Lakukan Ritual Memanggil Hujan, 6 Gadis Ini Diarak Keliling Desa Tanpa Busana dan Diikat di Tiang
Baru-baru ini sebuah potret enam orang gadis yang telanjang dan diikat ke tiang menghebohkan publik.
Penulis: Liska Rahayu | Editor: Liska Rahayu
TRIBUN-MEDAN.com – Baru-baru ini sebuah potret enam orang gadis yang telanjang dan diikat ke tiang menghebohkan publik.
Mereka diikat dalam kondisi tanpa busana sebagai bagian dari ritual tradisional untuk meminta hujan.
Beredarnya foto tersebut tentu membuat masyarakat marah.
Melansir dari Eva.vn, belum lama ini negara bagian Madhya Pradesh, India, mengalami kekeringan karena intensitas hujan yang sedikit.
Hal ini berlangsung selama berhari-hari dan sangat mempengaruhi tanaman dan kehidupan masyarakat.
Baca juga: Kasus Bocah Korban Ritual Pesugihan Orangtua di Gowa, Komnas PA Nilai Sadis dan Keji
Baca juga: Ritual Pernikahan Teraneh, Dari Ibu Mertua Menemani Malam Pertama hingga Ditunggui Keluarga
Begitu banyak daerah telah melakukan upaya yang besar dan berbeda untuk memecahkan masalah ini.
Namun, baru-baru ini, di sebuah desa di negara bagian Madhya Pradesh, gambar enam gadis muda dipaksa telanjang dan diarak keliling desa untuk berdoa memohon hujan menyebabkan kemarahan besar.
Menurut India Today, insiden itu terjadi pada 5 September di Desa Baniya, di daerah Jabera, distrik Damoh, Masdhya Pradesh, India.
Setidaknya enam gadis muda dipaksa untuk berparade keliling desa dalam keadaan tanpa busana sehelai pun untuk berdoa memohon hujan bagi desa.
Berbagi dengan Times Now, perempuan setempat mengatakan bahwa mereka mengalami kekeringan dan sangat mempengaruhi tanaman dan menunggu hujan.

Untuk mengatasi situasi ini, mereka membiarkan 6 gadis itu keluar dan berdoa meminta hujan.
Ibu-ibu dari enam perempuan itu juga sangat setuju.
Dalam video yang merekam ritual tersebut, enam gadis itu diminta untuk benar-benar telanjang, lalu diikat ke batang kayu dan diletakkan di bahu mereka, di mana ada seekor kata yang juga ikut diikat.
Mereka berenam kemudian diarakk keliling desa dan menyanyikan lagu tradisional untuk memuji dewa hujan.
Kemudian mereka harus pergi dari pintu ke pintu untuk meminta tepung dan biji-bijian.
Barang-barang yang terkumpul akan disumbangkan ke “bhandara” atau dapur umum yang didirikan di depan pura desa.
Baca juga: Percuma Saja Lockdown, Ritual Mandi Bersama Sudah Terjadi, Kini India Sehari 3.980 Jiwa Melayang
Baca juga: Gadis 16 Tahun Dinodai Dukun, 10 Kali Digauli, Tubuhnya Dijamah saat Ritual Menggaet Pria Idaman
Semua penduduk di desa harus menyaksikan adegan ini.
Mereka percaya ritual ini akan menenangkan dewa hujan, membawa hujan lebat untuk meningkatkan hasil panen dan mencegah kekeringan.
“Kami yakin ini akan membantu mendatangkan hujan,” kata seorang warga.
Namun, segera setelah gambar upacara ini menjadi viral di media sosial, gelombang protes dan kemarahan muncul.
Banyak yanag menganggap perilaku ini sebagai pelecehan anak, pelanggaran serius terhadap hak anak.

Terutama di negara di mana perempuan tidak sepenuhnya dihormati seperti India.
Beberapa laporan mengatakan, di antara enam gadis yang dipaksa berbaris itu, salah satunya masih berusia 5 tahun.
Segera setelah itu, Komite Nasional untuk Perlindungan Hak Anak (NCPCR) menghubungi pemerintah distrik Damoh untuk meminta laporan dan penjelasan.
Mereka meminta agar masalah ini diselesaikan dalam waktu 10 hari.
Dalam pemberitahuan yang dikeluarkan oleh NCPCR, mereka meminta sertifikat usia gadis yang telanjang, laporan investigasi dan dokumen lainnya.
Menurut inspektur polisi, DR Tenivar, penduduk desa telah mengikuti praktik ini setiap tahun dengan tujuan berdoa agar hujan setiap musim kemarau.
Baca juga: Ditangkapnya Puluhan Model Tanpa Busana di Dubai, Hukuman Makin Ditegakkan dengan Ketat
Baca juga: Terlanjur Mau Video Call Tanpa Busana, Mama Muda Masuk Perangkap Duda Durjana Mengaku Aparat
Semuanya juga dilakukan dengan persetujuan para gadis.
Tenivar menambahkan, ibu-ibu dari para gadis tersebut juga setuju dan menyiapkan upacara untuk putrinya.
Namun, polisi saat ini sedang menyelidiki insiden tersebut untuk melihat apakah ada gadis yang dipaksa untuk melakukan tindakan itu.
Sementara itu, seorang pejabat di distrik Damoh mengatakan, dalam kasus seperti itu, pemerintah daerah hanya dapat membuat penduduk desa sadar bahwa perilaku takhayul seperti itu sia-sia dan tidak dapat membawa hasil yang mereka inginkan.
(yui/tribun-medan.com)