Anak Medan Wajib Tahu
WAJIB Tahu Tugu Kapiten Purba di Kabanjahe, Sejarah Perjuangan Pemuda Karo Bersama Djamin Ginting
Tugu ini, terletak di persimpangan Jalan Kapten Pala Bangun dengan Jalan Letnan Mumah Purba, Kabanjahe, Kabupaten Karo.
Penulis: Muhammad Nasrul | Editor: Randy P.F Hutagaol
Laporan Wartawan Tribun Medan/Muhammad Nasrul
TRIBUN-MEDAN.com, KABANJAHE - Bangsa Indonesia, memang dikenal merupakan bangsa yang memiliki serangkaian sejarah perjuangan.
Perjuangan untuk memerdekakan Indonesia, terjadi di semua wilayah terutama Sumatera Utara.

Satu di antara wilayah yang memiliki sejarah panjang perjuangan nusantara, ialah Kabupaten Karo.
Sampai saat ini, peninggalan bukti sejarah juga masih terlihat dengan adanya bangunan atau monumen yang masih terjaga dengan baik
Satu monumen perjuangan di Kabupaten Karo, dapat dilihat dari adanya Tugu Kapiten Purba.
Tugu ini, terletak di persimpangan Jalan Kapten Pala Bangun dengan Jalan Letnan Mumah Purba, Kabanjahe, Kabupaten Karo.
Menilik tugu ini, tampak sosok seorang pria berdiri tegak di tangan kirinya memegang sebuah benda yang mengarah ke Jalan Kapten Pala Bangun.
Sosok pria ini diketahui merupakan Kapiten Purba, yang berdasarkan data yang dihimpun Kapiten Purba merupakan tokoh yang lahir di Kabanjahe pada tahun 1915 silam.
Kapiten Purba dulunya merupakan anggota MPR/DPR RI yang meninggal pada 19 Maret 1973 di Jakarta.
Kapiten Purba dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) di Kota Medan.
Berdasarkan catatan sejarah yang didapat dari website Pemkab Karo, Kapiten Purba merupakan salah satu bagian dari pemuda Karo yang turut mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Dari sejarah ini, tercatat Kapiten Purba merupakan bagian dari anggota Badan Keselamatan Rakyat (BKR), yang merupakan tentara resmi pemerintah.
Sebelumnya, BKR ini dinamai Barisan Pemuda Indonesia (BPI) yang dibentuk pada 29 September 1945.
BKR ini dikomandoi oleh Djamin Ginting sebagai komandan pasukan teras, bersama-sama Nelang Sembiring dan Bom Ginting.
Adapun susunan anggotanya antara lain, Selamat Ginting, Nahud Bangun, Rimrim Ginting, Kapiten Purba, Tampak Sebayang dan lain-lain.
Tugas BPI ini pertama menyebarluaskan Proklamasi Kemerdekaan ke desa-desa Tanah Karo, kedua membentuk ranting-ranting BPI di desa-desa, dan ketiga mencari senjata untuk memperkuat barisan.
Beberapa jenis senjata karabin, pistol, pedang panjang yang dikuasai dengan berbagai cara memang sudah dimiliki, namun jauh sekali dari cukup.
Satu-satunya jalan untuk memiliki senjata api itu adalah mengambil atau merebutnya dari tentara Jepang.
Peristiwa yang sangat penting pada saat itu adalah, insiden Tiga Panah pada tanggal 9 Desember 1945 dimana terjadi serangan barisan pemuda terhadap konvoi tentara Jepang.
(cr4/tribun-medan.com)