Kisah Mahasiswi Yunita Dwi Fitri Lolos dari Cuci Otak Kelompok Radikal berkat Santri Daarut Tauhiid

Yunita menjelaskan bahwa simbol apel busuk itu berarti "itulah jika masih berteman dengan orang kafir dan tidak sepaham dengan kita". . .

Editor: Tariden Turnip
YUNITA DWI FITRI
Kisah Mahasiswi Yunita Dwi Fitri Lolos dari Cuci Otak Kelompok Radikal berkat Santri Daarut Tauhiid. Yunita Dwi Fitri menceritakan peristiwa yang membuatnya nyaris terjerumus dalam kegiatan sebuah kelompok Islam yang menghalalkan kekerasan. 

"Tadi dijawab sih bilang tidak tahu dan tak menyangka," ucap Rabani menirukan jawaban Ali.

Usai berbincang dengan Rabani, Ali pun menolak untuk diwawancarai awak media.

Pelaku dengan menenteng senjata api menerobos masuk ke Mabes Polri, Rabu (31/3/2021). Pelaku tewas ditembak.
Pelaku dengan menenteng senjata api menerobos masuk ke Mabes Polri, Rabu (31/3/2021). Pelaku tewas ditembak. (ISTIMEWA/TANGKAPAN LAYAR VIDEO)

Bukan rahasia kalau kelompok teroris menargetkan mahasiswa dan pelajar direkrut sebagai anggota.

Tentu melalui pencucian otak yang intensif.

Tapi  ada mahasiswa dan pelajar yang sadar dirinya dicuci otak, lalu meninggalkan kelompok radikal terserbut.

2018, setelah aksi bom bunuh diri di gereja dan Markas Polrestabes Surabaya, seorang wanita bernama Yunita Dwi Fitri  mengunggah pengalamannya nyaris jadi teroris.

Postingannya akhirnya viral dan banyak dishare.

Yunita mengaku selamat setelah berdiskusi dengan santri dari  

Dan BBC News Indonesia pun mewawancarainya.

Memang yang mencuci otaknya bukan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang mendalangi aksi bom di Surabaya, Makassar hingga Jakarta tapi kelompok yang punya tujuan sama mendirikan Negara Islam.

Ini wawancara selengkapnya: 

Dua belas tahun silam (artikel ini dipublikasikan 2018), Yunita Dwi Fitri mengalami peristiwa yang membuatnya nyaris terjerumus dalam kegiatan kelompok Islam ekstrim yang menghalalkan kekerasan.

Yunita menuliskan pengalamannya di laman Facebook yang diberi judul 'Saya hampir jadi teroris' tidak lama setelah serangan bom bunuh diri di tiga gereja dan kantor polisi di Surabaya yang melibatkan sejumlah perempuan yang membawa anak-anaknya.

"Anak-anak muda mesti lebih waspada. Mereka mengincar anak-anak muda. Penampilan mereka biasa saja, tidak mencurigakan," ungkap Yunita dalam wawancara dengan BBC Indonesia, Kamis (17/05/2018).

Pada kalimat pertama kesaksiannya, Yunita mengaku memberanikan diri untuk mengungkapkan pengalamannya sebagai bentuk kepedulian.

Sumber: bbc
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved