Khazanah Islam
Sosok Pria Miskin yang Dipuji Nabi Muhammad, Kisahnya Jadi Inspirasi Dunia sebagai Anak Berbakti
Kesempatan kedua Khalifah bertemu Uwais Al-Qarni pun tiba, saat rombongan dari Yaman datang menuju Syam
Penulis: Dedy Kurniawan | Editor: Dedy Kurniawan
Doa Uwais makbul karena selama hidupnya memelihara ketaatanya pada Allah, kecintaannya pada Rasulullah meski tidak pernah bertemu mata memandang. Uwais juga begitu dikenal sebagai anak berbakti, senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan ibunya.
Hanya satu permintaan ibunya yang sulit ia kabulkan. "Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji," kata ibunya.
Uwais pun terperana, membayangkan betapa jauhnya perjalanan ke Mekkah di antara panas dan teriknya padang pasir tandus. Orang-orang biasanya menggunakan unta untuk membawa perbekalan ke Mekkah, namun Uwais hanya pengembala miskin.
Uwais terus berpikir mengabulkan keinginan sang ibu. Kemudian, dibelinya lah seeokar anak lembu, dan membuatkan kandang di puncak bukit.
Setiap hari ia latihan mengangkat anak lembu itu, bolak balik naik turun bukit. Tak jarang warga kampungnya mengolok-oloknya dengan sebutan Uwais gila, Uwais gila, Uwais gila.
Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar pula tenaga untuk menggendong lembunya.
Selama 8 bulan berlalu proses ini dilaluinya demi ibunya, sampailah musim Haji. Lembu Uwais pun mencapai 100 Kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar.
Ia menjadi kuat mengangkat beban. Akhirnya orang-orang yang mengolok-oloknya menjadi sabar sebab Uwais berlaku seperti orang aneh sela itu. Orang-orang tersadar maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. untuk latihan untuk menggendong ibunya yang lumpuh untuk berangkat menunaikan haji.
Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah. Begitu lah cinta Uwais, rela menempuh perjalanan jauh menembus padang pasir nan tandus demi memenuhi keinginan ibunya.
Di Mekkah, di hadapan Ka’bah, ibu dan anak itu berdoa. "Ya Allah, ampuni semua dosa ibu," kata Uwais. "Bagaimana dengan dosamu? tanya ibunya. Uwais menjawab, “Dengan terampunnya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari ibu yang akan membawa aku ke surga", kata Uwais.
Uwais yang tulus dan penuh cinta, seketika itu juga dianugerahkan kesembuhan dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih di tengkuknya. Bulatan di tengkuk Itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib untuk mengenali Uwais.
Dalam kehidupannya sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja mencari nafkah dengan menggembalakan domba-domba. Meski tidak kaya, belia kerap membantu tetangganya memberikan jasa dan tenagnya.
Uwais Al-Qarni terkenal sebagai seorang anak yang taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Uwais Al-Qarni seringkali melakukan ibadah puasa. Bila malam tiba, dia selalu berdoa, bermuanjad, memohon petunjuk kepada Allah.
Fenomena Wafatnya Uwais Al-Qarni
Jelang wafat, Uwais Al-Qarni membuat banyak orang berduka. Baik kalngan jirannya, hingga orang asing berebutan untuk memandikannya, mengafani, menggali kuburannya, mengusungnya. Meninggalnya Uwais Al-Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman.
Penduduk kota Yaman saling bertanya-tanya, siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni? bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, begitu pikiran warga setempat. Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal.
Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui Uwais Al-Qarni karena permintaannya kepada Khalifah Umar RA dan AliRAa, agar merahasiakan tentang kehadirannya di muka Bumi.
(*/Tribun-medan.com)