Mengenal Aplikasi Kepul, Startup Jual Beli Minyak Jelantah di Kota Medan
Sejak bulan September 2020, Kepul sudah menyelamatkan empat ton limbah minyak jelantah yang berpotensi dibuang ke drainase kota Medan.
TRIBUN-MEDAN.com - Startup kota Medan, Kepul berhasil menjawab permasalahan limbah minyak jelantah yang sering dibuang begitu saja oleh masyarakat, khususnya ibu rumah tangga ke saluran pembuangan air.
Kini di tangan Kepul, minyak Jelantah dapat berubah status dari tak bernilai menjadi punya nilai ekonomis yang turut membantu pendapatan masyarakat dengan dijual seharga Rp 5000 per kilo.
Pendiri Kepul, Abdul Latif mengungkapkan bahwa layanan penjualan minyak jelantah ini digerakkan untuk meminimalisir pencemaran ekosistem air seperti penyumbatan saluran air akibat pengerasan minyak di drainase.
"Selama ini minyak jelantah menjadi pencemaran lingkungan. Lewat aplikasi Kepul, kita bisa mewadahi masyarakat untuk menjual sampahnya di Kepul. Selama ini minyak jelantah itu dibuang karena banyak yang tidak tahu jika minyak jelantah itu bisa dijual," ungkap Latif, Senin (30/11/2020).
Sejak bulan September 2020, Kepul sudah menyelamatkan empat ton limbah minyak jelantah yang berpotensi dibuang ke drainase kota Medan.
Minyak jelantah yang sudah terkumpul akan dibawa Kepul ke pabrik pengelolaan minyak jelantah di kota Medan untuk diproduksi menjadi bahan bakar berjenis bio diesel.
"Hasil dari jelantah ini tidak dibiarkan begitu tapi. Kita bekerjasama dengan pabrik penampung limbah jelantah kemudian diubah menjadi bio diesel. Nantinya bahan bakar ini diekspor ke negara yang sudah menggunakan kendaraan menggunakan bio diesel," ujar Latif.
Layanan penjualan minyak jelantah berbasis aplikasi ini begitu gampang untuk diakses.
Pengguna cukup mengunduh aplikasi dan mengisi formulir yang tersedia. Latif menuturkan jika pengambilan minyak jelantah langsung segera dijemput begitu formulir dikonfirmasi oleh Kepul.
"Cara mudah karena masyarakat cukup unduh aplikasi kemudian isi form pemesanan seperti nama, alamat, dan nomor handphone kemudian klik tombol jual. Kalau misalnya bingung, telpon juga bisa. Setelah selesai maksimal satu hingga dua jam sampah akan di jemput pada hari itu juga," ujarnya.
Tidak hanya menjemput, Kepul juga turut menyediakan jerigen dengan beragam ukuran mulai dari ukuran 1 kilo, 2 kilo, 4 kilo, 8 kilo, dan 14 kilo yang nantinya akan dijemput saat warga menelpon untuk penjemputan.
Menariknya, selain memberikan uang secara tunai, penjualan minyak jelantah ini juga turut ditukar dengan bahan sembako dan produk kecantikan.
Officer Finance Kepul, Sindi Husna Pratiwi mengungkapkan jika penukaran pembayaran dengan produk kecantikan ini dilakukan untuk membidik anak muda untuk turut berpartisipasi dalam pengumpulan limbah minyak jelantah.
"Kalau untuk sekilo minyak yang disumbangkan, kita bisa berikan satu sabun cuci muka, sheetmask atau hand body yang nilai harganya sama dengan minyak jelantah sekilonya, kita sesuaikan dengan harganya," ujar Sindi.
Kepul membuka layanan penjemputan setiap hari Senin sampai Jumat, dan libur pada hari Sabtu kemudian masuk kembali di hari Minggu.
Khusus di hari Minggu pagi, Kepul melakukan sosialisasi di berbagai tempat publik seperti lapangan untuk mengedukasi masyarakat terkait sampah dan penanganan terhadap sampah.
Atasi Tiga Aspek Permasalahan Sampah
Kepul hadir sejak tahun 2018 yang digawangi sekumpulan anak muda untuk mengatasi pengelolaan sampah yang hingga kini masih menjadi permasalahan di berbagai kota, khususnya kota Medan yang sempat masuk jajaran kota terkotor di Indonesia tahun 2019.
Latif menuturkan bahwa bergeraknya Kepul ini dapat turut membantu permasalahan sampah dengan adanya tiga aspek, yaitu aspek sosial, aspek finasial dan aspek lingkungan.
"Bergeraknya Kepul ini kita bisa selesaikan tiga aspek yaitu aspek sosial dengan kesadaran masyarakat untuk lebih peduli terhadap sampah, aspek finansial ini masyarakat bisa mendapatkan tambahan pendapatan dari sampah yang dijualnya, dan aspek lingkungan yang tentunya akan meminimalisir sampah untuk langsung merusak alam," kata Latif.
Selama tiga tahun bergerak sejak 2018, Kepul telah mengangkut 700 ton sampah dari beragam jenis sampah. Latif juga menjelaskan bahwa setelah sampah dipilah, nantinya akan dijual kembali ke masing-masing pabrik.
"Selama tiga tahun kita udah angkut 700 ton sampah. Paling banyak dijual ke Kepul itu kardus, kertas, botol plastik, kaleng, dan jelantah sekarang. Nantinya akan dipilih sesuai jenis dan dikirim ke masing-masing pabrik seperti pabrik kertas, plastik, dan kaca. Kedepannya kita juga berharap ingin jadi jasa yang lebih besar lagi dan juga lebih banyak inovasi lebih besar. Selain itu yang paling penting masyarakat lebih peduli lagi terhadap sampah," pungkas Latif.
(cr13/tribun-medan.com)