Breaking News

Sidang Perkara Dugaan Pencurian Uang Rp 650 Juta 5 Oknum Polisi, Saksi Ungkap Hal Ini Agar Bebas

Namun, kata Imayanti para terdakwa tetap ngotot ingin masuk dan terus menggedor-gedor pintunya.

Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN/GITA 
Sidang Lima oknum polisi Satuan Reserse Narkoba Polrestabes Medan yang didakwa menggelapkan uang hasil penggeledahan sebesar Rp 650 juta, terus bergulir di Pengadilan Negeri (PN) Medan, Rabu (17/11/2021). 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Sidang Lima oknum polisi Satuan Reserse Narkoba Polrestabes Medan, yang didakwa menggelapkan uang hasil penggeledahan kasus narkoba sebesar Rp 650 juta, terus bergulir di Pengadilan Negeri (PN) Medan, Rabu (17/11/2021).

Dalam sidang lanjutan tersebut, Tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) Randi Tambunan, menghadirkan tiga orang saksi termasuk pemilik rumah, Imayanti. 

Dalam kesaksiannya, saksi korban, mengatakan kalau Lima orang terdakwa Matredy Naibaho, Toto Hartono, Dudi Efni, Marjuki Ritonga dan Rikardo Siahaan mendatangi rumahnya yang beralamat Jalan Menteng Kelurahan Medan Tenggara, Kecamatan Medan Denai, sambil berteriak-teriak.

"Mereka datang, saya melihat hanya ada 4 orang saja. Terus gedor-gedor pintu, minta agar pintunya dibuka, saya pas diluar. Terus saya datangi dan saya tanya ada apa. 

Terus mereka bilang kereta ini (menunjuk kereta yang terpakir) nabrak orang. Aku bilang mana ada orang baru dikeluarkan jam 12," ucapnya mengingat kejadian tersebut.

Namun, kata Imayanti para terdakwa tetap ngotot ingin masuk dan terus menggedor-gedor pintunya.

"Tapi mereka tetap memaksa ingin masuk. Saya minta kawanin tetangga saya. Dah gitu mereka mengambil linggis dan gunting besi mau maksa masuk. Karena takut akhirnya saya buka dengan kunci serap," tambahnya.

Baca juga: Detik-Detik Sekuriti di Medan Ditabrak Hingga Terseret di Kap Mobil Hingga Jatuh Kepala Terbentur

Setelah masuk, lanjut saksi, ia disuruh duduk dan para terdakwa melakukan penggeledahan tanpa didampingi Kepala Lingkungan (Kepling).

"Belum datang kepling udah dibuka. Mereka hanya nunjukin ujung surat saja. Setelah masuk mereka bongkar sana-sini. Kami hanya duduk aja. Setelah itu, tidak lama bongkar-bongkar saya disuruh ke lantai dua. 

Setelah itu, dia ngambil sabu di bawa telapak meja. Ini barbut ya, karena saya dalam keadaan sakit saya bilang iya lah," katanya.

Tak lama kemudian, ia yang menjadi pemilik rumah dan tidak mengetahui peristiwa kejadian tersebut malah dibawa ke Polrestabes Medan dan ditahan selama lima malam.

"Baru saya dibawa ke Polrestabes Medan, terus sampai disana saya difoto sambil megang sabu yang tadi, saya gak mau. 

Tapi, mereka bilang tidak apa-apa. Setelah foto saya dites urine, baru hasilnya negatif.Tapi, saya ditahan lima hari. Baru saya kasih Rp300 juta untuk mengeluarkan saya, karena tidak tahan. Saya tidak tau apa kesalah saya," ungkapnya sambil mengatakan kalau uang tersebut diserahkan oleh pengacaranya untuk diserahkan kepada pihak Polrestabes Medan.

Namun, saat ditanyai majelis hakim, para terdakwa membantah perihal uang Rp 300 juta sesuai keterangan saksi tersebut.

Baca juga: Pemadam Kebakaran Kota Medan Berhasil Tangkap Biawak dan Ular Piton dari Rumah Warga

"Keterangan saksi itu tidak benar pak hakim," ucap para terdakwa.

Usai mendengar keterangan para saksi majelis hakim menunda sidang pekan depan.

Sementara itu dalam dakwaan Jaksa  dijelaskan awalnya, Matredy Naibaho mendapat informasi dari masyarakat bahwa Jusuf alias Jus adalah bandar narkoba dan sering menyimpan narkotika di asbes rumahnya, Jalan Menteng VII Gang Duku Kelurahan Medan Tenggara Kecamatan Medan Denai. 

"Dengan dilengkapi Surat Perintah Tugas yang ditandatangani oleh Kasat Reserse Narkoba Polrestabes Medan, Oloan Siahaan, selanjutnya Matredy bersama Dudi Enfi (Ketua Tim), Rikardo Siahaan dan Marjuki Ritonga berangkat menuju lokasi dengan mengendarai mobil opsnal Toyota Innova warna hitam," ujar JPU. 

Para terdakwa melihat pagar rumah Jusuf dalam keadaan terbuka. Lalu, para terdakwa melakukan penggeledahan di rumah Jusuf. 

Mereka diterima oleh Imayanti selaku istri Jusuf. Penggeledahan itu juga disaksikan oleh Kepling setempat. Usai penggeledahan, para terdakwa menyita sejumlah koper berisi uang. 

"Bahwa barang-barang tersebut diatas dibawa ke Polrestabes Medan secara tidak sah tanpa dilengkapi dengan Surat Izin Penyitaan dari Ketua Pengadilan Negeri dan Berita Acara Penyitaaan," tandas Randi. 

Namun, bukannya dibawa ke Polrestabes Medan, justru uang hasil penggeledahan yang disita para terdakwa dari rumah itu dibagi-bagi. 

Adapun uang yang mereka peroleh yakni Rp 50 juta dan Rp 600 juta yang diambil dari atas plafon kamar Jusuf. 

Baca juga: Tebing di Kawasan Gang Listrik Atas Gundaling Berastagi Longsor Akibat Curah Hujan Tinggi

"Uang tersebut dibagi dengan perincian Matredy Naibaho Rp 200.000.000, Rikardo Siahaan Rp 100.000.000, Dudi Efni Rp 100.000.000, Marjuki Ritonga Rp 100.000.000; Toto Hartono Rp 95.000.000, dipotong uang posko Rp 5.000.000 pada Rabu tanggal 9 Juni 2021 sekitar jam 21.00 WIB, di Jalan Gajah Mada Medan," beber JPU. 

Belakangan kasus Imayanti telah dihentikan penyelidikan perkaranya karena belum ditemukan bukti permulaan yang cukup berdasarkan Surat Penghentian Penyelidikan Nomor: Surat Perintah/Lidik/183-a/VI/Res.4.2/2021 Res Narkoba tanggal 25 Juni 2021 yang ditandatangani oleh Kasat Res Narkoba Polrestabes Medan, Oloan Siahaan. 

Barang bukti berupa barang yang disita pun dikembalikan kepada Imayanti. Pada tanggal 23 Juni 2021, Imayanti melalui anaknya, Rini Susanti membuat laporan ke Polda Sumut yang menyatakan bahwa Tim Satuan Reserse Narkoba Polrestabes Medan yang dipimpin oleh Dudi Efni saat melakukan penggeledahan secara melawan hukum telah mengambil uang dari dalam tiga buah tas berwarna putih, cream dan coklat di plafon asbes rumah milik Jusuf dan Imayanti. 

"Perbuatan para terdakwa diancam pidana dalam Pasal 365 ayat (2) ke-2 atau Pasal 363 ayat (1) ke-4 KUHPidana," pungkas Randi. 

(cr21/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved