Khazanah Islam
BOLEHKAH Mandi Wajib Tanpa Busana, Berikut Penjelasan Ustaz Abdul Somad Hukumnya
Ustaz Abdul Somad menjelaskan hukumnya. Orang yang sudah melakukan hubungan intim dan setelah haid dan nifas harus mandi wajib.
TRIBUN-MEDAN.com - Bolehkah mandi wajib tanpa mengenakan pakaian.
Ustaz Abdul Somad menjelaskan hukumnya.
Orang yang sudah melakukan hubungan intim dan setelah haid dan nifas harus mandi wajib.
Setiap Muslim baik laki-laki mau perempuan, pasti mengalami yang namanya Mandi wajib (junub).
Baca juga: Venna Melinda Resmi Dilamar Ferry Irawan, Acara Tunangan Diselimuti Awan Gelap dan Diguyur Hujan
Baca juga: AKHIRNYA Terbit Rencana Buka Suara Terkait Kerangkeng Manusia di Rumahnya, Beber Pihak yang Terlibat
Hal itu agar bersih ketika ingin menunaikan ibadah shalat dan ibadah lainnya sesuai anjuran dalam agama Islam.
Dengan mandi wajib maka bisa mensucikan diri atau menghilangkan dari najis sehingga menjadi bersih.
Lalu bagaimana jika mandi wajib tanpa mengenakan pakaian sehelaipun atau telanjang bulat.
Apakah sah dan boleh?
Simak penjelasan hukum mengenai tersebut yang dijelaskan oleh Ustaz Abdul Somad dalam video di kanal YouTube Rizki Munazar diunggah pada 6 Juli 2019.
Baca juga: Penyanyi Senior Ini Ngamuk di Rumah Raffi Ahmad, Lempar Hadiah, Suami Nagita Slavina Cium Tangan
Dia menjelaskan bahwa mandi junub tidak diperkenankan untuk mandi dengan telanjang bulat atau tidak menggunakan penutup dari kain atau sejenisnya.
"Ada di dalam Alqur’an, ada di dalam hadits, ada ijma’, ada qiyas," ujarnya.
Larangan tentang mandi telanjang ini, sesuatu karena adab yang sudah tercantum dalam Islam dan sangat baik.
"Banyak sekali dalil yang menjelaskan soal mandi junub harus dengan menutup kain dan tidak boleh telanjang, intinya di sini," sebut Ustad Abdul Somad.
Dia menjelaskan jikalau mau adab bagus maka hendaknya mengenakan basahan.
Lakukan Hal Sepele Ini Pagi Hari, Pasangan Suami Istri Akan Dapat Berkah
Ustaz Abdul Somad menyarankan melakukan hal sepele ini pada pagi hari.
Maka pasangan suami istri akan mendapatkan keberkahan yang luar biasa.
menjalani rumah tangga ingin mendapatkan berkah dan ridho dari Allah SWT.
Sehingga suami maupun istri berusaha berbuat baik untuk mendapatkan keberkahan dalam hidup.
Bahkan dalam melakan hal seperti ini juga mendapatkan keberkahan.
Salah satunya adalah dengan memuliakan suami maupun istri.
Cara memuliakan suami dan istri ada banyak macamnya, tidak harus melakukan sesuatu yang besar karena hal kecil bisa jadi jauh lebih baik.
Contoh kecil yang untuk memuliakan suami adalah dengan cara mencium tangan suami sebelum kerja.
Demikian disampaikan oleh Ustaz Abdul Somad saar ceramah.
Video tersebut dibagikan di kanal YouTube Ustaz Abdul Somad Official yang diunggah pada 12 Maret 2021.
"Bagaimana menghormati tradisi orang di daerah itu. Sama halnya dengan mencium tangan, nah sesuai kesepakatan hampir di seluruh dunia mencium tangan itu adalah sebuah penghormatan," sebut Ustaz Abdul Somad.
Ustaz Abdul Somad mengatakan, mencium tangan merupakan hal yang mulia dan hal telah disepakati hampir diseluruh dunia.
"Jadi ketika seorang istri terbiasa mencium tangan suami maka terus lakukan lah.
Karena apabila kebiasaan ini tidak dilakukan lagi bisa jadi hatinya akan mengalami perubahan untuk menerima respon," kata Ustaz Abdul Somad.
"Hampir sepakat di seluruh Indonesia bahwa mencium tangan itu merupakan sebuah bentuk kemuliaan," ucap Ustaz Abdul Somad.
Ustaz Abdul Somad menjelaskan bahwa mencium tangan itu harus berdasarkan kemuliaanya tidak boleh karena jabatannya.
"Tak boleh mencium tangan orang karena jabatannya. Harusnya ini dilakukan karena kemuliaannya, ilmunya," katanya.
"Suami dicium tangannya karena dia pemimpin," tegas Ustadz Abdul Somad.
Contoh lain untuk memuliakan suami dalam berumah tangga adalah dengan mempersiapkan sarapan.
Sepele namun sangat berpengaruh dalam keharmonisan rumah tangga.
"Kemudian juga tentang masalah sarapan. Misal suami wajib masuk kerja jam 7.30, tak ada alasan untuk tak masak sarapan," kata Ustadz Abdul Somad.
"Kita belajar agama untuk mencari kebenaran bukan menjadikan agama sebagai pembenaran terhadap kekeliruan kita," tutup Ustadz Abdul Somad.
(*/Tribun-Medan.com)
Artikel ini telah tayang di Bangkapos.com