Breaking News

Nasib Pemuda Menikahi Putri Pengusaha Tajir, Mati Ditikam Mertuanya Setelah Menguasai Perusahaan

PEMBUNUHAN di tengah pusat distrik bisnis Kota Singapura tiga tahun silam tepatnya pada 10 Juli 2017 membuat geger warga.

Istimewa
Babak akhir kasus pembunuhan di tengah pusat bisnis Singapura. 

Kesabaran Tan akhirnya habis ketika dia dan putrinya hanya mendapatkan separuh uang dari hasil penjualan perusahaan yang dipimpinnya.

Tan Nam Seng terlihat berdiri tenang di depan mayat menantunya Spencer Tuppani di sebuah kedai kopi di Jalan Boon Tat, kawasan bisnis Singapura. Tan membunuh Tuppani pada siang bolong, 10 Juli 2017.

Lihat Foto

Tan Nam Seng terlihat berdiri tenang di depan mayat menantunya Spencer Tuppani di sebuah kedai kopi di Jalan Boon Tat, kawasan bisnis Singapura. Tan membunuh Tuppani pada siang bolong, 10 Juli 2017.(STOMP SINGAPORE)

Tuppani adalah sosok yang mendesak Tan untuk menjual perusahaan yang dirintis dengan susah payah pada tahun 1974 oleh Tan.

Adapun alasan penjualan karena kondisi keuangan perusahaan yang tidak begitu sehat.

Tan yang mengakui kemampuan berbisnis Tuppani, memilih mempercayakan segalanya kepada si menantu.

Tan semakin yakin bahwa sejak awal Tuppani telah merencanakan untuk menceraikan putrinya, merebut kendali perusahaan, dan mengambil hak asuh anak.

Kondisi kesehatan fisik dan mentalnya merosot dan dia mengalami susah tidur.

Kronologi pembunuhan berdarah yang dingin

Pada siang hari, Tan sedang dalam perjalanan menuju ke kantornya ketika dia melihat menantu sedang makan siang di kedai kopi di Jalan Boon Tat.

Setibanya di kantor, pelaku menuju ke dapur mengambil sebuah pisau.

Sesampainya di kedai kopi Tan menghampiri Tuppani dan berkata, “Kamu memang keterlaluan.” Tak lama kemudian dia mengeluarkan pisau dari tas dan menghunuskannya ke dada korban tiga kali.

Tuppani sempat coba berlari dengan luka tusuk di dadanya, tapi akhirnya tjatuh pingsan di restoran sebelah dan meninggal dunia di tempat.

Tan kemudian menendang wajah menantunya itu dua kali dan menghalau kerumuman yang kaget bukan kepalang melihat apa yang baru terjadi.

Pengusaha perkapalan itu memberitahu kerumunan, "Ini menantu saya, tidak perlu tolong dia, dia pantas mati."

Tan dengan tenang meletakkan pisau di samping meja dan kemudian duduk menunggu kedatangan polisi.

Sambil menunggu dia menelepon putrinya dan berkata, ”Ayah tidak bisa tidur kemarin malam. Ayah sudah melakukannya. Jangan menangis. Ayah sudah tua. Ayah tidak takut masuk penjara.”

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved