Pimpin Langsung Penumpasan PKI, Letjen Purn Sintong Panjaitan Angkat Bicara soal Kebangkitan PKI
Sintong: Sekarang saya mau tanya, tunjukkanlah 20 komunis Indonesia ini, saya kasih seminggu, yang betul-betul mereka komunis, supaya kita jelas.
Pimpin Langsung Penumpasan PKI, Letjen Purn Sintong Panjaitan Angkat Bicara soal Kebangkitan PKI
Pelaku sejarah penumpasan G30S/PKI, Letjen Purn Sintong Panjaitan menanggapi isu kebangkitan PKI yang dilontarkan sejumlah pihak di Tanah Air.
Pernyataan Mantan Danjen Kopassus (dulu bernama Resiman Para Komando Angkatan Darat/RPKAD) ini dilontarkan dalam Podcast di kanal YouTube Puspen TNI.
Dalam wawancara tersebut, awalnya Sintong mengungkap kembali perannya menumpas Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI).
Kisah Sintong ini sudah ditulis dalam buku berjudul Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, yang ditulis Hendro Subroto.
Letda Sintong alumni dari Akademi Militer Nasional Angkatan 1963, adalah anggota RPKAD (kini Kopassus) yang masuk dalam kompi Lettu Feisal Tanjung, semula diterjunkan sebagai sukarewan Dwikora ke Serawak.
Sintong akan memimpin Peleton 1 Kompi Feisal Tanjung.
Karena status kompi itu dalam operasi tersebut berupa sukarewalan Dwikora, para personil harus menanggalkan semua atribut resmi personil RPKAD, tak terkecuali kartu anggota.
Namun saat penerjunan pesawat Hercules yang membawa pasukan RPKAD ditembaki pasukan Inggris di Serawak hingga terpaksa berputar kembali ke Kalimantan.
Celakanya saat pesawat kembali ke Indonesia, pesawat yang membawa Sintong dan rekannya juga ditembaki artileri Indonesia karena dikira pesawat musuh.
Namun akhirnya semua pasukan selamat.

Usai apel pagi 1 Oktober 1965, Sintong diberitahu Lettu Faisal Tanjung yang telah mendapat briefing dari Komandan RPKAD Kolonel Sarwo Edhie bahwa operasi penerjunan ke Kuching dibatalkan.
Kompi Tanjung pun dikembalikan sebagai kompi reguler dan akan ditugaskan dalam operasi penumpasan gerombolan G30S yang kabarnya masih belum jelas benar pagi itu.
Tugas baru itu membuat Sintong dan semua personil di Kompi Tanjung kalang kabut.
Seragam dan semua atribut resmi mereka semua ada di Kartosuro.
Akhirnya mereka mengenakan seragam perpaduan atasan loreng “darah mengalir” RPKAD yang diberikan mako Cijantung dan bawahan celana hijau sukarelawan Dwikora ketika berangkat ke Makostrad, Jalan Merdeka Timur, untuk menjalankan tugas.
Singkat cerita Lettu Feisal Tanjung menugaskan Peleton Sintong untuk merebut RRI.
Selepas magrib, Sintong memimpin Pleton 1 berjalan kaki menuju RRI.
Setelah pasukan Sintong melepaskan tembakan, pasukan pemberontak langsung kabur meninggalkan RRI.
Setelah semua selesai, Sintong mempersilakan Kepala Dinas Penerangan AD Brigjen Ibnu Subroto membacakan teks pidato Pangkostrad Mayjen Soeharto.
Siaran RRI ini cukup ampuh membuat moral pasukan pemberontak runtuh.
Bahkan ada jenderal yang sempat ditawan pasukan pemberontak di Palembang selamat setelah mendengar siaran RRI.
Pasukan pemberontak langsung meninggalkan tawanannya setelah mendengar siaran RRI tersebut.
Setelah menguasai RRI, Kompi Tanjung ditugas merebut Bandara Halim Perdana Kusumah yang saat itu dikuasai batalyon dari Jawa Timur yang mendukung PKI.
Bandara Halim Pernah Kusumah akhirnya bisa dikuasai pasukan PRKAD.
Saat Bandara Halim Pernah Kusumah dikuasai PRKAD, didapat informasi jasad jenderal yang diculik dikubur di sekitar Lubang Buaya.
Karena Kompi Tanjung yang sebelumnya akan diterjun ke Serawak dianggap paling siap, akhirnya mereka yang diberi tugas menemukan lokasi penguburan jasad para Pahlawan Revolusi.
Pasukan yang dipimpin Sintong akhirnya menemukan sumur tua yang sudah ditutupi tempat penguburan jasad Pahlawan Revolusi.
Saat pengangkatan jasad, Sintong akhirnya meminta bantuan tim TNI AL yang mempunyai peralatan lengkap.
Pengangkatan jasad Pahlawan Revolusi disaksikan Pangkostrad Mayjen Soeharto.
Aksi Sintong dalam penumpasan PKI tidak berhenti di Lubang Buaya.
Pada 17 Oktober 1965, Kolonel Sarwo Edhi memimpin RPKAD ke Jawa Tengah untuk melakukan “pembersihan”.
Sintong mendapat tugas di Solo.
Sintong mengatakan pasukannya menangkap ratusan tentara yang berpihak pada komunis, tapi tidak pernah membunuh warga sipil.
Ia mengaku mendengar ada beberapa kasus warga membunuh warga pendukung PKI.
''Tapi itu antara warga dengan warga sebagai bagian organisasi. Tapi tentara tidak ikut terlibat,'' katanya.
Setelah terlibat langsung dalam sejarah penumpasan PKI, Sintong pun ditanya pendapatnya tentang isu kebangkitan komunis di Indonesia.
Tak terduga mantan Danjen Kopassus ini memberikan pernyataan menohok.
Letnan Jenderal Purn Sintong Panjaitan menyebut jika komunis sudah tidak ada di Indonesia.
"Perlu diluruskan mengenai komunis, jadi komunis itu sebetulnya menurut pendapat saya, udah kapok itu Komunis di Indonesia, nggak ada komunis di Indonesia," kata Sintong.
Sintong berpendapat jika PKI sudah kapok dan tidak ada lagi Komunis di Indonesia.
"Sekarang saya mau tanya, tunjukkanlah 20 komunis Indonesia ini, saya kasih seminggu, yang betul-betul mereka komunis, supaya kita jelas.
Jangan membuat sesuatu yang tidak ada," kata dia.
Menurut Sintong, orang yang mempelajari tentang liberal bukan berarti orang tersebut berpaham liberalisme.
Pun demikian, orang yang mempelajari Komunis bukan berarti dia memiliki paham Komunisme.
"Sebetulnya masalah komunis itu ada dua macam, komunis sebagai ideologis, tapi anak-anak muda ini kan dia belajar mengenai liberalisme komunisme," katanya.
"Apakah dengan belajar liberaslisme ini jadi liberal, apakah belajar komunisme jadi komunis, tidak bisa, ada juga orang yang beragama kristen mempelajari agama islam, ada islam mempelajari kristen, itu untuk pengetahuan, tapi untuk anutan mereka beragama tertentu, beragama Budha tapi mereka mempelajari Islam bukan berarti Islam dia, jadi sama saja, kalau kita mempelajari komunis belum tentu komunis," sambungnya.
Menurutnya, bangsa Indonesia saat ini tidak perlu meributkan hal yang sebenarnya tidak ada.
"Jadi sebetulnya tidak perlu saya rasa republik Indonesia ini bertengkar dengan sesuatu yang tidak ada," kata Sintong yang kini berusia 80 tahun.
"Jadi dengan demikian saya rasa kita menghormati pendapat orang, tapi janganlah untuk disebarkan seolah-olah komunis itu di Indonesia itu sudah bergerak, tidak ada komunis di Indonesia," jelasnya.
Ia pun berpesan kepada generasi saat ini, agar lebih bersikap Pancasila dan bangga dengan ideologi Pancasila tersebut.
"Perlu kau ketahui kamu mempunyai ideologi Pancasila yang terbaik di dunia, kau dalami Pancasila itu maka setiap orang yang berbeda pendapat berbeda apapun di situ ada tempatnya," pesannya.
"Dari segi agama juga, engkau beragama apapun juga kau harus membela Pancasila karena agamau itu tidak dilarang Pancasila, yang dilarang agamamu itu melawan agama orang lain," tambahnya,
"Mudah-mudahan republik ini menjadi negara yang bagus, negara yang toleran dan negara yang aman tentram," harapnya.
(*)