PERANG PADRI: Kontroversi Tuanku Imam Bonjol, Ciptakan Penderitaan Bagi 'Nenek Moyang' Orang Batak

Perang Padri merupakan peperangan yang terjadi di Sumatera Barat tepatnya di wilayah Kerajaan Pagaruyung pada tahun 1803-1838 (selama 35 tahun).

Editor: AbdiTumanggor
ISTIMEWA
Pemimpin Utama Perang Padri, Tuanku Imam Bonjol. 

TRIBUN-MEDAN.COM - Pada 1833, kaum Adat bergabung dengan Kaum Padri dan bersama-sama berjuang melawan Belanda. Pada 1837, Kota Bonjol yang berbenteng akhirnya dapat direbut. Namun, Tuanku Imam Bonjol mampu melarikan diri tapi kemudian menyerah. Selanjutnya Tuangku Imam Bonjol diasingkan ke Priangan, kemudian Ambon dan akhirnya Manado. Perang Padri berakhir pada 1838 di Daludalu dengan kemenangan Belanda.

Perang Padri merupakan peperangan yang terjadi di Sumatera Barat tepatnya di wilayah Kerajaan Pagaruyung pada tahun 1803-1838 (selama 35 tahun).

Perang Padri awalnya terjadi karena adanya perbedaan prinsip mengenai agama antara kaum Padri dengan kaum Adat.

Namun, lama-lama perang Padri menjadi perjuangan melawan penjajah Belanda.

Karena kaum Padri dan kaum Adat bergabung jadi satu perjuangan melawan Belanda. 

Perang Padri bisa disebut juga sebagai perang saudara.

Karena dalam perang tersebut melibatkan Minang dan Mandailing.

Kaum Padri dipimpin oleh Harimau Nan Salapan, sementara kaum Adat dipimpin Sultan Arifin Muningsyah.

Dalam buku Sejarah Indonesia Modern, 1200-2004 (2005) karya Merle Calvin Ricklefs, Gerakan pembaruan Islam tersebut dikenal sebagai gerakan Padri.

Karena mereka telah menunaikan ibadah haji di Makkah.

Suatu kelompok yang terdiri dari tiga orang haji kembali ke Minangkabau sekitar 1803 atau 1804.

Mereka terilhami oleh penaklukan Makkah oleh kaum pembaharu.

Kemudian mereka ingin memperbaharui masyarakat Minangkabau.

Pimpinan-pimpinan utama kaum Padri diberi gelar kehormatan Minangkabau untuk para guru agama, yakni Tuanku.

Salah satu pemimpin yang paling terkemuka adalah Tuanku Imam Bonjol.

Makam Imam Bonjol di Minahasa, Sulawesi Utara.
Makam Imam Bonjol di Minahasa, Sulawesi Utara. (cagarbudaya.kemdikbud.go.id)
Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved