Piala AFF

PEMAIN Laos Rela Lakukan Match Fixing, Imbas Gaji Kecil tapi Biaya Hidup di Negaranya Tinggi

Penggemar sepak bola Laos mengatakan kepada RFA bahwa pemain lokal dapat dengan mudah tergoda karena mereka tidak mendapat bayaran yang cukup.

Tribunnews.com
Selebrasi timnas Laos 

TRIBUN-MEDAN.com - Sejumlah penggemar sepak bola Laos membeberkan kenapa para pemainnya mau melakukan match-fixing (pengaturan pertandingan) dalam sebuah event.

Diberitakan sebelumnya, baru-baru ini dilaporkan ada 45 pemain Laos yang mendapatkan hukuman atau sanksi seumur hidup dari FIFA.

Hal itu karena keterlibatan mereka dalam kasus pengaturan pertandingan di turnamen internasional beberapa tahun terakhir.

Dari jumlah 45 pemain tersebut, ada juga yang terlibat saat melakoni ajang Piala AFF 2020 di Singapura.

"Federasi menerima banyak keluhan dari penggemar sepak bola yang mengatakan bahwa timnas Laos bertanding dengan buruk di Piala AFF pada Desember tahun lalu," ungkap seorang mantan pejabat Departemen Olahraga Laos.

Baca juga: PREDIKSI Barcelona Vs Real Madrid, Barca Bakal Jadi Bulan-bulanan, El Clasico Tak Sebanding

"Mereka melakukannya untuk keuntungan finansial pribadi."

"Keuntungan mereka jauh lebih tinggi daripada yang mereka dapatkan dari pemerintah."

"Mereka tidak akan dipenjara. Mereka mungkin hanya diskors seumur hidup."

Otoritas sepak bola Laos mengutuk para pesepak bola tersebut karena telah menempatkan diri mereka di atas negara.

Meski demikian, Sekretaris Jenderal Federasi Sepak Bola Laos (LFF), Kanya Keomany, tidak menyebutkan nama-nama yang terlibat dan tanggal berapa terjadinya match-fixing tersebut.

Baca juga: JADWAL Timnas Indonesia Vs Bangladesh di FIFA Matchday Akhir Januari Ini, Kans Naikkan Peringkat

"Praktek pengaturan pertandingan ini secara langsung mempengaruhi pemilihan pemain sepak bola kami untuk tim nasional, untuk kompetisi regional dan internasional di masa depan," kata Kanya Keomany sebagaimana dikutip SuperBall.id dari Radio Free Asia (RFA).

Sedangkan wakil presiden federasi Khampheng Vongkhantimenyebut match-fixing telah merusak reputasi negara.

"Federasi secara konsisten mendidik atlet kami untuk disiplin terutama sebelum memulai kompetisi internasional," ujar Khampheng Vongkhanti pada konferensi pers.

"Tetapi jelas, para pemain ini tidak mengindahkan saran kami."

"Mereka memilih kepentingan pribadi mereka daripada kepentingan negara."

Sumber: SuperBall.id
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved