Dokter Novita Rela Wajah Jadi Eksperimen demi Kesehatan Pasien

Sebagai dokter kecantikan, kini wanita kelahiran 1992 ini harus dituntut untuk tampil cantik dan terawat di depan pasien.

Editor: Eti Wahyuni
Tribun Medan
Dokter Novita saat melakukan perawatan terhadap pasien. 

TRI BUN-MEDAN.com, MEDAN - Kalangan wanita mulai usia remaja hingga lanjut usia kini terus mempercantik diri, terutama untuk bagian wajah. Ini tentu menjadi sebuah peluang yang sangat menarik. Dan, hal ini ternyata dilihat Novita Yuliana, dokter umum di sebuah rumah sakit Kota Medan. Ia beralih menjadi seorang dokter estetika.

Novita mulai mengambil spesialis Kecantikan sejak tahun 2019 dan mendirikan klinik NV Beauty Care pada tahun 2020 di Jalan Medan Area Selatan, Medan.

"Semua cewek baik di kalangan biasa hingga atas pasti mau cantik, terus sekarang memang zamannya orang-orang udah tahu skin care atau treatment, bahkan masih anak SMP sudah peduli dengan penampilan. Dari situ aku mikir kenapa tidak ambil bidang kecantikan karena peluangnya lebih besar," ungkap Novita, Sabtu (3/4).

Berjalan selama dua tahun, Novita juga mengalami perubahan dalam dirinya. Sebagai dokter kecantikan, kini wanita kelahiran 1992 ini harus dituntut untuk tampil cantik dan terawat di depan pasien.

"Waktu dulu jadi dokter umum nggak terlalu peduli kali dengan penampilan, tapi sekarang ya harus dituntut untuk selalu rapi dan terawat," tuturnya.

Setahun membuka praktek, Novita terus mengembangkan jenis-jenis perawatan mulai dari perawatan pencerah, jerawat, dan perawatan tubuh lainnya.

Namun, alih-alih hanya untuk mencari keuntungan semata, Novita lebih bertekad untuk memberikan edukasi kecantikan yang sehat. Sehingga, tak jarang Novita memberi promo-promo perawatan agar dapat dijangkau oleh semua khalayak.

"Pandemi ini bisa makan saja sudah syukur apalagi beli skincare yang bukan kebutuhan primer. Jadi aku bantuin perempuan-perempuan dengan promo biar tetap mereka kulitnya terawat. Nggak masalah untung dikit tapi pasien bisa merasakan perawatan dari aku," ujarnya.

Tak dapat dipungkiri, wajah menjadi bagian yang paling penting bagi wanita. Bahkan Novita bercerita bahwa dirinya sering mengedukasi pasien-pasien yang tidak sabar untuk mendapat perubahan instan.

"Banyak juga yang kadang pasien ini nanya kok belum glowing-glowing. Yang komplain ini biasanya yang dulunya pake krim abal-abal. Terus aku jelasin kalau kandungan di klinik kita itu yang alami, itu butuh waktu seperti vitamin C itu baru nampak perubahan di 4-8 minggu ke depan, aku jelasin sama pasien," jelas Novita.

Bagi Novita, dunia kecantikan sudah menjadi bagian dalam dirinya. Bahkan, untuk menjaga kepercayaan para pasien dengan kualitas produk miliknya, ia mengorbankan kulitnya untuk uji coba sebelum keluar di pasaran.

"Aku benar-benar cinta sama skin care sejak internship 2018. Di situ aku belajar mengenai kandungan skin care. Sebelum aku mengeluarkan produk itu aku tes ke kulit aku dulu walau aku sebenarnya ada kandungan yang memiliki reaksi alergi. Jadi benar aku riset, konsekuensinya gitu lah kalau nggak cocok muka hancur tapi emang aku obati sendiri," kata Novita.

"Semua kerjaan punya konsekuensinya. Banyak yang mengira kalau punya klinik bisa treatment sesuka hati dan nggak perlu mikir beli skincare, tapi orang tak tahu kalau kita harus punya tanggung jawab dengan produk kita ke orang lain," tambahnya.

Tak hanya itu, demi menjadi dokter kecantikan profesional saat itu, Novita belajar untuk melawan rasa takutnya dengan jarum suntik. Hak ini ia lakukan agar dapat merasakan apa yang dirasakan pasien untuk dapat mengetahui prosesnya.

"Aku paling takut sama jarum dulu. Nah, pas pula treatment bagus itu harus pakai suntik menyuntik. Aku harus juga cobain, bayangkan harus suntik wajahku sendiri sampai nangis, lemas sendiri dulu tapi aku harus merasakan apa yang dirasakan pasienku biar tahu kan. Jadi biar aku tahu jelasin ke pasien rasanya seperti apa," ujar Novita.

Menariknya, sejak muncul istilah-istilah pelakor di kalangan rumah tangga, klinik kecantikan Novita ramai dibanjiri para ibu-ibu muda mau pun berumur untuk perawatan. Bahkan Novita sering menemukan pasien dengan kondisi perekonomian pas-pasan namun memiliki keinginan kuat untuk merawat diri.

"Rame-rame waktu musim istilah pelakor, emak-emak ini semua ke klinik kecantikan. Bahkan ada yang uangnya pas-pasan dengan modal Rp 200 ribu dia ingin perawatan. Kalau begitu saya arahkan ke jenis perawatan yang pas di kantong mereka," kata Novita.

Jalan dua tahun membangun bisnis kecantikan, Novita mengakui memulai semuanya dari nol bersama sang suami. Bahkan tak jarang dulu ia harus mengirit gaya hidup agar dapat membeli alat-alat yang canggih.

Tentu saja, hal ini membuat Novita belajar untuk dapat menghargai semua hasil jerih payahnya hingga berhasil seperti saat ini. Ia juga ke depannya ingin dapat membangun klinik besar dengan tetap mempertahankan harga ramah di kantong.

"Setiap bulan aku target dan ada promo. Aku sebenarnya modal sendiri buat klinik dengan suami. Jadi benar dari nol semua. Jadi ini lagi nabung untuk beli alat yang canggih dan bisa bangun klinik yang bagus dengan parkiran yang luas. Tapi walau pun udah bagus, aku usahakan harga tetap aman di kantong semua golongan," ucapnya.

Bangun Batik untuk Salurkan Hobi Belanja

Novita tak hanya mencintai dunia kecantikan namun dokter beranak satu ini ternyata begitu menyukai dunia fashion dengan merambah bisnis ini sejak SMA.

"Aku dari dulu suka sekali shopping beli baju, duitku dulu habis untuk beli baju. Nah, sampai akhirnya aku jualan baju sejak SMA biar bisa beli baju lagi. Kan ada tuh kalau beli tiga lebih murah, jadi mikir kenapa nggak beli aja tiga, terus dua lagi aku jual. Ya dari situ akhirnya jualan terus sampai sekarang," ujar Novita.

Kini Novita memiliki butik di rumahnya dengan barang-barang produk dari Thailand. Ia mulai tertarik berjualan produk dari Negeri Gajah Putih itu semenjak melihat temannya wara-wiri ke sana.

"Sebelumnya, ngambil baju di Indonesia seperti Jakarta, cuma pas lihat teman suka main ke Bangkok ya udah perlahan merambah ke bisnis ini. Pas udah jadi dokter tetap suka bisnis," tuturnya.

Kini, Novita memiliki dua pegawai di Thailand untuk dapat mereview pakaian-pakaian yang menjadi tren saat ini dengan kualitas bagus harga terjangkau.

Ambil barang langsung dari Bangkok, ternyata butik milik Novita ramai diminati butik di Medan untuk menjadi supplier produk. Tak hanya itu, banyak juga para mahasiswa yang menjadi reseller baju di tempatnya.

"Banyak juga mahasiswa-mahasiswa yang datang untuk jadi reseller barang. Aku nggak ada minta KTP mereka jadi kita pegang dengan kepercayaan. Jadi mereka ambil 10-15 potong baju, kalau tidak laku semua boleh lagi ditukar dengan model yang lagi tren. Kita di sini untuk bantu mahasiswa atau anak muda untuk mandiri secara finansial," pungkasnya.

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved