7 Hari Jelang Pilkada di Sumut
Debat Pilkada Toba Usai, Ini Komentar Warga dan Eks Komisioner KPU
Debat pasangan calon (paslon) pada Pilkada Toba 2020 menuai banyak komentar dari warga Kabupaten Toba.
Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Juang Naibaho
TRIBUN-MEDAN.com, BALIGE - Debat pasangan calon (paslon) pada Pilkada Toba 2020 menuai banyak komentar dari warga Kabupaten Toba.
Seorang warga Balige, Pangeran Pardede menuturkan bahwa debat kedua paslon berlangsung menegangkan.
"Kedua belah pihak saling beradu argumen sangat panas sekali," ujarnya saat dikonfirmasi pada Rabu (2/12/2020).
Hal serupa disebutkan oleh warga Balige lainnya, Ranto Pardede.
Ia bahkan mengaku kini telah beralih pilihan.
"Sesuai dengan visi dan misi yang sudah disampaikan, saya merasa kurang puas untuk mendengarkan apa yang dipaparkan para calon pada saat debat publik. Setelah saya tonton, rasanya saya harus beralih dari pilihan saya sebelumnya karena tidak sesuai apa yang dipaparkannya," lanjut Ranto Pardede.
Warga lainnya, Hapataran Sinaga menguraikan bahwa kedua paslon merupakan putra terbaik Toba yang maju dalam Pilkada.
Dengan debat pilkada tersebut, pilihannya tak akan berubah.
"Debat tersebut sangat bagus demi kemajuan Toba. Mari kita memilih, mungkin inilah dua calon terbaik dari Toba untuk maju untuk Toba 1. Mari kita memilih sesuai dengan hati nurani. Bukan ada intervensi dari siapapun. Dan pilihanku masih tetap," sambung Hapataran Sinaga.
Ditimpali David Tampubolon, warga Balige, bahwa debat pilkada tersebut memiliki pengaruh bagi para pemilih yang menyaksikannya.
"Debat kemarin seru ya. Artinya, kedua paslon memperlihatkan apa yang akan mereka lakukan untuk membangun Toba ini. Intinya dua-duanya baik. Untuk pilihan, itu tetap berpengaruh, namun itu tergantung nantilah pada tanggal 9 Desember 2020," sambung David Tampubolon.
Mantan Komisioner KPU Kabupaten Toba, Batara Tambunan, mengatakan, Debat Pilkada kemarin pengaruhnya paling tinggi 5 persen.
"Menurut saya, ada pengaruhnya tapi sangat sedikit. Kalau kita ambil persetasi dari 1 sampai 100, paling tinggi 5 persen," ujarnya, Rabu (2/12/2020).
Ia menyampaikan bahwa masyarakat sebenarnya hampir tidak tahu track record masing-masing calon.
"Kalau mau Pilkada, baru dia mau datang. Baru, yang selama ini, rakyat belum tahu sebenarnya yang dikerjakan oleh bupati-bupati sebelumnya. Bupati sebelumnya itu hanya mengandalkan angka, sementara orang atau masyarakat perlu melihat kenyataannya di lapangan," lanjutnya.
(cr3/tribun-medan.com)