Tak Peduli Jutaan Warganya Kelaparan, Kim Jong Un Malah Pede Tantang Amerika Berperang
Kim Jong Un: Tetapi, saat ini kita mengutamakan konfrontasi (perang) karena program nasional Korea Utara adalah memperkuat persenjataan nuklir kita.
TRIBUN-MEDAN.COM - Meski jutaan warganya kelaparan, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un tetap pede menantang Amerika berperang.
”Kalau AS mau diajak berdialog, silakan. Tetapi, saat ini kita mengutamakan konfrontasi (perang) karena program nasional Korea Utara adalah memperkuat persenjataan nuklir kita. Justru, kebijakan politik AS-lah yang agresif terhadap Korea Utara,” kata Utara Kim Jong Un dalam pleno hari ketiga Komite Sentral Partai Komunis Korea Utara, seperti dilansir dari kantor berita nasional Korea Utara, KCNA, Kamis (17/6/2021).
Kim Jong Un juga menandatangani "perintah khusus" untuk memberikan kontribusi untuk menstabilkan kehidupan masyarakat, mengatakan bahwa tujuan utama dari rapat paripurna adalah untuk mengambil langkah-langkah untuk segera menyelesaikan hal-hal mendesak yang paling memprihatinkan rakyat.
Pertemuan tersebut mengadopsi resolusi untuk memenuhi tanpa syarat rencana produksi pangan untuk tahun ini dan mendesak partai, militer dan semua orang untuk berkonsentrasi pada pertanian, kata KCNA.
KCNA mengatakan bahwa pertemuan akan berlanjut tanpa menyebutkan kapan akan berakhir.

Sebelumnya dalam pleno hari pertama Komite Sentral Partai Komunis Korea Utara, Kim Jong Un secara terbuka mengakui Korea Utara mengalami "serangkaian bencana” yang menciptakan ancaman bagi rakyat.
"Situasi pangan untuk rakyat semakin menegangkan, ketika sektor pertanian gagal memenuhi kuota produksi beras dan gandum akibat kerusakan yang dipicu bencana topan tahun lalu,” katanya seperti dilansir kantor berita KCNA.
Banjir yang diakibatkan topan pada musim panas tahun lalu merusak ribuan rumah dan jutaan hektar lahan pertanian. Pemerintah Kim Jong Un membangun ulang desa-desa yang rusak dalam tempo singkat.
Tapi kerusakan pada sektor pertanian bersifat jangka panjang.
Kim Jong Un mendorong aparat negara mengambil langkah-langkah kongkrit untuk memitigasi dampak cuaca ekstrem.
Menurutnya, menjamin ketersediaan bahan pangan adalah "prioritas utama.”
Perkembangan teranyar di Korea Utara mengingatkan pada bencana kelaparan antara 1994 dan 1998, di mana hingga 3,5 juta penduduk meninggal dunia.
Saat itu pun, kelangkaan pangan dipicu kegagalan panen akibat bencana alam banjir.
Sejak bencana kelaparan parah itu, produksi dan distribusi pangan di Korut belum sepenuhnya pulih.
Hal ini terlihat pada besarnya bantuan pangan dari luar negeri.
Menurut estimasi Korea Selatan, Pyongyang membutuhkan setidaknya 1,2 juta ton bahan pangan untuk mencegah bencana kelaparan.
Hal senada diperingatkan Kantor Koordinasi Kemanusiaan PBB (OCHA).
Menurut juru bicaranya, dampak pandemi "semakin memperparah” situasi kemanusiaan di Korut tahun ini. Diperkirakakan, sebanyak 10,6 juta penduduk membutuhkan bantuan pangan.
April silam, Kim Jong Un mengimbau warganya untuk menyiapkan diri menghadapi "situasi paling buruk” usai musim panen.
Imbauan serupa pernah dikampanyekan kakeknya, Kim Il Sung, yang mengajak rakyat melakukan "mars penderitaan” sebagai tugas patriotik melawan bencana kelaparan.
Arti Pesan Korea Utara Siap Berperang
Pesan Kim Jong Un yang siap berperang dengan Amerika merupakan pernyataan pertama terhadap Pemerintahan Biden yang berjanji melakukan "pendekatan praktis yang terkalibrasi" agar tercapai denuklirisasi lengkap di Semenanjung Korea.
Sebelumnya Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan Presiden AS Joe Biden dalam pertemuan puncak di Washington sepakat untuk melakukan diplomasi untuk menyelesaikan masalah nuklir Korea Utara.
Pesan Kim Jong Un yang siap berperang dengan Amerika ini dilontarkan sebelum kedatangan Perwakilan Khusus AS untuk Korea Utara yang baru, Sung Kim, ke Korea Selatan, akhir pekan ini.
Sung Kim direncanakan mengadakan pembicaraan trilateral dengan rekan-rekannya dari Korea Selatan dan Jepang.

Meski secara terbuka Kim Jong Un menantang AS berperang, para ahli mengatakan tidak adanya kritik terhadap AS menandakan kesediaan Kim untuk melakukan pembicaraan.
"Korut tampaknya telah memutuskan arah untuk melanjutkan pembicaraan dengan AS dalam kerangka kerja yang luas, meskipun kemungkinan akan membahas waktu dan ruang lingkup dengan China," ujar Yang Moo-jin, profesor di Universitas Studi Korea Utara seperti dikutip tribun-medan.com dari Yonhap.
Lim Eul-chul, profesor di Institut Studi Timur Jauh di Universitas Kyungnam, mengatakan penekanan Korea Utara pada persiapan penuh untuk konfrontasi tampaknya dimaksudkan untuk memperketat disiplin di antara rakyatnya.
"Fakta bahwa pemimpin Kim Jong-un, yang tetap tidak responsif terhadap upaya AS untuk berdialog sampai sekarang, telah secara terbuka mengirim pesan ke AS dianggap sebagai perubahan sikap Korea Utara," katanya.
Kementerian Unifikasi Korea Selatan mengatakan akan mengawasi rapat pleno yang sedang berlangsung.
"Pemerintah menekankan sekali lagi bahwa dialog dan kerja sama adalah cara terbaik untuk mengendalikan situasi secara stabil dan membangun perdamaian di Semenanjung Korea," kata Cha Deok-cheol, Wakil Juru Bicara Kementerian Unifikasi Korea Selatan, dalam jumpa pers reguler. (yna)