Pantas Saja Covid-19 di Indonesia Terus Menyebar, Satu Pulau Ini Rupanya Jadi Surga Pelarian. . .

Rusia menjadi negara dengan turis terbanyak, diikuti AS, Australia, Inggris, Perancis, Jerman, Ukraina, Belanda dan Kanada.

Editor: AbdiTumanggor
VIA INTISARI
POTRET Turis di Bali melakukan vaksin Covid-19. 

Lebih dari 157 WNA yang ditangkap tahun lalu memegang kewarganegaraan Rusia menurut polisi.

Di antara 59 yang dideportasi ada 2 instruktur yoga yang mengadakan latihan yoga massal di Ubud.

Pesta Remaja asal Australia di Bounty Pulau Bali beberapa waktu lalu.
Pesta Remaja asal Australia di Bounty Pulau Bali beberapa waktu lalu. (Telegraph)

Tren ini berlanjut tahun ini, pihak berwenang baru direpotkan oleh turis Rusia yang mengaku "influencer" setelah ia memposting video di situs web, tunjukkan ia melompat dari dermaga dengan sepeda motor dan gadis menempel di belakangnya.

Influencer Rusia lainnya, Leia Se, dideportasi pada Mei setelah memposting rekaman video dirinya mengenakan masker bedah yang digambar di wajah untuk menipu penjaga toko setelah dia dan seorang teman sebelumnya ditolak masuk karena Se tidak mengenakan masker.

Serta dua wanita AS yang mencuit jika Bali menjadi destinasi ramah LGBTQ, yang membuat mereka ditangkap dan dideportasi karena "menyebarkan informasi yang merusuhkan warga."

Sebagian besar WNA yang dideportasi dituduh melanggar aturan publik, menambah lama visa dan menggunakan izin tinggal dengan cara yang salah, termasuk menulis informasi yang salah dalam aplikasi visa mereka.

Para turis ini tidak lagi ada di Kuta, tapi di Seminyak dan Canggu yang menjadi pantai populer untuk turis asing menikmati pantai-pantai Bali.

Akhir bulan ini rencananya wisata Bali akan dibuka kembali tapi hal itu harus diurungkan karena ledakan kasus Covid-19 tertinggi di Indonesia.

Ribuan orang asing terdampar tahun lalu, tetapi sementara banyak yang kembali ke negara asal mereka dengan penerbangan internasional yang jarang, yang lain memilih untuk tetap tinggal, difasilitasi oleh pihak berwenang yang simpatik yang tidak diragukan lagi melihatnya sebagai cara kecil untuk membantu menjaga ekonomi terus berdetak.

Kini yang tersisa adalah penduduk campuran, selain penduduk Bali asli, para keluarga pengungsi yang melarikan diri dari Jakarta, serta mereka yang hidup lewat warisan keluarga yang kaya raya, kesulitan karena bisnis mereka gulung tikar akibat Covid-19.

Ada juga para "digital nomad", kelas wisatawan baru yang terlibat dalam apapun mulai dari perdagangan bitcoin, terapi seni sampai hipnotisme online.

Bali telah menjadi wisata unggulan dunia untuk para digital nomad, kedua setelah Barcelona.

Pesaing Asia Tenggara adalah Phuket dan Chiang Mai di Thailand, dan Ho Chi Minh City di Vietnam, di mana kebutuhan pertama adalah internet yang cepat, serta pantai.

Menteri Pariwisata Sandiaga Uno memindahkan kantornya ke Bali untuk melihat pulihnya pulau itu, dan ia ingin menarik lebih banyak nomad dengan visa jangka panjang yang dapat memberi wisatawan asing masa tinggal sampai 5 tahun.

"Di mana lagi kita bisa menyewa rumah dengan kolam renang dan pemandangan sawah," ujar salah seorang pasangan nomad dalam blog mereka, Never Ending Voyage.

Sumber: Tribun Bogor
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved