Hari Kedua PPKM Darurat

Kisah Nanda Sarjana Komputer yang Jadi Tukang Sampah Keliling, Luapkan Keresahan karena PPKM Darurat

Keluhannya tidak hanya sampai di situ, ia pun meluapkan seluruh kekesalan dan kesedihannya menjalani hidup di masa pandemi Covid-19 ini.

TRIBUN MEDAN/GOKLAS WISELY
HARI KEDUA PPKM DARURAT - Nanda saat diwawancara di pos penyekatan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat Titi Sewa, Jalan Medan - Tembung, Selasa (13/7/2021). (TRIBUN MEDAN/GOKLAS WISELY) 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Nanda adalah satu di pengendara yang ingin melintas dari wilayah Kabupaten Deliserdang melewati pos penyekatan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat Titi Sewa, Selasa (13/72021).

Terlihat ia mengenakan kendaraan sepeda motor dengan keranjang sampah yang ada di sisi kanan. Saat itu, Nanda diberhentikan petugas karena tidak mengenakan masker.

Petugas pun menyuruhnya agar langsung membeli masker ke penjual yang ada di dekat pos Titi Sewa. Dengan ekspresi yang santai, Nanda pun patuhi perintah petugas dan langsung membeli masker.

Ia mengatakan ingin ke perumahan masyarakat yang ada di daerah Medan Tembung.

Hal itu dilakukan untuk mencari sampah demi mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya.

Sehari-hari rupanya Nanda bekerja sebagai tukang sampah keliling perumahan-perumahan warga yang ada di kota Medan.

Warga Marendal ini pun menjelaskan tidak menggunakan masker karena merasa sesak.

"Ini karena makin sesak nafasku bawa sampah. Bukan tidak mau pakai masker. Banyaknya di rumah. Cuma kerjaan saya bawa sampah, tutup hidung sesak kurasa," ujarnya.

Keluhannya tidak hanya sampai di situ, ia pun meluapkan seluruh kekesalan dan kesedihannya menjalani hidup di masa pandemi Covid-19 ini.

Ia membeberkan meski mengemban gelar sebagai sarjana Komputer tidak membuatnya mudah mencari kerja di masa pandemi Covid-19.

"Sebenarnya aku sarjana Komputer. Tapi kemana - mana antar lamaran kerja tidak bisa lagi. Pusing lah mau kemana - mana ditolak," katanya.

Diakuinya sempat bekerja di Bandara Kualanamu. Tapi sejak tahun 2019, ia telah di PHK karena dampak dari pandemi Covid-19. Saat itu ia bekerja sebagai petugas kargo pesawat Garuda.

Mendapati dirinya di PHK, ia pun tak patah semangat. Sebab, melihat ketiga anaknya dan istrinya yang harus dinafkahi ia pun berusaha agar bisa bekerja.

Bagaimana tidak, ada banyak biaya yang harus ditanggungjawabinya sebagai kepala keluarga demi mempertahankan hidup anak dan istrinya.

"Terakhir, karena sulit kali cari kerja, mau engga mau lah untuk menghidupi anak istriku mengutip sampah. Kerjaan yang dikasih ke aku tidaknya pala banyak, target cuma 10 goni," sebutnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved