SOSOK Mohammad Isa, Ternyata Gubernur Sumsel Akademisi Pertama Berasal dari Kota Binjai
Sebagai Penghulu Pekan, Ismail mengajari anak-anaknya, termasuk Mohamad Isa, tentang dasar-dasar ajaran Islam dan membaca Al-Qur'an.
Penulis: Satia | Editor: Ayu Prasandi
Pada tahun 1945 ia menjadi Wakil Kepala Jawatan Kemakmuran, kemudian menjabat Pemimpin Umum Perusahaan Minyak Republik Indonesia (PERMIRI), yang pertama menguasai dan mengekploitir semua kilang dari BPM dan STANVAC yang berada di Keresidenan Palembang. Kemudian pada tahun 1945, ia diangkat sebagai Anggota Ketua Komisaris Nasional Indonesia Daerah Keresidenan Palembang.
Berkat prestasinya yang menonjol, pada tahun 1946 M. Isa diangkat sebagai Residen Palembang, yang kemudian merangkap sebagai Gubernur Muda Provinsi Sumatra Selatan. Pada bulan Mei 1948, ia diangkat sebagai Gubernur Provinsi Sumatra Selatan menggantikan A.K. Gani.
Setahun kemudian, pada bulan Mei 1949, ia menjabat sebagai Komisaris Negara untuk Daerah Militer Sumatera Selatan.
Sesudah Perjanjian Roem-Roijen, Pemerintah Pusat mengangkatnya sebagai Anggota Local Joint Committee, kemudian ditunjuk sebagai Penasehat Ahli dan delegasi RI di KMB.
Pada bulan Januari 1950, ia kembali menduduki jabatan Gubernur Provinsi Sumatra Selatan.
Dua bulan kemudian, ia kembali menduduki jabatan rangkap sebagai Komisaris RIS untuk Negara Sumatra Selatan dan daerah Bangka-Belitungdengan tugas mengambil alih kekuasaan Wali Negara Sumatra Selatan.
Tetapi pada bulan Nopember 1954, atas permintaan sendiri ia melepaskan jabatannya sebagai Gubernur Sumatra Selatan.
Pada bulan September 1955, ia menduduki jabatan sebagai Presiden Direktur NV Karet Sumsel. Dan bulan Maret 1956 ia diangkat sebagai anggota DPR-RI dari Partai Nasional Indonesia.
Bulan Juni 1960, ia terpilih sebagai Anggota DPR Gotong Royong dan MPRS-RI. Kemudian bulan Oktober 1960 ia menjadi Rektor Universitas Sriwijaya.
Baca juga: Diduga Bocor, Data Lengkap 6 Juta Pasien di Server Kemenkes RI Dijual di Forum Online
Berikut Biografi Mohammad Isa
- Lahir, 04 Juni 1909, Kota Binjai, Deli Serdang, Hindia Belanda.
Meninggal
7 November 1979(umur 70)
Jakarta, Indonesia
Partai politik
Partai Nasional Indonesia
Istri Siti Zainab
Anak Tiga
Ayah Datuk Haji Ismail, Ibu Zainab
(wen/tribun-medan.com)