Kenapa Papua Terus Bergejolak? Simak Kisah Soeharto Komandoi Pembebasan Irian Barat dari Belanda

Sebagaimana sejarahnya, sebagian besar penduduk Kristen Melanesia di Papua, tinggal di dua wilayah: Papua dan Papua Barat.

Editor: AbdiTumanggor
NET
Presiden Soekarno perintahkan Jenderal Soeharto untuk memimpin pembebasan Irian Barat dari Belanda pada tahun 1962. 

Militer lain, Tentera Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) (Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat) juga beroperasi di beberapa bagian Papua.

Selain dengan perlawanan bersenjata, mereka juga menempuh jalur politik dan diplomatik.

Para pemimpin Papua telah mencoba untuk memobilisasi penduduk lokal untuk menentang Indonesia melalui demonstrasi dan pemogokan, yang seringkali membuat kota-kota besar seperti Jayapura, Manokwari, Fak-Fak dan Sorong macet, seperti yang terjadi pada Agustus 2019.

Para pemimpin Papua juga telah mencoba untuk bernegosiasi dengan pemimpin Indonesia.

Apalagi di era pasca-Soeharto, mereka sudah mendapatkan beberapa konsesi dari Jakarta.

Ditambah lagi, diaspora Papua sangat aktif di sejumlah negara Barat dan Pasifik Selatan.

Mereka juga berhasil mendapatkan dukungan internasional dari organisasi hak asasi manusia dan beberapa pemerintah yang berusaha menekan Indonesia.

LOKASI penambangan PT Freeport Indonesia dilihat dari atas.
LOKASI penambangan PT Freeport Indonesia dilihat dari atas. (KOMPAS.COM)

Dimuat pada laman The Diplomat, Bilveer Singhs, Professor Ilmu Politik di Universitas Nasional Singapura menyebutkan ada beberapa hal yang utama yang dikeluhkan orang Papua.

1. Tidak Dilibatkan dalam Perjanjian New York 1962

Orang-orang Papua mengeluh karena mereka tidak pernah diajak berkonsultasi ketika Perjanjian New York 1962 ditandatangani yang mengatur keluarnya Belanda dari wilayah tersebut.

Orang Papua juga menolak referendum 1969, yang mendukung integrasi wilayah itu ke Indonesia, sebagai sebuah kebohongan.

Lebih dari 1.000 pemimpin suku dipilih oleh militer Indonesia untuk mewakili pemungutan suara — populasi kawasan itu diperkirakan 800.000 — dan mereka memilih dengan suara bulat mendukung Indonesia dengan mengacungkan tangan.

2. Pelanggaran HAM Berat sejak 1963

Indonesia juga telah dituduh melakukan pelanggaran HAM berat sejak tahun 1963.

Ini termasuk pembunuhan massal penduduk desa yang dituduh mendukung separatis serta pembunuhan pemimpin kunci Papua seperti Ferry Awom, Arnold Ap dan Theys Eluay.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved