Blok M Tinggal Kenangan, Dulu Kencing Aja Susah, Kini Dibiarkan Mati, Pedagang Cuma Bisa Lakukan Ini
Blok M Mall telah mati. Kejayaannya pada era 1990-an sampai 2000-an telah sirna. Blok M Mall tak lagi menjadi pilihan anak muda.
Anak-anak muda era 2000-an misalnya suka ngeceng ke Blok M Mall, entah itu hanya jajan di kawasan kaki lima di sekitar Blok M Mall atau belanja kaset.

Biasanya juga, anak-anak muda datang dari arah Taman Martha Tiahahu setelah bersantai di taman.
Ada juga yang sengaja langsung turun dari Terminal Blok M menuju Blok M Mall yang terkoneksi langsung dengan tangga.
Ada juga anak-anak muda yang sekadar nongkrong di Galeri Telkom dekat tangga jalur. Mereka sekadar menelepon teman atau pacar dengan telepon koin.
"Dulu anak-anak muda dari mana saja ke Blok M Mall. Ada dari Ciputat, Parung, Tangerang, pasti ke sini.
Kan aksesnya mudah, bus dari mana saja pasti ada yang ke Blok M," kata Kahar.
Pada era 1990 sampai 2000-an, jalur-jalur terminal di Blok M juga dipenuhi anak sekolah.
Jalur 5 dan 6 kerap menjadi tempat nongkrong kelompok STM Penerbangan dan SMK Poernama. Kini, Blok M Mall kosong melompong.

Banyak kios yang tutup, apalagi saat ini dihantam pandemi Covid-19. Pedagang-pedagang disebut tak sanggup membayar sewa kontrak.
"Yang sisa jualan sini paling yang punya hak pakai misalnya 30 tahun," ujarnya.
Salsabilla (23), seorang mahasiswa swasta di Jakarta, mengatakan, kawasan Blok M Mall tak menarik bagi anak muda saat ini.
Salsa sendiri sudah lima tahun tak berbelanja di Blok M Mall. "Dulu sih Blok M Mall setahu saya sih dulu ramai dan megah ya.
Ada lorong panjang. Banyak toko-toko baju. Dulu sih belanja ke Blok M sama orangtua pas SD," kata Salsa saat ditemui Rabu sore.
Salsa lebih memilih belanja di dekat rumah dan tak sesuai dengan tren serta preferensi mode.
Blok M Mall dianggap tak menarik karena hanya jejeran toko biasa dan dekorasi lainnya.