Kisah Israel Mencuri Pesawat Paling Canggih Uni Soviet di Era Perang Dingin dan Diberi Nomor 007

Aksi pembelotan Munir Redfa segera menjadi pemberitaan dunia, segera pihak Irak dan Rusia menuntut kembalinya pesawat.

Editor: Tariden Turnip
tribun jabar
Kisah Israel Mencuri Pesawat Paling Canggih Uni Soviet di Era Perang Dingin dan Diberi Nomor 007. Mikoyan Gurevich 21 (MiG-21) 

Namun Soviet terus melakukan perbaikan dan penyempurnaan hingga MiG-21 nongol di Perang Vietnam dan mampu tampil sebagai fighter penebar maut.

Setelah menuai sukses dalam Perang Vietnam, MiG-21 yang kemudian diproduksi masal dioperasikan lebih dari 46 negara termasuk Indonesia.

Varian yang menunjukkan kemampuan setiap generasi MiG pun terus diproduksi hingga 1973.

Varian-varian MiG-21 itu antara lain MiG-21PF Fishbed D, MiG-21MF Fishbed E, MiG-21 RF Fishbed H, MiG-21 MF Fishbed J, MiG-21 PFMA Fishbed J, dan lainnya. Jumlah varian yang diproduksi kurang lebih 20 jenis.

Sedangkan jumlah total produksi MiG-21 yang sangat populer itu bahkan mencapai lebih dari 10.000 unit.

Populasi dan keberadaan MiG-21 tersebar di hampir seluruh penjuru dunia.

Mikoyan Gurevich 21 (MiG-21)
Mikoyan Gurevich 21 (MiG-21) (tribun jabar)

Operasi Diamond

Pada tahun 1963, Mossad, badan intelijen nasional Israel, melakukan operasi untuk memperoleh jet tempur tercanggih Uni Soviet saat itu, Mikoyan-Gurevich (MiG)-21, dalam sebuah misi bernama - Operation Diamond.

Pesawat MiG-21 juga menjadi andalan negara di Timur Tengah yang menjadi musuh Israel.  

Sebelum sukses mengakuisisi MiG-21, Mossad mengalami kegagalan dalam dua upaya.

Upaya pertama dilakukan di Mesir ketika seorang pria bernama Adib Hanna, pilot Angkatan Udara Mesir, ditawari hadiah uang tunai oleh agen Mossad Jean Thomas, untuk membelokkan dan menerbangkan pesawat ke Israel.

Namun, pilot bersama dengan agen Mossad dilaporkan ke pihak berwenang Mesir dan agen tersebut digantung bersama ayahnya.

Yang lainnya diduga dihukum penjara.

Dalam upaya kedua, Mossad berhasil sedikit sukses saat menjadi pilot Mesir lainnya, Kapten Mohammad Abbas Helmy setuju untuk membelot dengan pelatih Yakovlev Yak-11 karena perselisihannya dengan atasannya.

Namun, sebelum Mossad merasakan kesuksesan apa pun, Helmy dibunuh, beberapa bulan kemudian, di Amerika Selatan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved