Bioteknologi Bisa Kurangi Setengah Sampah yang Masuk ke TPA Terjun Marelan

TPA ini memiliki luas lahan 14 Ha dengan sistem pengelolaan sampah yang sebelumnya dilakukan yakni sistem open dumping.

TRIBUN MEDAN/Rechtin
Para pemulung saat sedang mengumpulkan sampah di TPA Terjun, Kecamatan Medan Marelan. Saat ini, TPA Terjun jadi TPA satu-satunya yang menampung sampah dari seluruh wilayah di Kota Medan. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Pengelolaan sampah dengan bioteknologi di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Terjun, Kecamatan Medan Marelan, akhirnya dimulai.

Bioteknologi diharapkan dapat menambah umur TPA yang sebelumnya diprediksi akan penuh sekitar dua tahun lagi.

Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan Muhammad Husni mengungkapkan, pengolahan sampah dengan menggunakan sistem Bio Teknologi di TPA Terjun ini mampu mengurangi lebih dari 50 persen volume sampah yang masuk ke TPA selama sepekan.

“Tentunya ini sangat signifikan karena area lahan TPA Terjun yang padat saat ini dapat dimanfaatkan untuk jangka waktu yang lebih lama dan hampir tanpa batas," ungkap Husni, Sabtu (3/7/2021).

TPA Terjun merupakan satu-satunya TPA yang menampung seluruh sampah dari 21 Kecamatan yang ada di Kota Medan.

TPA ini memiliki luas lahan 14 Ha dengan sistem pengelolaan sampah yang sebelumnya dilakukan yakni sistem open dumping.

Sistem open dumping adalah pengelolaan sampah yang dilakukan dengan cara pemerataan dan pemaparan sampah.

Baca juga: TPA Terjun Marelan Akhirnya Kelola Sampah Gunakan Bioteknologi, Ini Keunggulannya!

Husni mengaku, saat ini kondisi TPA Terjun memang sudah hampir penuh.

Ia menuturkan, jika tidak ada penanganan yang tepat, maka sekitar tiga sampai empat tahun ke depan, TPA Terjun akan penuh.

"Ya melihat kondisi yang ada sekarang, sekitar tiga sampai empat tahun lagi tidak diolah akan terjadi stagnan di TPA Terjun," katanya.

Untuk itu, kata Husni, dengan menggunakan sistem Bio Teknologi nantinya akan menjadikan TPA Terjun menjadi lebih ramah lingkungan.

"Di samping itu juga solusi hijau, ramah lingkungan dan akan membantu mengingkatkan perlindungan lingkungan secara signifikan,” jelasnya.

Dijelaskannya, proses pengolahan sampah menjadi pupuk dengan menggunakan sistem Bio teknologi memakan waktu 7 sampai 8 hari.

Setelah selesai proses pengomposan, kemudian dilakukan proses treatment secara Bio Teknologi dan lalu diayak untuk memilah mana yang menjadi pupuk dan mana menjadi pupuk refused drived fuel (RDF) dan solid recovered fuel (SRF)

Alhamdulillah dari uji coba sementara pengolahan sampah yang kita lakukan dengan menggunakan sistem Bio Teknologi ini, kita sudah menghasilkan 14 ton pupuk. Sebab, dari 2 ton sampah akan menghasilkan 1.000 ton pupuk. Rencananya, pupuk ini nantinya akan kita bagikan untuk kabupaten/kota terdekat,” jelasnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved