Stok Kacang Kedelai di Sumut Masih Mencukupi

Dari data Balai Besar Karantina Belawan, Impor komoditi Kedelai ke Sumut pada November 2020 sebanyak 14.530 ton dan Desember 2020 sebanyak 11.457 ton.

kompas.com
IST 

TRIBUN-MEDAN.com,MEDAN - Berdasarkan pantauan Dinas Perdagangan Sumatera Utara, stok kacang kedelai di Sumut masih mencukupi hingga saat ini.

Dari data Balai Besar Karantina Belawan, Impor komoditi Kedelai ke Sumut pada November 2020 sebanyak 14.530 ton dan Desember 2020 sebanyak 11.457 ton. 

"Rata-rata kebutuhan kacang kedelai Sumut adalah 12.000 ton per bulan. Hasil Pantauan Tim Disperindag tanggal 06 Januari 2021 ke salah satu perusahaan importir komoditi kacang kedelai stok saat pantauan sisa sekitar 4000 ton dari stok bulan Desember berjumlah 7958 ton," kata Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Disperindag Sumut Barita Sihite, Kamis (7/1/2021).  

Ia mengatakan hingga saat ini stok kacang kedelai di Sumut masih mencukupi. Namun kenaikan harga ini disebabkan oleh kendala-kendala di global. 

"Untuk perhitungan Januari ini masih kendala karena masalah global seperti perjalanan, pengiriman, dan sebagainya. Stok ini cukup untuk sekitar dua minggu. Kalau misalnya gejolak global ini tidak berlanjut maka dengan sendirinya bisa normal," ungkapnya.

Ia mengatakan untuk kebutuhan Sumut sebenarnya cukup tapi karena fenomena global jadi mengalami kenaikan. Dikatakannya ada enam importir komoditi kacang kedelai yang terbesar di Sumut. Asal negara impor untuk kacang kedelai adalah USA. 

"Harga Jual ke distributor utama adalah Rp 8525 per kilogram. Kenaikan harga kedelai ini merupakan pengaruh global. Januari ini harga kedelai dan cabai rawit yang paling tinggi," katanya.  

"Kenaikan kacang kedelai ini yang paling terasa di Jawa karena beberapa pengerajin tahu dan tahu sudah berhenti beroperasi karena harganya sudah tembus Rp 10 ribu. Kalau dinaikkan harga tahu dan tempenya enggak laku. Makanya kami sedang turun ke distributor," lanjutnya. 

Pada kesempatan berbeda Pengamat Ekonomi Sumatera Utara Gunawan Benjamin mengatakan  hingga Rabu (6/1/2021) harga kedelai global masih terus mengalami kenaikan. Dimana harga kedelai global saat ini berada di levek $13.78 per bushel.

"Artinya kalau mengacu kepada kurs Rp 14 ribu per US dolarnya saja, maka didapat harga kacang kedelai global pada hari ini diperdagangkan di level Rp 7.700 per kilogram. itu harga di negara asal," kata Gunawan. 

Harga tersebut lanjutnya belum ditambah dengan biaya distribusi dari negara asal sampai ke Indonesia. Belum lagi keuntungan yang diambil oleh importir.

"Maka jika ditemukan harga Rp 8550 per kilogram di gudang ini masih terbilang sangat wajar bahkan murah. Saya justru menilai harga kedelai ditingkat gudang itu bisa mencapai Rp 8500 hingga Rp 9500 per kilogram saat ini," katanya. 

Harga dari gudang nantinya akan dibeli oleh distributor. Ada biaya pengangkutan, bongkar muat, dan keuntungan yang diambil distributor. 

"Nah jadi bisa dihitung kalau seandainya distributor menambah 1000 rupiah per kilogram, maka harga di level distributor itu bisa mencapai Rp 9500 hingga Rp 10.500," katanya.

"Dari distributor ada pedagang yang juga kita asumsikan menambah harga Rp 1000 rupiah per kilogram maka harga akan bergerak dalam rentang Rp 10.500 hingga Rp 11.500 per kilogram. Belum lagi ada rantai penjual pedagang pengecer nantinya yang bisa saja mengerek harga hingga mencapai Rp 12.500 atau bahkan Rp 13.000 per kilogram," lanjutnya. 

Dikatakannya semakin panjang rantai distribusinya maka semakin mahal harganya. 

"Jika mengacu kepada hitung-hitungan saya, realisasi harga kedelai di lapangan Rp 12 ribu hingga 13 ribu ini masih merupakan harga yang terbentuk cukup ideal. Meskipun tetap ini masih saja mahal, jika membandingkan harga sebelumnya," katanya.

Ia mengatakan KPPU memang harus bekerja ekstra. Mengingat kedelai ini memiliki kuota dan pelaku usaha importirnya tidak banyak. 

"Jadi memang sangat potensial harga dikartel oleh sebagian pihak. Yang penting dengan diawasinya jalur distribusi, harga kedelai meskipun saat ini mahal, namun tetap terkendali," katanya.

Menurutnya harga Rp 12 ribu atau Rp 13 ribu per kilogram sejauh ini masih masuk akal bila mengacu kepada tren harga global serta rantai distribusinya.

Harga justru akan bergerak liar jika tidak ada pihak yang mengawasinya. Namun menurutnya perubahan harga di tingkat pedagang pengecer ini yang harus mendapatkan perhatian khusus.

"Pedagang, karena membeli barang dalam jumlah sedikit, biasanya kerap menaikan harga melebihi kenaikan ditingkat importir atau distributor. Nah sayangnya siapa yang bisa menindak pedagang pengecer tersebut? Jadi memang harus tetap diawasi, tidak ada pilihan lain," pungkasnya.

(sep/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved