Detik-detik Menegangkan saat Penyelamatan 10 Anak Perempuan Tim Robotik Afghanistan dari Taliban

Allyson Reneau (60 tahun) bersama sebagian dari 10 anak perempuan tim robotika Afghanistan yang berhasil diselamatkan dari Taliban.

Editor: AbdiTumanggor
Istimewa/Reuters/AP
Penyelamatan 10 anak perempuan tim robotik Afghanistan setelah Taliban mengambilalih kekuasaan dan memicu kekhawatiran besar atas keselamatan para warga. 

Tim Robotik Afghanistan tersebut terdiri dari sekelompok gadis berusia 16-18 tahun. Mereka tiba dengan selamat di Doha, Qatar.

Digital Citizen Fund (DCF), organisasi induk tim robotik Afghanistan menyampaikan terima kasih kepada pemerintah Qatar atas dukungan mereka yang tidak hanya mempercepat proses visa tetapi juga mengirim pesawat ke Kabul. 

REMAJA PEREMPUAN AFGHANISTAN: Foto yang diambil pada 8 April 2020, memperlihatkan anggota dari tim robotika yang seluruhnya perempuan membangun ventilator dalam menghadapi virus corona di Herat, Afghanistan. Gadis-gadis ini membangun ventilator murah dari onderdil mobil, di tengah upaya otoritas kesehatan meningkatkan kemampuan mereka untuk menghadapi pasien.
REMAJA PEREMPUAN AFGHANISTAN: Foto yang diambil pada 8 April 2020, memperlihatkan anggota dari tim robotika yang seluruhnya perempuan membangun ventilator dalam menghadapi virus corona di Herat, Afghanistan. Gadis-gadis ini membangun ventilator murah dari onderdil mobil, di tengah upaya otoritas kesehatan meningkatkan kemampuan mereka untuk menghadapi pasien. (AFP PHOTO/AHMAD IDRES NADERI)

Sebelumnya Gadis-gadis Afghanistan Tersebut Telah Ciptakan Ventilator dari Onderdil Mobil

Diketahui, selain pernah memenangkan kompetisi internasional robotik di beberapa negara dalam beberapa tahun terakhir, tim robotik Afghanistan juga telah terlibat dalam pembuatan ventilator sejak awal pandemi Covid-19 di Afghanistan.

Gadis-gadis itu menjadi pemberitaan pada 2017, ketika mereka memenangkan penghargaan dalam kompetisi internasional yang digelar di AS. Kini, tim robotika yang semuanya adalah remaja putri itu berpacu dengan waktu menciptakan ventilator dari onderdil mobil di tengah virus corona.

Dilansir BBC Rabu (20/5/2020), mereka harus segera menyelesaikan dan mengirimkan alat bantu pernapasan itu pada akhir Mei nanti.

Afghanistan, yang bertahun-tahun dilanda konflik, hanya mempunyai 400 ventilator dan harus digunakan untuk 38,9 juta populasinya. Sejauh ini, Kabul melaporkan 7.650 kasus positif Covid-19 dengan 178 korban meninggal. Namun, pemerintah situasinya bisa lebih buruk.

Sebabnya, sistem kesehatan mereka begitu lemah. "Sangat penting jika kami bisa menyelamatkan satu nyawa dengan usaha kami," terang anggota tim, Nahid Rahimi (17).

Dikenal sebagai "Afghan Dreamers", gadis-gadis itu berasal dari Provinsi Herat, lokasi di mana kasus pertama negara itu ditemukan. Negara itu menjadi hotspot bagi wabah karena letaknya yang berbatasan dengan Iran, episentrum Covid-19 yang berada di Timur Tengah.

Tim yang usianya bervariasi antara 14-17 tahun itu membuat alat bantu pernapasan itu dari mobil Toyota Corolla bekas, dengan rantainya dari motor Honda.

Afghan Dreamers menerangkan, ventilator mereka akan memberi sedikit bantuan bagi pasien di ruang gawat darurat ketika alat utama sedang tidak ada.

"Saya merasa bangga jadi bagian dalam tim yang berusaha melakukan sesuatu untuk mendukung dokter dan perawat. Merekalah pahlawan saat ini," ujar kapten tim, Somaya Faruqi.

Kekurangan alat bantu pernapasan menjadi isu utama di seluruh dunia, dengan harga per unit yang bisa mencapai 50.000 dollar AS (Rp 735,2 juta).

Bagi Afghan Dreamers, mereka mengklaim bisa menciptakan alat bantu itu dengan banderol yang kurang dari 600 dollar AS, atau Rp 8,8 juta.

Penyelamatan anak-anak perempuan tim robotik Afghanistan setelah Taliban mengambilalih kekuasaan dan memicu kekhawatiran besar atas keselamatan para warga.
Penyelamatan anak-anak perempuan tim robotik Afghanistan setelah Taliban mengambilalih kekuasaan dan memicu kekhawatiran besar atas keselamatan para warga. (Istimewa/Reuters/AP)

Dengan toko ditutup dan kota Herat berada dalam keadaan lockdown, maka mereka harus pergi hingga ke provinsi lain untuk mendapatkan suku cadang. Meski begitu, Roya Mahboob, pendiri tim robotika, menyatakan harapannya bahwa mereka bisa menyerahkan alat itu pada akhir Mei.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved