Ternak Babi Langka di Sumut

Jeritan Hati Peternak Babi di Sumut, Heri Ginting: Saya Mengadu ke Mana-mana, Tak Ada yang Berempati

Kasus kematian puluhan ribu ekor babi ternak akibat Hog Cholera atau kolera babi dan African Swine Fever (ASF) sejak 2019 lalu.

Penulis: Arjuna Bakkara | Editor: Juang Naibaho
TRIBUN MEDAN/ARJUNA BAKKARA
Para peternak babi curhat saat diskusi bertema "Siapa Peduli Peternak Babi" di Literacy Coffee, Kamis (1/4/2021) malam 

Sutrisno juga meluruskan kekeliruan babi disebut sebagai identitas budaya dan adat Batak.

"Kita salah menempatkan babi dalam konteks budaya, karena justru dalam adat Batak yang paling tinggi itu bukan babi, tapi sigagat duhut dan yang lain. Karena ada juga teman kita suku Batak yang tidak memakan babi. Ada Parmalim, Islam dan yang lain. Itu harus kita hargai sebagai realitas sosial. Yang mau kita katakan adalah gerakkanlah gerakan ini jadi banyak orang, bukan hanya orang Batak, bukan hanya pemakan babi melainkan sebagai cara mempertahankan hidup," ujar Sutrisno.

Menurut Sutrisno Pangaribuan, banyak orang yang bisa disekolahkan karena beternak babi.

Bahkan ada peternak babi yang bukan pemakan daging babi.

Sehingga, ia menekan jangan ada lagi istilah, "Kalau enggak makan babi enggak Batak."

“Yang harus kita perjuangkan adalah kesejahteraan ekonomi, harus sama-sama diperjuangkan,” ujarnya.

(Jun-tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved