Kasihan Bayi Ini Lahir Tanpa Alat Kelamin, Menangis Terus saat BAB, Dokter Tak Bisa Beri Penjelasan

Ketika dijumpai di kontrakannya, Dewi bercerita bagaimana kelahiran sang buah hati dua tahun lalu membawa perubahan terhadap kehidupannya.

TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino
Dewi (23) dan buah hatinya AG (2) saat ditemui di kontrakannya di wilayah Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (25/11/2021). 

TRIBUN-MEDAN.com - Peristiwa langka kembali terjadi di Indonesia.

Diketahui, terdapat anak laki-laki yang memiliki kelainan.

Kini, ia pun harus mendapatkan gunjingan.

AG, seorang anak laki-laki berusia dua tahun asal Cilincing, Jakarta Utara, harus menjalani hari-harinya dengan kelainan pada tubuhnya.

Putra kedua dari pasangan suami istri Haryanto (25) dan Dewi Yulianti (23) tersebut lahir tanpa alat kelamin dan 11 jari tangan.

Ketika dijumpai di kontrakannya, Dewi bercerita bagaimana kelahiran sang buah hati dua tahun lalu membawa perubahan terhadap kehidupannya.

AG lahir pada 11 Oktober 2019.

Proses persalinan berjalan lancar dibantu bidan dekat rumahnya.

Ia enggan melahirkan di Puskesmas lantaran khawatir terpapar virus corona.

Proses persalinan berjalan lancar.

Dewi selamat, begitu pula sang buah hati.

 Akan tetapi, Dewi mengaku kaget saat melihat kondisi tubuh anak keduanya itu.

"Saya juga kaget, tahu-tahu anak saya lahir nggak ada kelaminnya," kata Dewi tak kuasa menahan tangisnya, Kamis (25/11/2021), di kontrakannya.

Tak cuma Dewi, keluarganya yang lain juga sedih melihat kondisi tubuh AG yang mengalami kelainan itu.

Dewi begitu bingung memikirkan apa kesalahannya sehingga bayi AG lahir ke dunia dengan kelainan pada tubuhnya.

Padahal, kata Dewi, selama mengandung AG, dirinya sama sekali tak pernah mengonsumsi obat-obatan apapun dan selalu menjaga pola makannya.

"Saya juga nggak tahu kesalahan saya di mana, namanya saya juga kan ngelahirin doang, mengandung doang," ucapnya.

"Pas lagi mengandungnya juga saya kan dagang. Jadi saya nggak tahu salahnya di mana. Padahal saya nggak konsumsi obat-obatan," sambung Dewi dalam tangis yang makin menjadi-jadi.

Meski lahir tanpa penis, Dewi memastikan selama ini kondisi kesehatan AG normal dan sang buah hati masih bisa buang air kecil dengan lancar.

Hanya saja, AG harus berjongkok saat membuang air seninya.

"Kalau buang air kecil nggak ada kesulitan, karena dia buang air kecil sama kayak kita perempuan. Karena ada dua lubang, jadi satu lubang itu buat pipis," jelas Dewi.

Di sisi lain, kondisi AG yang tanpa penis terkadang menimbulkan kendala-kendala tersendiri bagi bocah polos itu.

Tak jarang, AG harus merasakan kesakitan ketika harus buang air besar.

"Paling kalau pas buang air besar aja sih, dia merasa kesakitan. Kadang BAB-nya keras, kadang dia suka meringis," kata Dewi.

Sebagai orangtua, melihat kondisi AG yang lahir tanpa penis, Dewi pun rela melakukan apa saja demi mengembalikan kondisi sang buah hati.

Dewi yang merupakan istri dari seorang nelayan itu awalnya sempat berkonsultasi ke Puskesmas Cilincing soal kelainan pada tubuh anaknya.

Hasil konsultasi, Dewi diarahkan untuk berobat ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo yang disebutkan pernah menangani kondisi kelainan serupa.

Namun, setelah beberapa kali bolak balik ke RSCM, Dewi tak mendapati hasil signifikan.

Pihak rumah sakit hanya meminta Dewi untuk melakukan tes kromosom atau pengecekan kelamin.

Karena tes tersebut tak tertutupi BPJS, Dewi mau tak mau harus mengeluarkan Rp 1,7 juta, belum ongkos bolak balik rumah sakit, untuk melakukan yang terbaik bagi sang anak.

"Di situ cuma kromosom dua kali balik lagi, ya udah saya stop. Dinyatakan cowok, hasil kromosomnya X Y," jelas Dewi.

Dewi masih tak puas lantaran sampai detik ini dokter tidak bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada AG.

Yang jelas, Dewi menerima saran bahwa sang anak bisa menjalani operasi pembentukan kelamin di usia 3 tahun.

"Harus operasi, paling pembentukan dia harus jadi laki-laki. Soalnya kan sama sekali nggak ada batang (penisnya), terus buah zakarnya juga kan satu di atas, satunya di atas batoknya," kata Dewi.

Kini, Dewi dan suaminya masih terus berusaha mengumpulkan uang untuk operasi sang buah hati yang rencananya berlangsung setelah Lebaran tahun depan.

Di tengah kesulitan ekonomi yang menjeratnya, Dewi juga berharap pemerintah maupun pihak-pihak lain bisa terketuk hatinya untuk membantu operasi sang buah hati.

(*/ Tribun-Medan.com)

Artikel ini telah tayang di Tribun Jakarta

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved