Kisah Pilu Supir Bus di Tengah Larangan Mudik: Yah Terpaksa Ngutang Lagi

Setidaknya sembako diberikan untuk meringankan tuntutan kebutuhan para sopir sehari - hari bersama keluarga. 

Goklas / Tribun Medan
Berlin Gultom selaku sopir bus Makmur saat diwawancara di gudang Bus Makmur di Jalan Sisingamangaraja, Kota Medan, Sumatra Utara, Selasa (4/5/2021). 

"Keluhan utama kami sebenarnya soal penyekatan ini. Seharusnya kami panen penumpang. Ini jadi kosong lah. Penumpang pun takut untuk mudik karena Covid-19 ini," katanya. 

Pada dasarnya derita itu juga telah dirasakan para sopir sejak lock down pertama yang diberlakukan pemerintah di awal 2020.

Selama tiga bulan bus tidak beroperasi dan para sopir kocar kacir untuk mencari pemasukan.

"Setelah itu di masa bulan puasa, natal dan lainnya itu kan memang akses transportasi sangat terbatas sekali. Selain berhenti beroperasi, penumpang pun hampir seluruhnya memilih untuk berdiam diri di rumah," ungkapnya. 

Meski begitu, Berlin masih bersyukur pemerintah dan pihak bus di tahun 2020 memberikan bantuan sembako sehingga meringankan beban yang dipikulnya. 

Maka dari itu, besar harapannya di masa penyekatan lebaran 2021 juga ada bantuan kepada para sopir.

Setidaknya sembako diberikan untuk meringankan tuntutan kebutuhan para sopir sehari - hari bersama keluarga. 

"Meski dapat sembako tahun lalu, kami masih harus menjual barang yang ada di rumah untuk mencukupi kebutuhan. Selain itu berutang juga sama orang. Sampai saat ini utang yang tahun lalu aja belum terbayar. Nah sekarang terpaksa harus ngutang lagi," sebutnya dengan nada pilu. 

(cr8/tribun-medan.com) 

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved