TRIBUNWIKI
Marsiadapari, Tradisi Tolong Menolong Suku Batak Dihadirkan Lewat Tetrikal Musik
Sayangnya, kian tahun budaya "marsiadapari" diakibatkan berbagai faktor sosial kian memudar dari tengah-tengah masyarakat Batak.
Penulis: Arjuna Bakkara | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN-Suara musik tradisional Batak jenis uning-uningan dan gondang sabangunan sayup-sayup terdengar dari kejauhan di Lembah Harian Boho, Tepi Danau Toba, Kabupaten Samosir, Sabtu (14/11/2021).
Di bawah pimpinan Martahan Sitohang yang merupakan satu diantara seniman Batak ternama, budaya tolong menolong "Marsiadapari" dipertunjukkan melalui karya seni teatrikal musik di sana.
Martahan Sitohang menuturkan, dulunya Masyarakat Batak di pedesaan sangat kental dengan budaya "marsiadapari".
Sayangnya, kian tahun budaya "marsiadapari" diakibatkan berbagai faktor sosial kian memudar dari tengah-tengah masyarakat Batak.
"Kegiatan marsiadapari ini merupakan sistem gotong royong pada Masyarakat Batak,"ujar Martahan Sitohang Putra Bungsu dari Almahum Maestro Musik Batak, Guntur Sitohang ini.
Marsiadapari, secara praktiknya pada dulunya berjalan secara alami. Orang-orang desa untuk mengerjakan ladang dan bertani dengan mudah menyelesaikan pekerjaan dengan marsiadapari.
Baca juga: Artis Ini Disebut Mantan Bintang Film Panas, Terungkap Pernah Diancam Air Keras & Ditampar, Kenapa?
Namun, sayang belakangan hampir punah dan bahkan tidak dilakukan lagi karena alasan perkembangan jaman.
Padahal, menurut Martahan, perkembangan jaman bukan menjadi alasan untuk meninggalkan kebiasaan lama atau kebudayaan seperti marsiadapari.
Justru, pada budaya marsiadapari kata Martahan terdapat nilai dan satu ikatan bathin sepenangungan sependeritaan dalam kehidupan masyarakat Batak dulunya.
Meski memang, bagi Martahan orang-orang Batak tentu berinovasi, baik secara teknologi namun jangan sampai meninggalkan esensi marsiadapari.
Melihat ego serta sifat individualis yang semakin tak terbendung pada kehidupan orang Batak pada umumnya, Martahan Sitohang tertantang menperbaiki keadaan lewat profesinya sebagai seniman musik.
Meski harus pulang balik Samosir-Jakarta, dia melakukan langsung dari Desa kecil Negeri Harian Boho tempatnya dilahirkan.
Melalui pendekatan-pendekatan, dia merangkul warga sekampungnya untuk mengembalikan budaya gotong royong orang Batak yang telah hilang itu.
Anak-anak desa tersebut juga mulai diberi pemahaman tentang arti pentingya marsidapari.
Dari Lembah Negeri Harian Boho Samosir yang juga kelahiran Sitor Situmorang Sastrawan besar Indonesia, secara perlahan budaya Marsiadapari pun dia perkenalkan melalui tetrikal musik.
Martahan meyakini, apabila budaya marsiadapari semakin tertanam bagi generasi Batak masa kini sejak dini, tentu semangat gotong royong untuk membangu bangsa dan negeri ini akan semakin mudah nantinya dilakukan.
Baca juga: Inul Daratista Pernah Konser di Tempat Keramat hingga Dicekal Pemerintah Taiwan, Begini Ceritanya
Kegiatan marsiadapari tersebut dikemas Martahan Sitohang bersama rekan-rekannya untuk pemberdayaan masyarakat yang didukung Kementeriam Pendidikan da Kebudayaan.
"Harapan kita melalui kegiatan ini, bagaimana mengembalikan semangat gotong royong orang Batak Toba khususnya di Harian Boho,"ujar Martahan.
Era ini, selain dalan sistem pertanian, budaya gotong royong marsiadapari ini dilakukan bukan hanya untuk sisten pertanian saja.
Melainkan, gotong royong saat ini sangat dibutuhkan menjaga alam Danau Toba yang keseimbangannya semakin terancam karena kebijakan-kebijakan yang tidak benar.
(Jun-tribun-medan.com)