TRIBUNWIKI

Mengenal Simpang Jodoh dan Kuliner Rujak Ulek Legendaris

Rujak ulek yang mayoritas penjualan kaum hawa ini menjadi semakin populer dan telah masuk dalam salah satu daftar kuliner favorit di Medan.

Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN/FADLY
Kawasan simpang Jodoh, Pasar VII Tembung, Kecamatan Percutseituan Kabupaten Deliserdang 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN-Mendengar kata 'Simpang Jodoh' bagi sebagian masyarakat Sumatera Utara khususnya Kota Medan dan Kabupaten Deliserdang, pasti teringat dengan makanan khasnya yakni rujak ulek.

Ya, tempat yang satu ini memang cukup dikenal dengan rujak ulek yang rasanya tidak perlu diragukan lagi.

Bahkan rujak uleknya telah menjadi icon untuk kota Tembung di Kabupaten Deliserdang sendiri.

Baca juga: JAM Tayang Siaran Persija Vs PSM, Prediksi Leg Kedua, Macan Kemayoran Siap Tebus Kesalahan

Rujak ulek yang mayoritas penjualan kaum hawa ini menjadi semakin populer dan telah masuk dalam salah satu daftar kuliner favorit di Medan.

Kawasan simpang Jodoh, Pasar VII Tembung, Kecamatan Percutseituan Kabupaten Deliserdang
Kawasan simpang Jodoh, Pasar VII Tembung, Kecamatan Percutseituan Kabupaten Deliserdang (TRIBUN MEDAN/FADLY)

Dari berbagai sumber yang berhasil dihimpun Tribun Medan, rujak ulek ini merupakan usaha turun menurun yang terus dilestarikan.

Rujak ulek yang dijual puluhan pedagang ini diketahui sudah ada sejak tahun 1950-an.

Yati, pedagang rujak ulek yang ditemui mengatakan bahwa dirinya berjualan awalnya ikut dari ibundanya.

Baca juga: Derita Peternak di Tengah Kenaikan Harga Pakan, Minta Pemerintah Buka Kran Impor Jagung

"Kalau yang jualan di sini, rata-rata sudah turun menurun. Saya generasi ke tiga. Awalnya sekitar tahun 1950-an lah. Zaman nenek-nenek saya dulu," katanya.

Amatan Tribun Medan, di lokasi ini terdapat puluhan pedagang rujak ulek.

Tidak hanya itu, di kawasan ini juga terdapat kios sepatu, sendal, baju, dan beberapa keperluan rumah tangga lainnya.

Namun tahu kah kamu, Kawasan Simpang Jodoh Pasar VII Tembung, Kecamatan Percutseituan Kabupaten Deliserdang ini dahulunya merupakan tanah milik perkebunan.

Deretan penjual rujak di Simpang Jodoh
Deretan penjual rujak di Simpang Jodoh (Tribun Medan/Silfa Humairah)

Informasi dari beberapa sumber yang berhasil dihimpun, kawasan ini dulunya bagian kejayaan perusahaan perkebunan raksasa di Sumatra Timur. 

Didaulat sebagai 'Tembung' (bahasa Melayu), karena di kawasan tersebut orang-orang pada masa itu kerap bertemu tanpa ada perencanaan. 

Baca juga: DAFTAR Pemain AC Milan Hadapi Genoa Liga Italia, Romagnoli Kembali, Saatnya Pembuktian Mandzukic

Sekitar tahun 1800-an, kawasan ini merupakan hutan dan permukiman suku Melayu.

Berangsur-angsur kehidupan, kawasan ini berubah.

Kondisi Tembung mulai berubah sejak perusahaan Deli Maatschappij membuka perkebunan di sana pada 18 Mei 1875.

Di mana, JB Droste sebagai administrator pertama perusahaan perkebunan. 

Sekitar 14 tahun kemudian, jabatan JB Droste digantikan oleh HCM Brouwer Ancker.

Dengan dibukanya perkebunan, memperkerjakan ratusan orang dengan status kontrak.

Baca juga: JAWABAN Desiree Tarigan Layangkan Gugatan ke Ibu Angkat, Begini Kisah Sebenarnya

Hingga luas perkebunan berkembang menjadi 3000 bidan dan laba yang dihasilkan pada masa itu.

Pada 1905, Deli Maatschappij menyatukan perkebunan Timbang Deli dan Perkebunan Bandar Klippa dengan luas tanah konsesi sebesar 5.000 bidang tanah. 

Pedagang rujak ulek khas 'Simpang Jodoh' sedang menyiapkan bumbu rujak, Jumat (25/1/2019).
Pedagang rujak ulek khas 'Simpang Jodoh' sedang menyiapkan bumbu rujak, Jumat (25/1/2019). (Tribun Medan / M Fadli)

Sejak perkebunan itu dibuka, aktivitas masyarakat semakin berkembang. 

Permukiman mulai padat dan ada satu kegiatan saat orang-orang kampung menghabiskan malam akhir pekan dengan berkumpul di simpang pasar VII yang kini dikenal Simpang Jodoh.

Ramainya muda mudi yang dulunya berkumpul di persimpangan, mulai dilirik para pedagang kecil yang menjajakan makanan salah satunya rujak ulek yang hingga kini masih bertahan.

Baca juga: Derita Peternak di Tengah Kenaikan Harga Pakan, Minta Pemerintah Buka Kran Impor Jagung

Sekitar tahun 2015, pemerintah daerah memberi fasilitas berupa steling rujak. Di mana mengganti tempat jualan para pedagang menjadi lebih baik.

Dari dahulu hanya sebuah meja kecil dengan lampu sentir.

Baca juga: JAM Tayang Siaran Persija Vs PSM, Prediksi Leg Kedua, Macan Kemayoran Siap Tebus Kesalahan

Kini makanan lebih higienis dan diterangi lampu listrik di setiap kiosnya.

Tidak hanya itu, pemerintah daerah juga telah melakukan pelebaran Jalan dan beberapa ruas parkir untuk para pembeli rujak yang menunggu pesanan.

(mft/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved