Pengemis di Lampu Merah Sei Sikambing Sewa Anak Tetangga supaya Dapat Uang Lebih Banyak
Pengemis yang membawa anak kecil saat meminta-minta semakin marak di Kota Medan. Sebagian pengemis ternyata "menyewa" anak orang lain.
TRIBUN-MEDAN.com - Pengemis yang membawa anak kecil saat meminta-minta semakin marak di Kota Medan. Sebagian pengemis ternyata "menyewa" anak orang lain.
Pemandangan pengemis dengan membawa anak kecil dapat dilihat di persimpangan Pasar Sei Sikambing, Jalan Gatot Subroto. Amatan Tribun Medan, Sabtu (3/10/2020) tampak tiga pengemis yang masing-masing menggendong anak sambil memegang kemoceng.
Di bawah panas terik dan bermodalkan kemoceng, mereka menghampiri kendaraan yang menunggu lampu merah dan sesekali mengetuk kaca mobil untuk meminta uang. Seorang pedagang di pasar mengaku heran melihat banyaknya pengemis yang membawa anak di daerah itu.
"Bawa bayi semua berpanas-panasan begitu kan kasihan. Dulu enggak seramai ini. Saya enggak tahulah sebabnya apa. Cuma dulu sepertinya cuma satu. Itu pun bergantian," katanya.
Seorang pengemis mengaku terpaksa membawa anaknya ikut mengemis lantaran tidak ada yang menjaga di rumah.
"Bawa dia bukan kenapa-kenapa, karena gak ada yang jaga. Yauda dibawa aja, kalau ditinggal sama siapa di rumah. Kasian iya, panas juga ikut saya. Tapi mau gimana lagi?" ungkapnya.
Ia mengakui bahwa dengan membawa anak, pendapatannya lebih banyak dibandingkan jika mengemis seorang diri.
"Lumayan (ada penambahan). Enggak banyak-banyak, tapi bisa untuk makan. Kalau dulu dapat Rp 30 ribu sehari, sekarang ini bawa anak jadi bisa dapat Rp 50 ribu. Bisa cukup-cukup uang susu dia. Banyak yang kasihan lihat dia jadi kadang dikasih-kasih. Pernah dikasih mainan juga," ujarnya.
Pengemis di simpang Jalan Krakatau yang tak ingin disebut namanya mengaku sudah tiga minggu membawa anak tetangganya mengemis mulai pukul 11 sampai pukul 4 sore.
"Bawa anak ini karena lihat kawan lain bawa anak penghasilannya meningkat. Jadi izin lah bawa anak tetangga, pulang kubelikan makanan dan susunya. Anakku sudah besar, enggak bisa ikut lagi," ujar pengemis tersebut.
Dulunya, ia berprofesi sebagai penjual rokok Sejak pandemi ia mencoba menjadi pengemis dan menghasilkan kurang lebih Rp 50 ribu per hari. Jika akhir pekan, ia mampu meraup hingga mencapai Rp 100 ribu.
"Sebenarnya enggak tega juga bawa anak ini. Enggak lama-lama juga, jam 3 atau jam 4 sudah pulang," katanya. Eksploitasi AnakKetua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait mengatakan, eksploitasi anak semakin meningkat pada masa pandemi.
"Itu dampak dari Covid-19, akibatnya orang tua kehilangan pekerjaan. Di Kota Medan, hampir 2-3 juta orang kehilangan pekerjaan. Akibatnya anak menjadi alternatif untuk menopang ekonomi keluarga," ungkap Sirait, Sabtu (3/10/2020).
Menurut data yang dihimpun dari Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Provinsi Sumut dan LPA Kota Medan sepanjang tahun 2019 di Kota Medan ditemukan 897 anak terkonfirmasi dieksploitasi menjadi anak jalanan, pengemis, pengamen dan pemulung. Pada masa pandemi Covid-19, angka tersebut melonjak menjadi 1.268 anak.
Ia menuturkan pembelajaran jarak jauh yang menuntut anak belajar di rumah juga dimanfaatkan oleh sebagian orangtua untuk mencari uang.