Letjen TNI Kuntara Wafat, Eks Danjen Kopassus yang Ikut Operasi Pembebasan Garuda di Bangkok

Letjen TNI (Purn) Kuntara merupakan mantan Danjen Kopassus satu angkatan Letjen TNI (purn) Sintong Panjaitan dalam operasi pembebasan pesawat garuda.

Editor: AbdiTumanggor
INSTAGRAM PENERANGAN KOPASSUS
Letjen TNI (Purn) Kuntara tutup usia 82 tahun di Rumah Sakit Gatot Subroto sekira pukul 06.10 WIB, Sabtu (21/8/2021).  Letjen TNI (Purn) Kuntara menghembuskan nafas terakhir karena sakit tua. Letjen TNI (Purn) Kuntara disemayamkan di Gedung Balai Komando Cijantung. 

Almarhum Letjen TNI (Purn) Kuntara merupakan mantan Danjen Kopassus satu angkatan Letjen TNI (purn) Sintong Panjaitan dalam operasi pembebasan pesawat garuda yang dibajak ke Thailand.

TRIBUN-MEDAN.COM - Wafatnya Letnan Jenderal TNI (Purn) Kuntara turut ramai dibagikan di media sosial.

Letjen TNI (Purn) Kuntara tutup usia 82 tahun di Rumah Sakit Gatot Subroto sekira pukul 06.10 WIB, Sabtu (21/8/2021). 

Informasi yang dihimpun, Letjen TNI (Purn) Kuntara menghembuskan nafas terakhir karena sakit tua.

Letjen TNI (Purn) Kuntara disemayamkan di Gedung Balai Komando Cijantung.

Sementara alamat duka di Jalan Haji Hasan Gang Pembina, Cijantung, Jakarta Timur.

Dalam upacara pemberangkatan jenazah Letjen TNI (Purn) Kuntara dimpimpin oleh Danjen Kopassus Mayjen TNI Mohamad Hasan di Balai Komando Kopassus Cijantung Jakarta Timur,Sabtu ( 21/8/2021).

Bagaimana sosok Letjen TNI (Purn) Kuntara?

Mengutip situs sejarah indonesia, Letjen TNI (Purn) Kuntara merupakan satu angkatan Letjen TNI (purn) Sintong Panjaitan dalam operasi pembebasan pesawat garuda yang dibajak ke Thailand.

Dalam pembebasan sandera dalam pesawat Garuda DC-9 bernomor penerbangan 206 dengan rute Jakarta-Medan yang dibajak oleh lima anggota radikal Komando Jihad pada 28 Maret 1981 itu dinamai Operasi Woyla.

Letjen TNI (Purn) Kuntara pada saat itu menjabat sebagai Wadanjen Kopassus.

Pembajakan yang dipimpin oleh Imran bin Muhammad Zein itu berlangsung saat pesawat baru lepas landas usai transit lebih dulu di Palembang, Sumatera Selatan.

Para penyandera memerintahkan Kapten Pilot Herman Rante dan Kopilot Hedhy Djuantoro untuk membawa pesawat dengan 48 penumpang dan lima kru (dua penerbang dan tiga pramugari) ke luar wilayah Indonesia.

Mendengar pembajakan tersebut, Presiden Suharto memanggil Kapusintelstrat (Kepala Pusat Intelijen Strategis) Leonardus Benyamin Moerdani atau L.B. Moerdani ke Cendana.

Kemudian Jenderal TNI L.B. Murdani memerintahkan Asisten Operasi Kopassandha, Letkol Sintong Pandjaitan untuk membuat rencana operasi pembebasan dengan 35 personel.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved