SOSOK Mohammad Isa, Ternyata Gubernur Sumsel Akademisi Pertama Berasal dari Kota Binjai
Sebagai Penghulu Pekan, Ismail mengajari anak-anaknya, termasuk Mohamad Isa, tentang dasar-dasar ajaran Islam dan membaca Al-Qur'an.
Penulis: Satia | Editor: Ayu Prasandi
Di Palembang, Mohamad Isa bertemu dengan Adnan Kapau Gani. Seperti Mohamad Isa, Gani juga seorang perantau di kota.
Gani memperkenalkan Mohamad Isa ke berbagai gerakan dan partai politik pro Indonesia di kota tersebut, seperti Partai Nasional Indonesia, Partai Indonesia Raya, Gerakan Indonesia Raya, dan Partai Sarekat Islam Indonesia.
Sebagai anggota Partai Indonesia Raya, Mohamad Isa sering diundang untuk berbicara pada pertemuan politik antar partai.
Baca juga: Hari Terakhir Pendaftaran Cakades di Deliserdang, Wartawan Juga Ikut Mendaftar
Pada tanggal 14 Februari 1942, pasukan Jepang melancarkan serangan mendadak ke Palembang.
Palembang sepenuhnya diduduki oleh Jepang pada 16 Februari 1942, dan pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Jepang pada 9 Maret 1942.
[Soekarno, pemimpin gerakan nasionalis, telah dibebaskan oleh Jepang dari pengasingannya di Bengkulu dan dibawa ke Padang.
Sebagai pemimpin Partai Indonesia Raya di Palembang, Mohamad Isa berdiskusi dengan para pemimpin politik lainnya, seperti Adnan Kapau Gani, Nungtjik A.R., dan A.S. Sumadi dari Gerindo.
Mereka berencana menjemput Sukarno di Padang dan membawa Sukarno ke Palembang.
Rencana tersebut berhasil, dan mereka pun berdiskusi dengan Soekarno tentang cara menghadapi Jepang.
Aktivis politik anti-Jepang diputuskan akan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama akan berpura-pura bekerja sama dengan Jepang, sedangkan kelompok kedua akan mengorganisir perlawanan bawah tanah melawan Jepang.
Meskipun Mohamad Isa mengorganisasi perlawanan bawah tanah melawan Jepang, pekerjaannya sebagai dokter gigi membuatnya tidak dicurigai oleh Jepang.
Mohamad Isa diangkat sebagai ketua harian Shu Shangi Kai (dewan kota) Palembang dan sebagai penasehat Sangyobu (Departemen Perusahaan, Industri, dan Kerajinan).
Isa berasal dari Minangkabau, dengan latar belakang pendidikan cukup baik. Selesai dari HIS, ia melanjutkan pendidikannya ke MULO, kemudian AMS.
Setelah itu ia menamatkan pendidikannya di STOVIT hingga mendapatkan gelar Drg (dokter gigi).
Pada tahun 1936, Isa memulai kariernya sebagai Asisten Dosen di Sekolah Dokter Gigi STOVIT. Dua tahun kemudian jabatan itu ditinggalkannya dan ia memutuskan untuk membuka praktik sendiri di Palembang.
Baca juga: Dulu Tinggal di Kontrakan Kayu, Kini Bocah Cilik Ini Menjelma Jadi Artis Cantik & Terkenal Indonesia