Suguhkan Jajanan Tempo Dulu dan Punya Mata Uang Tempu, Pasar Kamu Ajak Masyarakat Sumut Nostalgia
Destinasi wisata kuliner Pekan Sarapan Karya Anak Muda (Pasar Kamu), Jalan Perintis, Desa Denai Lama Kecamatan Pantai Labu, Deliserdang
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Destinasi wisata kuliner Pekan Sarapan Karya Anak Muda (Pasar Kamu), Jalan Perintis, Desa Denai Lama Kecamatan Pantai Labu, Deliserdang kini menjadi incaran para pencinta kuliner.
Saat masuk ke dalam kawasan Pasar Kamu, pengunjung akan disambut dengan nuansa khas pasar dengan belasan stan makanan yang menawarkan beragam jajanan tradisional, seperti getuk, gerontol, tiwul, lontong sayur, nasi liwet, wedang jahe, dan masih banyak lagi.
Para pengunjung tentunya tak mau ketinggalan untuk menyantap sarapan dengan beragam menu tradisional. Hal ini terbukti saat Minggu (10/1/2021) pagi, parkiran mobil yang mengular di pinggir jalan sejak pukul 7 pagi.
Penggagas Pasar Kamu, Dedi Sofyan (48) mengungkapkan bahwa tercetusnya konsep khas pasar kuliner ini untuk mengembangkan perekonomian masyarakat Desa Denai Lama sekaligus membangkitkan kembali popularitas jajanan tradisional.
"Kita ingin ada suatu pekan sarapan yang sepenuhnya punya masyarakat, yang diatur, dihasilkan, dan swadaya dari masyarakat yang hidup dalam kemandirian. Kemudian kita ingin mempopulerkan makanan dan jajanan kampung seperti kasidah dan gerontol," ungkap Dedi kepada Tribun Medan
Pasar Kamu dibuka setiap hari Minggu mulai pukul 06.30-11.00 WIB. Namun, para pengunjung sebaiknya tiba sebelum pukul 9 pagi jika tidak ingin kehabisan aneka macam jajanan.
Menariknya, para pengunjung yang ingin bertransaksi tidak diperkenankan menggunakan uang tunai langsung kepada pembeli namun harus membeli mata uang setempat yang diberi nama Tempu.
Tempu merupakan singkatan dari tempurung, alat tukar dari tempurung kelapa yang diukir sedemikian rupa. Untuk 1 Tempu, pengunjung dapat membayar senilai Rp 2000.
Terkait ide menciptakan alat tukar ini, Dedi menuturkan untuk mengikuti tren zaman sekarang namun dengan kearifan lokal dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam desa setempat.
"Harus ada hal unik yang berbeda dari yang lain, diantaranya alat tukar. Kalau sekarang dengan 1 kartu kita sudah bisa bayar semua, sekarang kita ingin ambil ide itu tapi dengan potensi lokal. Saya lihat disini banyak tempurung kelapa, akhirnya saya buat untuk jadi alat tukar," ujarnya.
Sesuai dengan konsep Pasar Kamu, hampir seluruh penjual di kawasan kuliner ini dilakukan oleh anak muda. Hal ini dikonsep untuk menggerakkan anak muda untuk aktif dan turut berkontribusi untuk memajukan desa.
Tidak hanya menjual jajanan pasar, Dedi dapat memastikan jika seluruh kuliner di Pasar Kamu tidak menggunakan penyedap.
"Di Pekan Sarapan ini, kue yang kita sajikan ini menu sehat. Artinya, disini tidak kita benarkan untuk memakai pengawet atau pewarna. Karena makanan sehat ini sudah langka, kita ingin membuat sesuatu makanan sehat yang dicari semua orang," tutur Dedi.
Pengunjung Bernostalgia
Pasar Kamu menghadirkan konsep kearifan lokal dengan pengunjung duduk di tikar dan di batang pohon yang sudah dibentuk sedemikian rupa sambil menikmati suasana sejuk di bawah pohon kelapa.
Ratusan pengunjung yang datang memiliki latar belakang usia mulai dari remaja hingga lansia. Tampak pengunjung tampak menikmati menu yang ternyata kembali Bernostalgia dengan jajanan yang kini sudah hampir jarang ditemukan di tempat lain.
Diantaranya ada Marni (70), warga Kecamatan Medan Polonia yang diajak anaknya untuk mencoba jajanan pasar. Bersama rombongan keluarganya, Marni mengaku teringat kembali masa kecilnya saat mencoba memakan Gatot, makanan tradisional yang berbahan dasar singkong yang ditabur kelapa.
"Ini makanan yang kami dulu rame-rame sama bapak, mamak waktu susah makan nasi. Kami makan di teras pake daun pisang. Senang sekali rasanya masih ada jual makanan gini. Memang masih ada, tapi susah sekali didapat. Ini diajak teringat masa lalu saya," ujar Marni.
Hal ini kemudian ditimpali Dedi bahwa ternyata pengunjung yang datang banyak bercerita jika makanan-makanan di Pasar Kamu sebagai ajang momen bernostalgia terkhusus bagi warga yang berusia lanjut.
"Banyak cerita yang didapat. Waktu itu ada ibu-ibu yang menangis saat makan. Dia teringat masa lalu. Kue-kue ini banyak bercerita seperti makanan waktu susah dulu. Kemudian bahkan ada yang nostalgia waktu pertama kali makan dengan suami, atau makanan waktu mengidam pada zaman dahulu. Beberapa kue yang ada disini adalah kue lama yang menjadi cerita tersendiri," jelas Dedi.
Selain itu, Dedi menuturkan jika dalam beberapa momen, para pengunjung dapat menikmati santapan pagi dengan live gamelan yang menambah suasana lokal.
"Kalau sekarang kan wisata kuliner yang milenial, tapi wisata kuliner kita disini menekankan unsur budaya. Misalnya penjual memakai pakaian tradisional, kemudian yang mengisi jual makanan, kita ingin tempat ini bermanfaat untuk menampilkan potensi budaya seperti gamelan, gendang pakpong Melayu, dan permainan tradisional," ucap Dedi.
(cr13/tribun-medan.com)