Hopeless) dan tidak adanya yang menolong (helpless) membuat seseorang menjadi depresi," pungkas Irna.
(cr13/tribun-medan.com)