Khazanah Islam

Khalid bin Walid Sang Pedang Allah, Panglima Tak Terkalahkan, Pernah Diutus Hancurkan Berhala Uzza

Sahabat Rasulullah yang terkenal sebagai panglima tempur tiada pernah terkalahkan sekali pun adalah Abu Sulayman Khalid ibn al-Walid ibn al-Mughirah a

Penulis: Dedy Kurniawan | Editor: Dedy Kurniawan
Ist
Sahabat Nabi Khalid bin Walid Pedang Allah 

TRIBUN-MEDAN.com - Sahabat Rasulullah yang terkenal sebagai panglima tempur tiada pernah terkalahkan sekalin pun adalah Abu Sulayman Khalid ibn al-Walid ibn al-Mughirah al-Makhzumi. 

Sosoknya begitu disegani, juga dikenal dengan gelar Sayfallah al-Maslul yang berarti pedang Allah yang terhunus.

Sahabat berjuluk Saifullah ini sudah melewati ratusan medan perang sebagai pemimpin panji umat Islam. Dia dikenal gigih dari panglima-panglima perang penting lainnya yang mampu menaklukkana Irak dan Persia atau dikenal dengan imperium Byzantium.

Baca juga: Kisah Gugurnya Singa Allah Hamzah bin Abdul Mutthalib, Jasadnya Dimandikan Langsung Malaikat

Khalid  juga pernah memimpin pasukan Madinah di bawah kepemimpinan Rasulullah Muhammad. Dia pula yang menjadi penerusnya khulafaur rasyiddin Abu Bakar dan Umar Bin Khattab.

Khalid bin Walid pernah ditugaskan secara khusus oleh Rasulullah untuk menghancurkan berhala Uzza. Khalid sempat gagal, dan akhirnya berhasil memenuhi tugasnya.

أَخْبَرَنَا عَلِي بْنِ الْمُنْذِرِ قَالَ حَدَثَنَا بْن فُضَيْلٍ قَالَ حَدَثَنَا الْوَلِيْدُ بْنُ جميعٍ عَنْ أَبِي الطُفَيْلِ قَالَ : لمَاَّ فَتَحَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَمَّ مَكَّةَ بَعَثَ خَالِدَ بْنَ الْوَلِيْدِ إِلَى نخَلْةَ ٍوَكَانَتْ بِهَا الْعُزَّى فَأَتَاهَا خَالِدٌ وَكَانَتْ عَلَى ثَلَاثِ سَمُرَاتٍ فَقَطَعَ السَّمُرَاتِ وَهَدَمَ الْبَيْتَ الَّذِي كَانَ عَلَيْهَا ثُمَّ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ ارْجِعْ فَإِنَّكَ لَمْ تَصْنَعْ شَيْئًا فَرَجَعَ خَالِدٌ فَلَمَّا أَبْصَرَتْ بِهِ السدنة وَهُمْ حجبتها أَمْعَنُوْا فِي الْجَبَلِ وَهُمْ يَقُوْلُوْنَ يَا عُزَّى فَأَتَاهَا خَالِدٌ فَإِذَا هِيَ امْرَأَةٌ عُرْيَانَةٌ ناَشِرَةُ شَعْرِهَا تَحْتَفِنُ التُّرَابَ عَلَى رَأْسِهَا فَعَمَمَهَا بِالسَّيْفِ حَتَّى قَتَلَهَا ثُمَّ رَجَعَ إِلَى النَّبِيِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ تِلْكَ العُزَّى

Dari Abu Al-Thufail, beliau bercerita, “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menaklukkan kota Mekah, beliau mengutus Khalid bin al Walid ke daerah Nakhlah, tempat keberadaan berhala Uzza. Akhirnya Khalid mendatangi Uzza.

Ternyata ‘Uzza adalah tiga buah pohon Samurah. Ketiga buah pohon tersebut terletak di dalam sebuah rumah. Khalid pun lantas menebang ketiga buah pohon dan menghancurkan bangunan rumah tersebut. Setelah itu Khalid menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan melaporkan apa yang telah dia kerjakan.

Nabi pun berkomentar kepada Khalid, ‘Kembali lah lagi karena engkau belum berbuat apa-apa.’ Akhirnya ia kembali.

Tatkala para juru kunci ‘Uzza melihat kedatangan Khalid, mereka menatap ke arah gunung yang ada di dekat lokasi sambil berteriak, “Wahai ‘Uzza. Wahai ‘Uzza.”

Khalid akhirnya mendatangi puncak gunung, ternyata Uzza itu berbentuk perempuan telanjang yang mengurai rambutnya. Dia ketika itu sedang menuangkan debu ke atas kepalanya dengan menggunakan kedua telapak tangannya.

Baca juga: Kisah Umar bin Khattab, Sahabat Rasulullah yang Paling Ditakuti, Setan pun Enggan Bertemu

Khalid pun menyabetkan pedang ke arah jin perempuan ‘Uzza sehingga berhasil membunuhnya. Setelah itu Khalid kembali menemui Nabi dan melaporkan apa yang telah dia kerjakan. Komentar Nabi, “Nah, itu baru ‘Uzza.” (HR. An-Nasa’I, Sunan Kubro no. 11547, jilid 6 hal. 474, terbitan Darul Kutub Ilmiyyah Beirut, cetakan pertama 1411 H).

Khalid Wafat

Wafat di medan tempur merupakan harapan setiap pejuang Islam. Namun, takdir Allah berkata lain untuk Khalid bin Walid.

Dia malah wafat di pembaringan dijemput malaikat maut. Saat sakaratul maut, dia pernah berkata : 

“Aku telah turut serta dalam 100 perang atau kurang lebih demikian. Tidak ada satu jengkal pun di tubuhku, kecuali terdapat bekas luka pukulan pedang, hujaman tombak, atau tusukan anak panah. Namun lihatlah aku sekarang, akan wafat di atas tempat tidurku. Maka janganlah mata ini terpejam (wafat) sebagaimana terpejamnya mata orang-orang penakut. Tidak ada suatu amalan yang paling aku harapkan daripada laa ilaaha illallaah, dan aku terus menjaga kalimat tersebut (tidak berbuat syirik).” (Khulashah Tadzhib Tahdzibul Kamal oleh Shafiyuddin al-Anshari, Hal: 103).

Kisah Khalid bin Walid awalnya adalah seorang musuh Islam bersama kaum kafir Quraisy. Dia lah pihak musuh yang mampu mengalahkan pasukan Muslim, bahkan kocar-kacir dalam perang Uhud yang terkenal.

Ketika perang Uhud, kecerdasan Khalid dalam strategi tempur dan memanfaat peluang begitu cerdik. Umat Islam berhasil dipukul mundur.

Pasca perang Uhud ini juga akhirnya, dia mendapat hidayah Allah untuk memeluk Islam. Yang terjadi pada tahun 8 Hijriah saat perjanjian Hudaibiyah berlangsung, diajak oleh saudaranya memeluk Islam, al Walid bin Walid lewat sepucuk surat.

Al Walid bin Walid menulis surat untuk Khalid.

“Bismillahirrahmanirrahim. Amma ba’d. Sesungguhnya aku tak menemukan sesuatu yang lebih mengherankan daripada jauhnya pikiranmu dari Islam. Engkau seorang yang cerdas. Tak seorang pun yang tidak mengenal agama seperti Islam. Aku pernah ditanya suatu kali oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang dirimu. Beliau bertanya:

‘Mana Khalid?’

Aku menjawab, ‘Semoga Allah memberinya hidayah.’

Beliau bersabda lagi:

‘Orang seperti Khalid tidak mengenai Islam? Andaikan ia gunakan kehebatan dan ketangguhannya, yang selama ini ia gunakan untuk yang lain bersama kaum muslimin, tentu akan lebih baik baginya.’

Bergegaslah wahai saudaraku untuk menjemput peluang-peluang kebaikan yang sempat luput darimu.

Khalid pun segera menuju ke Madinah bersama dengan Utsman bin Thalhah dan Amru bin Ash untuk masuk Islam.

Sesampainya disana, ia bertemu dengan saudaranya yang mengatakan bahwa Rasul telah mengetahui kedatangannya. Khalid pun masuk menemui Rasulullah dan membaiatnya. Sejak saat itu, Rasul tidak pernah memberikan apapun kepada sahabat lainnya melebihi apa yang ia berikan kepada Khalid bin Walid.

Rasul bersabda, “Jangan sakiti Khalid karena sesungguhnya ia adalah pedang di antara pedang-pedang Allah yang Dia hunuskan pada orang-orang kafir.”

Dalam perang Mut’ah, Khalid bin Walid mendapatkan pujian dari Rasul atas kecakapannya dalam berperang.

“أخذ الراية زيد فأصيب، ثم أخذها جعفر فأصيب، ثم أخذها عبد الله بن رواحة فأصيب، ثم أخذها سيفٌ من سيوف الله، ففتح الله على يديه”. ومن يومئذٍ سُمِّي “سيف الله”،.

“Bendera perang dibawa oleh Zaid lalu berperang hingga syahid. Kemudian bendera diambil oleh Ja’far dan berperang hingga syahid. Setelah itu, bendera perang dibawa oleh pedang di antara pedang-pedangnya Allah (saifullah-yakni Khalid bin Walid-) hingga Allah memenangkan kaum muslimin.”

“Sebaik-baik hamba Allah dan saudara dekat adalah Khalid bin al-Walid. Khalid bin al-Walid pedang di antara pedang-pedangnya Allah.” (as-Sirah al-Halabiyah oleh al-Halabi: 3/212).

Saking hebatnya, sampai ada anggapan pasukan Muslimin bahwa karena Khalid setiap kemenangan Islam didapat. Alhasil, Umar Ra sampai mencopot jabatan Khalid sebagai panglima, agar tidak dijadikan idola secara berlebihan dan harapan selain kepada Allah, karena bisa melunturkan ketauhidan umat Islam.

Khalid bin Walid wafat pada 18 Ramadhan 21 Hijriah. Umar bin Khattab memimpin shalat jenazahnya.

(*/Tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved