Kisah Pilu Annie, Dipaksa Makan 5 Kali Sehari Agar Gendut untuk Menikah: 'Jika Menolak Aku Dipukul'
Meski perutnya terasa penuh dan hampir meledak, Ia tetap harus makan dan makan apapun yang diberikan ibunya padanya.
TRIBUN-MEDAN.com - Di usianya yang baru 12 tahun, gadis itu dipaksa untuk makan 5 kali sehari, agar cukup gendut untuk menikah dengan pria tua.
Melansir eva.vn, sejak usia muda, gadis malang bernama Annie asal Mauritania itu dipaksa untuk makan berlebih agar tubuhnya gendut, lalu menikahi seseorang yang dirinya tidak kenal.
Sambil menangis, Annie menceritakan kesedihan dan kesakitan yang dialaminya.
"Aku dipaksa keluargaku makan 5 kali sehari agar bertambah gendut, dan menikah di usia 12 tahun. Jika menolak, aku akan dicampakkan dan dipukuli," kata Annie sambil menangis.
Ternyata, ia sudah dipaksa untuk makan banyak sejak usianya masih 4 tahun.
Meski perutnya terasa penuh dan hampir meledak, Ia tetap harus makan dan makan apapun yang diberikan ibunya padanya.

Baca juga: Putra Tercinta Gugur Ditembak KKB Papua, Ini Pesan Ayah Anumerta Pratu Ginanjar Satgas Raider 400
"Beberapa kali sehari, ibuku memaksaku mengonsumsi makanan terbuat dari campuran susu dan sereal atau jagung, bubur dan susu fermentasi dengan banyak air dan gula,
"Aku dikurung di satu ruangan, tidak boleh keluar sampai seluruh makananku habis,
"Aku terkadang membuang makanan itu keluar jendela. Tapi seseorang terus melaporkannya ke ibuku. Sejak itu, ibuku selalu duduk di sampingku, melihatku sampai makanan habis,
"Hal tersulit, yakni melawan agar tidak muntah. Jika aku menolak makanan dan muntah, ibuku mencubit atau memukulku,
"Saat aku bertambah tua, aku sadar tubuhku berubah banyak. Aku bertambah berat dengan cepat," ceritanya pilu.

Dalam peraturan tertulis, usia legal menikah di Mauritania yakni 18 tahun. Namun, menurut penelitian satu dari 3 gadis di sana menikah di bawah umur, termasuk Annie.
Baca juga: Tragedi Gadis 8 Tahun Tewas Tercekik Tali Ayunan, Sang Ayah Sedih Ungkap Cita-citanya Jadi Polisi
"Aku dipaksa menikahi teman pamanku yang berusia jauh lebih tua. Aku tidak tau pria itu, dan takut padanya," katanya.
Setahun setelah datang bulan pertama, Annie hamil. Sejak itu, aku melahirkan 7 anak dan segera menyambut anak ke8, kemudian memutuskan untuk cerai.
Terdengar tidak masuk akal. Tapi itulah hal menyedihkan yang harus dialami oleh banyak gadis di Mauritania, sebuah wilayah di Afrika Barat.
Di Mauritania, disebutkan bahwa hanya gadis obesitas yang dianggap cantik dan sehat, mengesampingkan masalah kesehatan karena kelebihan berat badan.
Tradisi memaksa anak perempuan makan banyak disebut tradisi Leblouh.

Berdasarkan laporan, anak-anak perempuan muda di Mauritania dipaksa mengonsumsi hingga 9000 kalori sehari, empat kali lebih banyak dari rekomendasi.
Ketika memasuki musim 'pemaksaan makan', hampir seperempat gadis di Mauritania dipaksa untuk makan.
Baca juga: Uang Insentif Nakes di RSUD dr Pirngadi Medan Dikorupsi, Penegak Hukum Bertindak
Untuk mendukung acara tersebut, bahkan tersedia 'sawah penampah gendut', yang menolong para gadis untuk menambahkan berat badan mereka.
Suksesnya pemaksaan makan itu, ketika gadis 12 tahun sudah memiliki berat badan lebih dari 80 kg.
Tapi untunglah, praktik pemaksaan makan itu tidak lagi banyak dilakukan di Mauritania.
Ini setelah munculnya banyak dukungan dan bantuan dari UNICEF pada wanita korban tradisi aneh tersebut. (sal/tribun-medan.com)