Sosiolog USU Beber Penyebab Maraknya Tawuran di Belawan
Sosialog Universitas Sumatera Utara (USU), Ahmad Razali, M. Sos menilai adanya frustrasi sosial dan agennya.
Penulis: Dedy Kurniawan |
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Tawuran antarwarga kembali terjadi di Belawan. Puluhan remaja dan pemuda saling serang lemparan batu di kawasan Titi Kembar Labuhan, Kecamatan Medan Labuhan jelang waktu Magrib, Rabu (28/4/2021).
"Udah maen lagi orang itu tawuran, maen di di titi kembar Labuhan. Gak tahu gara-gara apa, tiba-tiba sudah ramai mulai macet mau buka puasa," kata Rendi (32) warga sekitar.
Akibat tawuran ini, jalan lintas Medan-Belawan terganggu. Aktivitas ekonomi terganggu karena truk-truk logistik terjebak macet, begitu juga masyarakat yang hendak pulang kerja dan beribadah buka puasa terganggu.
"Perang-perangan yang merugikan pengguna jalan, sementara karena seringnya jadi hiburan mereka. Gitu lah sok paten, entah pun kalau ditangkap polisi banyak yang positif sabu," tukad Azmi pengendara motor.
Kebiasaan buruk tawuran yang kerap dipertontonkan masyarakat Medan Belawan seperti sudah menjadi budaya turun temurun, yang sulit diperbaiki. Sosialog Universitas Sumatera Utara (USU), Ahmad Razali, M. Sos menilai adanya frustrasi sosial dan agennya.
"Melihat maraknya aksi tawuran antarwarga di sejumlah daerah di Belawan terlihat ada gejala disfungsi pada struktur dan sistem sosial. Ada unsur dalam struktur sosial perangkat kecamatan, aparat keamanan dan aparat hukumnya seperti kepolisian yang tidak berfungsi selama ini," kata Ahmad Razali.
Kata Razali, tanpa menghakimi masyarakat, maraknya tawuran juga bisa dikaji dari sudut fungsi-fungsi tertentu yang dapat memperkuat struktur sosial. Tawuran ini akan mendorong penyelenggara negara untuk lebih mengupgarde sistem norma masyarakat.
"Tawuran mendorong penyelenggara negara harus mampu merevitalisasi kembali norma-norma sosial yang ada. Lalu mencari solusi yang lebih komperhensif dalam menyelesaikan tawuran. Kalau penindakan hukum oleh aparat kepolisian saja tidak cukup, perlu instrumen bersama antar perangkat pemerintahan dan aparat keamanan," jelasnya.
Bang Amek karib Ahamd Razali disapa mengatakan, analisis paling dasar soal tawuran berakar masalah rendahnya pendidikan, masalah ekonomi, dan menumpuknya pengangguran. Artinya tidak ada masalah fundamental, seperti perebutan sumber daya dan wilayah, perbedaan ideologi, atau SARA.
"Tawuran seringkali bersifat instrumentalia yang hanya sekedar melepaskan ketegangan, tanpa adanya nilai-nilai mendasar yang diperjuangkan atau dibela. Jadi mereka ini kurang hiburan, frustrasi sosial sehingga dilampiaskan lewat tawuran," urainya.
"Upaya meredam maraknya tawuran Medan Belawan dapat diatasi lewat proses sosialisasi dan resosialisasi, kedua melalui pengawasan sosial atau kontrol sosial yang ketat. Polisi dan aparat keamanan harus mau capek lah rajin patroli 24 jam ke titik rawan tawuran," jelas Bg Amek, Wakasek II dan tenaga didik SMA Harapan 3 Delitua ini.
"Upaya lain harus ada katup penyelamat agar luapan emosi para pihak-pihak yang selalu bertikai dapat disalurkan, melalui ruang ruang publik yang cukup untuk aktivitas warga, misal penyediaan lapangan yang luas untuk tempat warga saling berinteraksi, fasilitas olahraga untuk umum, atau taman-taman relaksasi, kelompok pengajian. Dan Pemko Medan harus mampu berikan lapangan pekerjaan ke masyarakat" pungkasnya.
Diketahui selama bulan Ramadhan, terjadi tawuran antar dua kubu, didominasi kalangan remaja di Kelurahan Pekan Labuhan, Kecamatan Medan Labuhan. Mereka yang berjumlah ratusan orang saling serang dengan batu dan kayu,m dipicu bermain petasan, Rabu (14/4/2021).
Lalu, tawuran pemuda antar gang 10 dan gang 15 di Jalan Selebes, Gang Citarum, Kelurahan Belawan II, Kecamatan Medan Belawan. Aksi tawuran saling lempar batu hingga merusak atap rumah warga, Kamis dini hari hingga pagi, (15/4/2021).
Di lokasi berbeda, tawuran rutin antar warga Belawan kembali terjadi di saat umat beragama Islam menggelar salat tarawih berjemaah. Tawuran antar warga Lorong Papan dan Lorong Melati di Kelurahan Belawan I, Kecamatan, Medan Belawan, dekat rumah ibadah, 18 April 2021 lalu.
(dyk/tribun-medan.com)
