15 Hari Jelang Pilkada Kota Medan

Pengamat Politik: Rendahnya Legitimasi Kepemimpinan Berdampak Pada Pembangunan

Performa para kandidat di pilkada juga menentukan tingkat partisipasi pemilih.

Penulis: Liska Rahayu | Editor: Juang Naibaho
TRIBUN MEDAN / HO
Akademisi UINSU Faisal Riza 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Selama ini legitimasi kepemimpinan di Kota Medan sangat rendah. Hal ini dikarenakan rendahnya tingkat partisipasi pemilih pada pemilu sebelumnya.

Pengamat Politik Faisal riza mengatakan, rendahnya legitimasi tersebut karena tingginya angka golput di Medan.

Faisal menyebut, KPU sudah berupaya untuk meningkatkan angka partisipasi pemilih. Namun, performa para kandidat di pilkada juga menentukan tingkat partisipasi pemilih.

"Yang sebenarnya berkontribusi besar pada usaha meningkatkan partisipasi politik itu adalah performa peserta pemilu. Dalam hal ini kandidat-kandidat. Seberapa menjanjikan mereka, seberapa memberikan pengharapan kepada masyarakat," katanya, Selasa (24/11/2020).

Menurut Faisal, jika kandidat-kandidat mengajukan janji-janji politik yang terlihat sama saja atau bahkan lebih buruk, itu akan memperkuat apatisme publik.

"Mereka tidak mau memilih karena merasa memilih tidak ada gunanya. Tidak membawa perubahan apa-apa. Itu PR bersama juga untuk bagaimana meningkatkan partisipasi politik di kota untuk kemudian memperkuat legitimasi pemimpin terpilih," katanya.

Kepemimpinan yang rendah legitimasinya tentu berdampak pada pembangunan kota. Hal ini dikarenakan baik pemimpin maupun rakyat saling tidak peduli.

"Rakyat tidak peduli pemimpin, pemimpin tidak peduli rakyat. Rakyat gak mau milih, pemimpinnya ketika terpilih ya programnya tidak pro rakyat. Mereka mengumpulkan akses-akses sumberdaya yang menurut mereka sesuai kepentingan saja. Tidak ada urusannya sama publik jadinya. Saling tidak peduli. Kan bahaya jadinya," katanya.

Hal inilah yang menurut Faisal menjadi dasar tiga kali kepemimpinan di Kota Medan terjerat kasus korupsi. Karena baik pemimpin maupun rakyat tidak saling peduli.

"Rakyat tidak memikirkan pemimpinnya. Ya sudah kita ini enggak ngapa-ngapain. Itu sebenarnya PR untuk mendewasakan kualitas demokrasi," ujarnya.

Adanya sosok Bobby Nasution yang ikut dalam kontestasi Pilkada Medan menurut Faisal memberikan pengharapan baru.

"Yang pertama Bobby ini orang baru dalam kontestasi. Baru ini bisa saja dianggap amatir, tetapi bisa juga dianggap harapan baru," jelasnya.

Ia mengatakan, orang sebelumnya sudah pernah bermain dan mungkin masyarakat menganggap janji politiknya juga tidak baru dan tidak banyak pengharapan yang bisa disematkan.

Namun, Bobby merupakan orang baru yang bisa disematkan harapan baru padanya.

Dari sisi usia pun, Faisal mengatakan, Bobby Nasution bisa memberikan pengharapan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved