Update Covid19 Sumut 16 Oktober 2020

TERNYATA Kota Medan Peringkat Pertama Kematian Dokter Akibat Covid-19 di Indonesia

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia atau PB IDI melalui Tim Mitigasi IDI merilis jumlah dokter yang meninggal dunia akibat covid-19 di Indonesia.

Editor: Juang Naibaho
istimewa/IDIMedan
Foto 14 dokter meninggal akibat covid-19 di Kota Medan. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia atau PB IDI melalui Tim Mitigasi IDI merilis data dokter yang meninggal dunia akibat covid-19 di Indonesia.

Per 15 Oktober 2020, terdapat sebanyak 136 dokter yang meninggal dunia di Indonesia.

Dari jumlah tersebut, sebanyak lima kota dengan jumlah terbanyak yakni Medan pada posisi pertama sebanyak 14 dokter yang meninggal dunia.

Disusul Surabaya (10 dokter), Jakarta Selatan (8 dokter), Jakarta Timur (6 dokter), Makassar (5 dokter).

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kota Medan, Mardohar Tambunan mengatakan turut berduka cita terhadap dokter yang gugur dalam menjalankan tugas.

"Tentu kita turut berduka cita karena itu bukan hal yang kita inginkan," ujar Mardohar saat dikonfirmasi Tribun Medan, Jumat (16/10/2020).

Dikatakannya, pihaknya akan melakukan penguatan regulasi untuk menekan jumlah dokter yang meninggal akibat covid-19.

"Terkait hal tersebut kita akan lakukan perubahan yang lebih baik ke depannya juga penguatan regulasi dan penanganan yang lebih efektif ke depannya," katanya.

Mardohar menuturkan dokter yang menangani pasien covid-19 dipastikan menggunakan APD level tiga dan melakukan tes swab setiap satu bulan sekali.

"Untuk ke depannya tenaga kesehatan khusus nya dokter kita akan lakukan seleksi yang betul-betul sebelum terjun menangani pasien. Juga dipastikan melakukan tes swab pcr satu bulan sekali khusus bagi yang langsung berhubungan dengan pasien covid-19," ujarnya.

Sebaran di Medan

Pejabat sementara (Pjs) Wali Kota Medan Arief Sudarto Trinugroho mengungkapkan, saat ini jumlah positif Covid-19 di Kota Medan tertinggi ada di tiga kecamatan.

Adapun ketiga kecamatan tersebut, yakni Medan Helvetia, Kecamatan Medan Johor, dan Kecamatan Medan Timur.

Karena itulah, ia meminta agar fokus penanganan Covid-19 ini dilakukan di tiga kecamatan tersebut namun tanpa mengecualikan kecamatan lainya.

"Saya minta agar update data Covid-19 terus diperbaharui setiap harinya serta dilakukan evaluasi dan membuat laporan mengenai apa saja yang telah dilakukan. Database dan evaluasi ini menjadi dasar bagi kita dalam mengambil kebijakan dan langkah strategis dalam penanganan Covid 19 di Kota Medan," katanya, Jumat (16/10/2020).

Ia pun menginstruksikan, kepada seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD), di Lingkungan Pemko Medan, untuk lebih aktif guna mencegah penyebaran Covid 19 di Kota Medan.

Ia juga memerintahkan kepada masing-masing OPD terkait agar lebih giat dalam melakukan tugas-tugasnya guna menekankan penyebaran Covid 19 di Kota Medan.

Selain itu, Arief mengungkapkan bahwa berdasarkan data dari Gugus Tugas Covid-19 Provinsi Sumut, selama 14 hari terakhir konfirmasi positif Covid 19 di Kota Medan mengalami penurunan, begitu pula dengan positif rate juga mengalami penurunan bersamaan dengan peningkatan recovery rate.

"Kondisi ini tentunya harus terus dipertahankan agar Covid 19 di Kota Medan segera berakhir. Mudah-mudahan ini terus bisa kita pertahankan, sehingga konfirmasi positif terus menurun," ungkapnya.

Sosialiasi Tim Mitigasi IDI

Sebelumnya, Tim Mitigasi Dokter PB IDI melakukan sosialisasi pedoman era covid-19, melalui aplikasi zoom meeting, Rabu (14/10/2020).

Sosialisasi ini juga sekaligus peluncuran dia pedoman dalam menghadapi covid-19.

Yakni Pedoman Tata laksana Covid-19 berdasarkan Buku 5 Organisasi Profesi dan Sosialisasi Pedoman Perlindungan Dokter di Era Covid-19.

Ketua Tim Mitigasi IDI, dr Moh Adib Khumaidi Sp OT mengatakan peluncuran pedoman ini merupakan cara untuk mensosialisasikan prosedur keselamatan penanganan covid-19 bagi para dokter dan masyarakat pada umumnya.

"Kegiatan sejenis sosialisasi ini memang kita lakukan secara rutin mulai dari awal pandemi. Tapi harapannya ke depan bisa lebih rutin dan bisa diakses oleh seluruh sejawat dokter yang ada di Indonesia. Harapannya upaya sosialisasi ini bisa menyentuh semua dokter di Indonesia," ujar Adib.

Ia juga mengatakan di masa pandemi, sebagai organisasi profesi IDI berusaha untuk melakukan professional defense atau pencegahan secara profesional dalam penanganan covid-19.

"Kita harapkan tim mitigasi cabang dan wilayah berkoordinasi dengan pusat. Dengan kondisi saat ini yang harus kita tekankan adalah bagaimana kita menjadi organisasi yang melakukan profesional defense.

Kemudian anggota bisa mendapatkan akses informasi secara mudah. Pemeriksaan pcr yang gratis dan rutin begitu juga dengan akses tempat isolasi mandiri," jelasnya.

Dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia atau PDPI dr Fathiyah menjelaskan mengenai tata laksana covid-19.

Dikatakannya, pelaksanaan PCR follow up hanya dilakukan untuk pasien terkonfirmasi covid-19 dengan gejala berat dan kritis.

"Jadi jika dengan gejala ringan atau OTG, hanya perlu isolasi mandiri selama 10 hari, kemudian bisa beraktivitas tanpa harus tes pcr lanjutan untuk follow up. Dengan catatan kondisinya baik," ujar nya.

Untuk pasien yang dinyatakan probable meskipun belum terkonfirmasi namun meninggal, ia mengatakan bahwa pasien dengan jenis ini tetap dimakamkan dengan protokol covid-19 apabila gejala-gejala sangat mendekati.

"Juga akan dilakukan pemulasaran kepada yang kontak erat dengan pasien," terangnya.

Fathiyah menjelaskan bahwa virus covid-19 merupakan virus dengan akibat yang sering tidak terduga karena bisa merusak berbagai sistem organ tubuh yang lainnya, seperti ginjal, hati, dan otak.

"Jadi virus covid-19 ini termasuk yang luar biasa ya, karena akibatnya bisa ke berbagai organ di dalam tubuh," katanya.

Untuk sosialisasi pedoman standar perlindungan dokter dijelaskan oleh dr Weny Rinawati.

Berdasarkan data terakhir yang dirilis, 136 dokter meninggal dunia di seluruh Indonesia.

"Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah pemakaian APD secara lengkap dan benar, berada di ruangan dengan tekanan negatif, serta memastikan para dokter bisa mengakses informasi melalui SIMIDI yang dirancang IDI untuk menjadi pusat informasi dokter di masa pandemi covid-19" terangnya.

(cr14/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved