Langganan Banjir Bertahun-tahun, Warga Jalan Bunga Terompet Menanti Gebrakan Bobby Nasution
Kondisi banjir ini sudah bertahun-tahun dirasakan warga Jalan Bunga Terompet. Mereka pun kini menanti gebrakan wali kota Medan yang baru.
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Cuaca mendung dan curah hujan tinggi langsung menimbulkan rasa waswas bagi warga yang bermukim di Jalan Bunga Terompet, Lingkungan I, II dan VI, Kelurahan Simpang Selayang, Kota Medan.
Pasalnya, pascahujan turun, kondisi di dua jalan yakni Jalan Bunga Terompet dan Jalan Anggrek Raya, menjadi langganan banjir.
Menurut informasi yang berhasil dihimpun Tribun Medan, kondisi ini sudah bertahun-tahun dirasakan warga setempat. Warga pun kini menanti gebrakan wali kota Medan yang baru, yakni Bobby Nasution.
Iwan (45) warga setempat, mengatakan tempat tinggalnya kerap disambangi banjir jika curah hujan sedang hingga lebat.
"Ya kayak gini lah kalau udah mendung, saya cemas. Karena jalan pasti banjir, dan itu tidak bisa dilewati sepeda motor. Apalagi saat ini mendung saat ini," ujarnya saat dihubungi Tribun Medan, Selasa (30/3/2021).
BACA: Gebrakan Bobby Nasution Benahi Kota Medan
Lanjut Iwan, banjir yang terjadi di Jalan Bunga Terompet merupakan imbas meluapnya drainase di Jalan Anggrek Raya yang disebabkan lintasan saluran air dari Jalan Setiabudi (Komplek Pemda).
"Drainase dan parit di Jalan Bunga Terompet tak mampu lagi menampung debit air hujan," katanya.
Satu jam saja diguyur hujan deras, sambungnya banjirnya bisa sampai sekitar 1 meter.
"Banjir mulai surut, memakan waktu berjam-jam. Kami berharap agar dibuat crossing saluran air di simpang Jalan Assisi tembus ke Jalan Nusa Indah, kemudian masuk ke Jalan Melati Raya karena terdapat gorong-gorong yang berukuran sekitar 1,5 x 1,5 meter persegi," ungkapnya.
Jika dibangun crossing saluran air tersebut, kami yakin apabila turun hujan maka tidak terjadi banjir lagi.
"Kalau drainase dan parit di Jalan Anggrek Raya maupun Jalan Bunga Terompet dikorek, tidak akan bisa mengatasi banjir. Lain halnya jika ada pelebaran saluran air, karena dimensi saluran tersebut tidak memungkinkan menampung debit air sehingga harus dilebarkan dulu," bebernya.
Maka dari itu, solusi banjir yang diharapkan warga dibuat crossing saluran air di Jalan Anggrek Raya.
"Kalau yang kami rasakan banjir selalu terjadi setiap hujan dengan intensitas tinggi. Kondisi ini sudah bertahun-tahun. Upaya Pemko Medan selama ini rencana saja, tanpa realisasi," ungkapnya.
"Padahal, sudah ada survei yang dilakukan oleh pihak Pemko Medan bersama Kelurahan Sempakata untuk membuat crossing saluran air pada tahun 2020. Bahkan sempat juga masuk dalam Musrenbang Kelurahan Simpang Selayang, tetapi tak juga terealisasi," sambungnya.
Banjir yang terjadi di kedua jalan tersebut juga berdampak terhadap warga yang tinggal di empat lingkungan yang terdapat di dua kelurahan dan dua kecamatan yaitu Lingkungan VII dan XV Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan serta Lingkungan II dan III Kelurahan Sempakata, Kecamatan Medan Selayang.
"Selain banjir, lampu jalan atau penerangan masih gelap karena belum dipasang keseluruhan," imbuhnya.
Masih dikatakan Iwan, gorong-gorongnya di Jalan Ngumban Surbakti di depan Universitas Quality bermasalah, tidak bisa menampung debit air dalam jumlah besar.
"Misalnya, kalau hujannya malam hari maka paginya banjir sehingga warga yang ingin bekerja atau beraktivitas lainnya tidak bisa. Begitu juga ketika hujan turun pada siang hari, maka sore atau malam hari warga tidak bisa pulang ke rumahnya karena kedua jalan tersebut banjir," harap warga.
Kepala Lingkungan II, Hendrik mengatakan, memang lingkungannya kerap menjadi langganan banjir.
"Sudah menjadi langganan banjir di wilayah lingkungan II, VI dan I. Saya di Jalan Terompet lingkungan II. Kalau sedikit aja memang tidak banjir. Tapi kalau sudah satu jam ketinggian selutut dewasa," katanya saat dihubungi melalui sambungan seluler.
Lanjut Hendrik, banjir juga masuk ke kantor lurah jika intensitas hujan deras.
"Kantor lurah pun masuk itu, karena air dari Simpang selayang masuk ke sini semua. Drainase tidak mampu menampung. Kalau air bisa dibuang ke Flamboyan ini aman, tapi drainasenya tidak membuang ke sana. Kondisi ini sudah bertahun-tahun kami rasakan," pungkasnya.
(mft/tribun-medan.com/tribunmedan.id)