Kisah Pengantin Baru Dua Bulan Menikah yang Turut Menjadi Korban Jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182
Tangis Ponijan pecah tatkala menceritakan sang anak, Mulyadi P Tamsir dan istri menjadi korban tragedi Sriwijaya Air SJ-182.
Pasangan Mulyadi-Yeti menikah di Pontianak pada 20 November 2020 lalu.
Menurut Katimah, menantunya Yeti baru saja dikabarkan tengah hamil.

Tim penyelam Basarnas kembali menemukan body part atau potongan tubuh manusia di lokasi tempat jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182. (Tribunnews.com/Igman Ibrahim)
“Minggu lalu ada hubungi, ngasih kabar kalau positif hamil.
Saya bilang alhamdulilah,” kata Katimah, ibunda Mulyadi.
Katimah mengaku tak merasakan firasat apapun sebelum mendengar kabar anak, menantu dan besannya tersebut berada dalam pesawat.
Mulyadi, kata Katimah, memang jarang memberikan kabar jika hendak bepergian.
“Dia ndak pernah ngabari kalau mau ke mana-mana.
Kalau kami ngebel (menelepon) biasanya dia sudah di Papua, di Kaltim.
Kadang sudah di Bandara, waktu kami hubungi,” cerita Katimah.
Meski kedua orangtuanya tinggal di Kabupaten Sintang, sehari-harinya Mulyadi banyak berkegiatan di Jakarta.
Di antaranya adalah sebagai Ketua Bidang Organisasi DPP Partai Hanura.
Sedangkan istrinya beraktivitas di Pontianak, sebagai dosen tetap Program Studi Administrasi Negara Politeknik Negeri Pontianak (Polnep).
Meski tak merasakan firasat buruk, Katimah merasa ada yang janggal pada nyala kompor di rumahnya. Sejak dua hari terkahir, dia merasa nyala api kompor gasnya sangat kecil. Saking kecilnya, air yang dimasak tak bisa mendidih.
“Firasat ndak ada sama sekali, padahal ya tidurnya malam-malam terus.
Tengah malam bangun salat tahajud.