Nikmatnya Minum Kopi di Balik Dolok Martimbang yang Indah, Bukit Berkah Bagi Desa Siandorandor
Menikmati senja sambil seruput kopi adalah suasana yang paling nikmat. Selain memancarkan keindahan, ternyata bukit ini adalah berkah bagi masyarakat
Penulis: Maurits Pardosi |
TRIBUN MEDAN.com, TAPUT – Dari Desa Siandorandor, Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara terlihat jelas sebuah bukit, yang dinamai warga sekitar Dolok Martimbang.
Menikmati senja sambil seruput kopi adalah suasana yang paling nikmat. Selain memancarkan keindahan, ternyata bukit ini adalah berkah bagi masyarakat sekitar.
Bukit ini menjadi sumber air bagi masyarakat sekitar, secara khusus lahan pertanian di beberapa desa yang terletak di kaki bukit tersebut.
Selain bagi pertanian, air yang bersumber dari bukit tersebut ternyata digunakan masyarakat sekitar sebagai air minum bagi rumah-rumah warga sejak zaman kolonial Belanda.
“Sejauh yang kita lihat, kawasan tersebut menjadi sumber air bagi rumah dan pertanian di sejumlah daerah yang berada di kaki bukit tersebut sejak zaman Kolonial Belanda. Di atas bukit tersebut, pihak Belanda sudah pernah membuat tembok besar agar mata air tetap lestari,” ujar Tarasi Manurung (84), sebagai orang tua di kampung Siandorandor pada Minggu (17/10/2021).
“Bukan hanya itu, dari mitos yang kita dengar, di kawasan tersebut ada pohon jeruk purut dengan 7 warna. Ini tidak pernah kusaksikan dengan mata kepala sendiri, tapi mitos itu menyebar di kawasan kita ini,” sambungnya.
Bukit ini juga menjadi penghangat bagi beberapa desa sekitar dari hempasan angin. Walau tetap bercuaca dingin, beberapa kawasan sekitar bukit tidak pernah mengalami angina kencang atau putting beliung.
“Walau daerah kita ini berada di dataran tinggi, tidak terlalu dingin karena bukit itu menghempang hembusan angin. Sejau saya ingat, desa ini tetap tenteram, tak pernah angina putting beliung datang seperti di beberapa kawasan di Tapanuli Utara ini,” terangnya.
Bukit yang masih lestari ini ternyata masih menyimpan sejumlah kayu alam yang belum pernah disentuh industri.
Masyarakat sekitar juga berharap pertumbuhan kayu alam tersebut akan membuat air jernih tersebut tetap lestari.
Desa Siandorandor menjadi satu kawasan yang paling banyak menggunakan air dari bukit tersebut. Lahan-lahan persawahan terlihat berair dan tak pernah mengering karena air dari bukit tersebut lancar.
Bukit tersebut memanjang dan warga sekitar selalu menatap kea rah bukit tersebut sembari menunggu matahari bersinar pada pagi hari.
Dengan demikian, masyarakat sekitar agak menunggu lebih lama matahari terbit karena harus tersembunyi di balik bukit tersebut.
Air yang mengalir dari bukit tersebut terasa dingin dan sejuk saat menyentuh kulit. Setelah mandi, biasanya para warga ataupun pengunjung merasakan kesegaran. Sembari seruput kopi panas di pagi hari, para pengunjung akan melihat secara jelas hijaunya bukit tersebut.
Pepohonan rimbun dan rapat terlihat menghijau yang membuat mata menjadi segar kembali setelah penat dari pekerjaan.